dr Fujiyanto: Paparan Asap Kebakaran Hutan dan Lahan Picu Serangan Asma

Dokter RSUD dr Soedarso, dr Fujiyanto, mengupas tuntas penyakit yang rawan menyerang manusia akibat paparan asap Karhutla dan bagaimana mencegahnya

Istimewa
Dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedarso, dr Fujiyanto 

dr Fujiyanto: Paparan Asap Kebakaran Hutan dan Lahan Picu Serangan Asma

Polusi asap yang timbul akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mengancam kesehatan masyarakat Kalbar. Paparan polusi udara akibat kebakaran hutan dapat rupanya bisa mempengaruhi kesehatan terutama paru-paru.

Dokter RSUD dr Soedarso, dr Fujiyanto, mengupas tuntas apa saja penyakit yang rawan menyerang manusia akibat paparan asap Karhutla dan bagaimana pencegahannya. Berikut tulisan beliau yang diterima redaksi Tribunpontianak.co.id.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menjelasakan polusi udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang berdampak langsung terhadap kesehatan manusia.
Paru-paru adalah salah satu organ penting bagi tubuh, paru berfungsi terutama untuk pertukaran oksigen yang berguna dalam metabolisme tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh yang merupakan sisa proses pernapasan.

Dalam hitungan satu menit kita bernafas sebanyak kurang lebih 16 hingga 20 kali, bisa dibayangkan berapa kali kita menarik nafas dan menghembuskan nafas dalam 24 jam. Kualitas udara yang kita hirup pun menjadi salah satu indikator kesehatan paru-paru.

Akhir-akhir ini kualitas udara di Pontianak semakin buruk, semalam saja saya menemukan beberapa pasien mengalami serangan asma yang dicuriga akibat kondisi udara yang kurang bersahabat.

Padahal, beberapa pasien tersebut sudah hampir satu tahun tidak kambuh lagi asmanya. Polusi udara memang sangat erat kaitannya dengan masalah pernapasan akut seperti serangan asma, kekambuhan akut penyakit paru-paru kronis dan infeksi paru. Maupun dampak jangka panjang yang dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, ataupun stroke.

Pada umumnya paru-paru mempunyai mekanisme pertahanan terhadap benda asing ataupun udara kotor. Dimulai dari hidung, dengan adanya bulu hidung dan produksi lendir di hidung dapat membantu menyaring udara kotor dengan ukuran partikel yang besar.

Jikapun masih ada pertikel yang bisa lolos pada pada kerongkongan ataupun saluran nafas akan diproduksi lendir sehingga debu atau kotoran dapat menempel pada lendir tersebut. Lendir dengan debu tersebut kemudian secara fisiologis akan dibatukan, yang biasa kita sebut dengan dahak.

Jadi sebenarnya batuk itu juga suatu keadaan yang fisiologis atau normal untuk menangkal benda asing atau debu yang menempel pada saluran pernapasan. Bagaimana sahabat sehat?

Apakah akhir-akhir ini mulai sering batuk-batuk karena kondisi udara yang buruk? Nah berarti mekanisme pertahanan paru-paru Anda berjalan dengan semestinya.

Pada kondisi ini tidak perlu khawatir jika batuknya tidak berlebihan karena masih dikategorikan normal. Bagaimana jika disebut tidak normal? Jika batuk tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari, atau bahkan menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Seperti sesak nafas, demam, atau keluhan lainnya.

Pada kondisi seperti ini, Anda perlu mengkonsultasikan kesehatan Anda pada dokter. Pada dasarnya kitalah yang mengatur kesehatan kita sendiri meskipun lingkungan tidak bersahabat. Ada beberapa hal yang dapat Anda lalukan untuk menjaga kesehatan meski dalam kondisi udara
yang buruk.

Pertama, tentunya menghindari paparan. Usahakan tidak banyak keluar rumah dulu ya jika tidak terlalu perlu. Atau jika ingin keluar rumah selalu menggunakan masker. Penggunaan maskerpun tidak sepenuhnya dapat menangkal polusi.

Masker bedah warna hijau umumnya tidak dapat menyaring debu berpartikel kecil, masih ada yang bisa lewat. Begitu juga dengan masker warna warni lainnya yang banyak dijual di pasaran. Idealnya yang paling bagus adalah masker N95 namun harganya cukup mahal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved