Pengembangan Ubi Mocaf oleh BI dan Kelompok Tani di Desa Mentoyek Akan Panen Perdana

ubi mocaf yang ditanam tersebut adalah kerjasama pihak Bank Indonesia (BI) dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Baras Baru yang berjumlah 24 orang

Penulis: Alfon Pardosi | Editor: Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/NINA SORAYA
Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Baras Baru menyiapkan lahan yang akan digunakan untuk penanaman singkong penepung yang merupakan bahan dasar tepung mocaf, di Desa Mentoyek, Kabupaten Landak, Sabtu (6/10/2018). 

Pengembangan Ubi Mocaf oleh BI dan Kelompok Tani di Desa Mentoyek Akan Panen Perdana

LANDAK - Kepala Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Mempawah Hulu, Nenggolan menerangkan, ubi mocaf yang dikembangkan di Desa Mentoyek, Kecamatan Mempawah Hulu memang sudah hampir panen.

"Ditanam sekitar akhir tahun 2018 kemarin, kalau tidak salah bulan 10. Lokasinya ada 2 hektar di Dusun Sebabat, ada tiga lokasi dengan dua varietas," ujar Neggolan kepada Tribun pada Selasa (16/7/2019).

Dijelaskannya, ubi mocaf yang ditanam tersebut adalah kerjasama pihak Bank Indonesia (BI) dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Baras Baru yang berjumlah 24 orang.

"Luar biasa bagusnya, karena benar-benar dirawat, dan kelompoknya juga baik dalam mengelola. Kalau tidak salah tidak lama lagi memang akan panen," katanya.

Baca: Desa Suka Maju Kembangkan BUMDes Tepung Mocaf dan Tapioka

Baca: Penguatan Ketahanan Pangan Lewat Pengembangan Mocaf di Kalbar

Dari hasil penan ubi tersebut nantilah, varietas yang ditanam diolah untuk menghasilkan tepung mocaf. "Kalau sudah panen, mereka mau buat tepung mocaf, karena sudah ada alat-alat dan mereka sudah praktek," terangnya.

Diakuinya, meski kebun tersebut dikerjakan oleh KWT yang digandeng langsung oleh BI. Pihaknya dari Dinas Pertanian Landak melalui Badan Penyuluh juga mempunyai peranan penting.

"Kalau teknik budidayanya saya langsung yang membina mereka, seperti jarak tanam, bedengan," jelasnya.

Disampaikan Neggolan, kalau dari segi potensinya pengembang tanaman ubi tersebut memang menjanjikan. Begitu juga terkait pemasarannya, pihak BI waktu itu sudah memberikan bayangan. "Tapi nanti kita lihat lagi setelah panen," bebernya.

Neggolan pun menuturkan, penanaman ubi yang dilakukan oleh KWT memang tidak terlalu rumit. Sebab para petani sudah biasa menanam ubi lokal. Tetapi dengan cara tanam tradisional.

Baca: Kepala Bank Indonesia Harap Masyarakat Bisa Belajar Pengembangan Mocaf di Landak

Baca: Bank Indonesia Dukung Pengembangan Mocaf di Kalbar

"Kalau mocaf ini, teknik budidayanya masuk. Kita dari penyuluh punya peranan disitu. Kemudian untuk hama, hampir dikatakan tidak ada," tambahnya.

Pihaknya juga sangat mendukung dengan adanya pengembangan ubi mocaf itu. "Kita berterimakasih kepada BI. Mereka (BI) yang punya modal, dinas teknologi budidaya, dan masyarakat petani terbantu," ungkapnya.

Sedangkan untuk kualitas dari tepung mocaf sendiri, berada di atas tepung tapioka dan bahkan di atas tepung gandung. "Jadi ini sangat menjanjikan jika dikelola dengan baik," pujinya.

Selain itu, ke depan juga akan memberikan motivasi kepada yang lain, dan akan dikembangkan ke kelompok-kelompok tani lain. "Saat bersosialisasi ke tempat lain, biasa juga kami promosikan ubi jenis ini," akunya.

Sementara itu Kasi Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Dinas Pertanian Landak Eva juga sangat berterimaksih kepada BI yang telah mencoba mengembangkan ubi mocaf di Mentoyek.

"Kalau kedepannya ada rencana untuk kerjasama dengan Dinas kita siap, karena kita tau bahwa ubi mocaf itu sangat potensial. Sehingga bisa membantu kelompok-kompok tani kita untuk menambah penghasilan," pungkasnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved