TERUNGKAP Kisah Cinta Jokowi-Iriana! Curi-curi Pandang, Menikah hingga 2,5 Tahun di Hutan Rimba Aceh

Kesederhanaan dalam diri Iriana mampu memikat hati Jokowi hingga berujung ke pelaminan............

Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Joko Widodo dan Iriana Joko Widodo | Terungkap Kisah Cinta Jokowi-Iriana! Curi-curi Pandang, Menikah hingga 2,5 Tahun di Hutan Rimba Aceh. 

Saya Joko Widodo. Ini adalah kisah masa muda saya sewaktu memulai perjalanan hidup.
Saya berasal dari Kota Solo, Jawa Tengah.
Saya anak sulung dari empat bersaudara.
Tiga adik saya semuanya perempuan.

Saya berasal dari keluarga biasa.
Kami berulangkali pindah rumah kontrakan.
Rumah sederhana yang mampu dibayar bapak untuk tempat tinggal kami sekeluarga.
Bapak berjuang untuk hidup kami dengan berjualan bambu dan kayu di pasar.
Ibu sangat gigih membantu bapak.

Setelah selesai masak dan membereskan rumah, Ia segera pergi ke lapak dagang bapak untuk membantu mengikat bambu dan kayu.
Mereka melakukan itu semua demi anak-anaknya untuk bisa sekolah.
Mereka meyakinkan saya, bahwa sekolah akan mampu mengubah hidup saya.
Perjuangan dan usaha bapak sangat menginspirasi saya.

Usaha bapak berjalan baik, dagangan makin laku dan saya tahu ibu mulai punya uang.
Saya pun mulai nakal waktu itu.
Saya sering iseng memamnggi pedagang makanan apa saja yang lewat dekat rumah.
Tukang siomay, tukang bakso, tukang jajanan pasar.
Ibu pun terpaksa membayar apa pun yang saya pesan.

Suatu kali saya asal manggil saja, ada tukang lewat di depan rumah.
Saya pikir jual kue pasar, ternyata tukang arang.
Ibu muncul sebelum saya sempat berlari.
Terpaksa ibu membelinya dan langsung menyodorkan bungkusan berisi arang untuk saya makan sambil berkata.
“Ayo makan. Habisin, yah!. Kamu kan yang kepingin jajan”

Suatu hari kami kena gusur pemerintah daerah karena daerah rumah kami akan dibangun fasilitas kota.
Kami sekeluarga terusir begitu saja tanpa ada perhatian di mana kami akan tinggal.
Kejadian ini membuat kami sangat terpukul.
Kami terpaksa menumpang di rumah paman.
Keadaan yang sulit membuat kami sekeluarga gigih berjuang lebih keras.

Bapak menjadi sopir angkutan umum.
Setelah sekolah saya membantu ibu berjualan di pasar meneruskan usaha bapak.
Kami sekeluarga menjalani hidup tanpa mengeluh dan saling mengalirkan energi positif.
Bersama-sama kami berjuang untuk tidak lagi menumpang.
Kerja keras tidak pernah sia-sia.

Bapak bisa membuka bengkel usaha kayu.
Setelah beberapa tahun akhirnya uang bisa terkumpul untuk membelu rumah sederhana.

Tahun 1980 akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di jurusan teknologi kayu, kehutana UGM.
Saya memilih jurusan tersebut, agar saya dapat belajar lebih mendalam tentang perkayuan.
Saya ingin mengikuti jejak bapak. Ingin membangin bisnis kayu bapak menjadi besar.

Saya gondrong waktu kuliah, dan saya suka bangat dengarin musik cadas.
Dari Nazareth, Qeen, Metallica, Judas Priest, Gun n Roses.

Saya juga hobi banget naik gunung.
Gunung Lawu, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Guning Kerinci, juga saya daki.
Menginjak masa penulisan skripsi, di tingkat akhir kuliah saya sudah agak kalem.
Akan menginjak dunia kerja saya memutuskan untuk lebih serius.

Saya bertemu dengan gadis bernama Iriana.
Dia teman adik saya yang sering main ke rumah.
Pertama curi-curi pandang, lama-lama jadi jatuh cinta.

Iriana orangnya sederhana dan itu yang saya suka.
Pacaran waktu itu, berat di ongkos tapi ringan di hati.
Saya naik bus, penuh sesak.
Bolak-balik Jogja-Solo demi bertemu Iriana.

Lulus kuliah tahun 1985.
Saya melamar ke sebuah perusahaan kertas di Aceh.
Setelah diterima, saya baru tahu akan ditempatkan di hutan rimba.
Pekerjaan saya adalah mempersiapkan persemaian pinus untuk kemudian ditanam di lapangan, di hutan-hutan yang gundul.

Beberapa bulan setelah itu saya kembali ke Solo untuk menikahi Iriana, dan menyiapkan keberangkatan kami ke Aceh. Masa awal pernikahan kami berada di dalam hutan rimba selama dua setengah tahun.
Pada tahun kedua Iriana sudah dalam kondisi hamil dan kita memutuskan untuk melahirkan anak pertama kami di Solo.
Kembali ke Solo, mulai ikut paman bekerja di pabrik mebel untuk mencari pengalaman.
Di sini saya belajar banyak tentang bagaimana menjadi pengusaha yang baik.
Semua posisi pernah saya lakoni.
Di produksi, di pemasaran, semuanya pernah saya alami.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved