Di Program Aiman Kompas TV, Wiranto Bantah Tudingan Kivlan Zen Sebagai Dalang Kerusuhan Mei 1998

Kivlan Zen sempat melontarkan pernyataan bahwa Wiranto merupakan dalang kerusuhan yang ikut melengserkan kekuasaan Presiden Orde Baru Soeharto.

Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jimmi Abraham
Youtube Kompas TV
Wawancara Aiman Witjaksono dengan Menko Polhukam sekaligus mantan Panglima Abri Jenderal TNI (Purn) Wiranto saat program Aiman Kompas TV Episode Politik, Hukum dan Keamanan Jelang Pencoblosan 

Di Program Aiman Kompas TV, Wiranto Bantah Tudingan Kivlan Zen Sebagai Dalang Kerusuhan Mei 1998

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Jenderal TNI (Purn) Wiranto membantah dirinya sebagai dalang kerusuhan Mei 1998.

Dalam program Aiman Kompas TV, mantan Panglima ABRI itu menjawab tudingan mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kaskostrad) Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen.

Kivlan Zen sempat melontarkan pernyataan bahwa Wiranto merupakan dalang kerusuhan yang ikut melengserkan kekuasaan Presiden Orde Baru Soeharto.

Kivlan Zen juga menuding Wiranto ikut menggerakkan mahasiswa menduduki gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), memilih meninggalkan Jakarta pada saat situasi kacau dan menolak untuk mengerakkan pasukan saat kerusuhan 1998.

Baca: Bantah Sebagai Dalang Kerusuhan 98, Wiranto Tantang Kivlan Zein hingga Capres Prabowo Sumpah Pocong

Baca: Karni Ilyas Ungkap Sikapnya saat Rezim Soeharto! Tulis Kepastian Hukum Usai Kerusuhan Berbau SARA

Baca: HASIL Madura United Vs Persebaya Surabaya Semifinal Piala Presiden 2019 Babak I, Skor Sama Kuat

"Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk berdebat secara individual di ruang publik dengan bawahan saya. Pertama, tidak etis. Kedua, juga itu kan pernyataan pribadi," ungkapnya saat program Aiman Kompas TV Episode Politik, Hukum dan Keamanan Jelang Pencoblosan.

Namun, Wiranto tidak menampik dirinya wajib beri penjelasan supaya masalah ini tidak berkepanjangan.

Wiranto memaparkan dalam hirearkis militer terutama dalam organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) waktu itu, Pangkostrad bertanggung jawab untuk membina pasukan, bukan mengerahkan pasukan.

"Pangkostrad tugasnya hanya melatih pasukan untuk kemudian digunakan oleh Panglima ABRI," terang Wiranto.

Berkaca dari hal itu, Wiranto menimpali tidak mungkin Pangkostrad mengerahkan pasukan tanpa seizin Panglima ABRI.

Baca: LIVE Indosiar Piala Presiden 2019 Hari Ini, Berikut Head to Head Derby Jawa Timur Ini Menuju Final

Baca: STREAMING Indosiar Piala Presiden Sedang Berlangsung, Madura United Vs Persebaya Surabaya Berjibaku

Baca: Kelompok Ibu Pengajian di Teluk Pakedai Siap Dukung Rubaeti Erlita ke Senayan

Pangkostrad hanya bisa mengerahkan pasukan tatkala diangkat menjadi Panglima Komando Tugas Gabungan oleh Panglima ABRI.  

"Baru dia (Pangkostrad_red) bisa kerahkan pasukan. Apa lagi Kaskostrad, itu tidak punya tongkat komando. Tidak punya kewenangan komando. Bagaimana Kaskostrad atau Kepala Staf Kodam menggerakkan pasukan?," tanya dia. 

Wiranto juga tidak terima keberangkatannya ke Malang dari Jakarta dikatakan sebagai lepas tanggung jawab dan mengosongkan Jakarta saat itu.

Ia menambahkan pada 13 Mei 1998, sudah ada kerusuhan di sejumlah wilayah Indonesia diantaranya Jakarta, Semarang, Medan, Ujung Pandang dan Solo.

"Saya ke Malang itu 14 Mei pagi. Panglima ABRI sudah memberi kewenangan dan tanggung jawab seluruh wilayah Indonesia kepada Pangdam," kata Wiranto.

"Ini tanggung jawab wilayahmu, tanggung jawab kekuasanmu, nanti lapor ke saya. Berarti setiap daeah sudah ada penanggungjawab operasional," ujarnya menirukan ucapan saat itu. 

Baca: Marah Dilarang Main PUBG oleh Ibunya, Remaja India Usia 16 Tahun Bunuh Diri

Baca: Pernikahan Anak di Bawah Umur melalui Pengiklanan Facebook Marak di Nigeria, Ini Motifnya

Baca: GrabExpress Gelar Pelatihan Pengembangan Pemasaran Digital di Pontianak

Wiranto menjelaskan keberangkatannya ke Malang atas undangan Pangkostrad untuk melakukan serah terima Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC). 

"Saya hadir di sana dalam rangka memimpin upacara serah terima Komandan PPRC. Jam 7 pagi berangkat. Upacara di lapangan terbang Abdurrahman Saleh," timpal Wiranto

Selesai upacara, Wiranto pulang ke Jakarta. Namun, sampai di Jakarta keadaan kerusuhan memuncak. Ia terpaksa memutar haluan helikopter.

Ia memutuskan segera gelar rapat khusus atau rapat darurat di Jakarta.

"Di garnizun, semua komando utama saya undang. Saya tanya kepada Pangdam Jaya dan Kapolda apakah anda masih bisa mengendalikan ini. Kalau tidak saya ambil alih. Beliau katakan siap Panglima," tutur Wiranto.

"Lalu saya tanya, apa kekuranganmu? Siap, kurang pasukan. Malam itu juga saya tanya ke Asintel, bagaimana keadaan Jawa Timur. Kira-kira kondisinya masih bisa dipertahankan aman terkendali? Siap pak, masih aman terkendali," kata Wiranto menirukan percakapannya. 

Mendengar informasi situasi dan kondisi masih aman terkendali, Wiranto memutuskan semua pasukan Jawa Timur pindah ke Jakarta pada 14 Mei 1998 malam. 

Mobilisasi pasukan melalui air lift, pesawat-pesawat TNI AU dan pesawat-pesawat maskapai Garuda yang diambil alih.

Baca: BMKG Hari Ini Pantau 5 Titik Panas di Kalbar

Baca: VIDEO: Sambutan Bupati Rupinus Saat Entry Briefing BPK

Baca: Dandim Bersama Komandan Brimob Cooffee Morning Bersama Warga Pasar Turi

"Malam itu semua pasukan Kostrad datang. Pasukan marinir datang di Jakarta. Tanggal 15 Mei pagi, daerah sudah terkendali. Hanya tiga hari," tegasnya kembali.

Wiranto menanyakan tudingan terhadap dirinya sebagai sumber atau dalang kerusuhan yang ingin melakukan kudeta. 

"Teori kudeta itu begini. Kita bikin rusuh aja dulu. Tatkala rusuh saya ambil alih. Itu logikanya begitu. Ini kerusuhan terjadi saya padamkan. Pada saat saya ada kesempatan ambil alihpun, saya tidak ambil alih. Dibalik-balik kan seperti ini cobalah. Coba kita berpikir rasional," pungkasnya. (*)

Berikut cuplikan wawancara Aiman Witjaksono dengan Menko Polhukam sekaligus mantan Panglima Abri Jenderal TNI (Purn) Wiranto saat program Aiman Kompas TV Episode Politik, Hukum dan Keamanan Jelang Pencoblosan :

Lebih dekat dengan kami, follow akun (IG) Tribun Pontianak :

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved