Ungkap Sistem Zonasi Tak Akurat, Orangtua Protes Jarak 550 Meter Jadi 2 Kilometer

Setelah kita lakukan protes dan mendatangi dinas, akhirnya berubah menjadi 408 meter. Inikan melesetnya luar biasa

Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Simulasi Zonasi 

Ungkap Sistem Zonasi Tak Akurat, Orangtua Protes Jarak 550 Meter Jadi 2 Kilometer

PONTIANAK - Jimmy, satu di antara orangtua siswa akhirnya lega. Aksi protes yang ia lakukan berhasil mengungkap ketidakakuratan pengukuran jarak yang diterapkan pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi saat mendattarkan anaknya di SMAN 4 Pontianak.

Jimmy tinggal di Jl DR Wahidin Sudirohusodo, Gang Sepakat 8, Jalur VI. Saat pengukuran jarak rumah ke sekolah menggunakan aplikasi maps aplikasi menhitung jarak hingga 2.027 meter atau lebih dari 2 Kilometer. Padahal, secara nyata jarak dari rumahnya ke SMAN 4 Pontianak tak lebih dari 550 meter.

Kondisi ini membuat nomor urut anaknya melambung tinggi lebih dari angka 253. Padahal kuota jalur zonasi di SMAN 4 Pontianak hanya 253 orang. Jimmy lantas protes. Ia bahkan menantang panitia PPDB melakukan pengukuran manual jarak SMAN 4 ke rumahnya.

Tribun lantas mengajak Jimmy melakukan simulasi untuk menghitung jarak dari rumahnya ke sekolah. Hasilnya, jarak rumah Jimmy ke sekolah hannya 550 meter dan dapat ditempuh dengan waktu enam menit berjalan kaki.

Baca: Kapolres Mempawah: Purun, Sungai Pinyuh dan Mempawah Hilir Termasuk Daerah Rawan Pekat

Baca: Operasi Pekat Polsek Air Besar Sasar Toko Sembako di Serimbu

"Setelah kita lakukan protes dan mendatangi dinas, akhirnya berubah menjadi 408 meter. Inikan melesetnya luar biasa," ucap Jimmy kepada Tribun, Selasa (25/6).

Ketika jarak rumah ke SMAN 4 Pontianak hanya 408 meter disistem, nama anaknya masuk dalam peringkat 45 besar jarak terdekat. Jimmy sebetulnya tak mempermasalahlan jika sistem benar dan akurat. Namun, sistem tak akuran ini membuat jarak 408 meter menjadi 2.027 meter.

"Mau masuk sekolah susah-susah. Di luar negeri orang sudah ngomong teknologi dan mau buat sekolah di bulan. Tapi kite masih jak ributkan mau masok sekolah payah-payah," ucap Jimmy kesal.

Protes sama juga dilayangkan Aini, orangtua lainnya. Pada aplikasi jarak rumahnya ke sekolah tercatan 2 Kilometer lebih. Padahal, jika dihitung manual hanya sekitar 600 meter. Aini tinggal di Gang Sepakat 8. Tak perlu menggunakan kendaraan menuju SMAN 4 Pontianak. Jika berjalan khaki hanya membutuhkan waktu 6 menit.

"Bagi orangtua tentunya dilema. Kita awalnya ingin masukkan anak di SMAN 4. Tapi jaraknya jadi jauh. Takut tidak masuk. Padahal tinggal di Sepakat 8 yang jaraknya 600 meteran saja tapi diaplikasi menjadi 2 kilometer," ujarnya.

Aini mengatakan, nilai anaknya bagus. "Nilainya ini bisa masuk SMA 1 atau SMA 3, tapi dengan adanya sistem zona kami tidak berani macam-macam takut tidak diterima. Saat masuk di aplikasi rumah saya jauh. Padahal rumah saya paling dekat dengan SMA 4 ini, apalagi dengan SMA lainnya," tambah Aini.

"Masih berdebar-debar menunggu, takut tidak diterima karena jarak yang tidak sesuai. Ramai warga di sekitar Sepakat 8 ini yang mengeluh. Kami malah disuruh komplain ke dinas, tidak ada solusi," pungkasnya.

Protes sama juga disampaikan Nazwa (59) pada panitia PPDB SMAN 4 Pontianak. Ia memprotes jarak rumahnya disistem yang menjadi 2,8 Km. Padahal menurut dia jarak rumahnya ke sekolah kurang dari itu.

"Saya juga bingung, padahal rumah dekat tapi menjadi 2,8 kilometer. Itu ngitungnya dari mana," ucapnya. Sebagai orangtua, Nazwa merasa dipersulit untuk mendaftarkan anak sekolah. "Mau sekolah malah dipersulit, macam mana mau nyekolahkan anak kalau macam ini," tegasnya.

Baca: Cetak Kader Penerus Organisasi, IPNU IPPNU PR Al-Mursyid Engkersik Sekadau Gelar Pengkaderan

Baca: DAD Sanggau Kritik PPDB Bersistem Zonasi

Kepala SMAN 4 Pontianak enggan berkomentar saat dikonfirmasi. Hingga berita ini diterbitkan, belum ada penjelasan resmi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar terkait seperti apa mekanisme pengukuran jarak rumah siswa ke sekolah dan aplikasi atau sistem apa yag digunakan.

Sistem Amburadul
Anggota DPRD Kota Pontianak Herman Hofi juga mendapat banyak keluhan orangtua calon siswa di Pontianak terkait PPDB sistem zonasi yang diterapkan.

Menurut Herman Hofi, panitia penerimaan sangat tertutup dan sistem penerimaan kacau balau. Ia mendapatkan banyak keluhan dari orangtua dimana rumahnya secara tata letak tidak jauh atau kisaran 700-800 meter, namun saat masuk diaplikasi zonasi jarak tersebut malah mejadi dua kilometer lebih.

"Inikan tidak masuk akal, janganlah seperti itu. Kalau mau terbuka itu mari gunakan GPS dan bisa akurat mendeteksi jaraknya," ucap Herman Hofi Munawar.

Panitia, katanya, seolah tertutup dan sudah mempunyai sistem tersendiri. Cara seperti ini ia nilai tidak benar. Akibatnya tidak sedikit orang-orang rumahnya dekat dengan sekolah malah tertolak. "Saya minta supaya Ombudsman turun tangan. Ada yang tidak beres dengan sistem seperti ini," tegasnya.

Sementara untuk SMP, jelasnya, waktu rapat bersama DPRD Kota Pontianak akan dilakukan perhitungan manual jalan kaki. Sehingga lebih mudah mendeteksi jaraknya.

Namun saat PPDB SMA, ada orangtua bertanya namun pihak panitia malah menjawab sistem mereka dalam menerapkan zonasi sudah baku.

"Saya pikir kalau masyarakat marah wajar, sistem amburadul seperti ini," tegas Herman.
Ia mengharapkan kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar turun langsung melihat sistem yang amburadul dan merugikan masyarakat Pontianak ini.

Siswa Ketakutan

Anggi (16), alumnus SMPN 6 Pontianak yang mengikuti PPDB di SMAN 7 Pontianak khawatir tak bisa sekolah. "Saya tidak tahu lulus atau tidak. Takut. Antara masuk dengan ndak melalui jalur zonasi. Saya tinggal di Gang Wonobaru, Jl Tani Makmur, " ujarnya.

Ia merasa mendaftar SMA sistem zonasi ribet. "Ada ketakutan tidak lulus. Sistem kayak gini susah dan agak ribet dan ada beberapa orangtua yang marah-marah," ucapnya. Anggi kasihan pada orangtua lantaran harus berjuang untuk mendaftarkan anak-anaknya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved