Septi Dwitasari Raih Predikat Mahasiswa Terbaik dan FTIK Terbaik di Wisuda IAIN Pontianak 2019
Septi Dwitasari (23) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Penulis: Anggita Putri | Editor: Madrosid
Septi Dwitasari Raih Predikat Mahasiswa Terbaik dan FTIK Terbaik di Wisuda IAIN Pontianak 2019
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Septi Dwitasari (23) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak meraih predikat mahasiswa terbaik dan FTIK terbaik pada wisuda IAIN Pontianak tahun 2019 yang digelar di Sport Center, IAIN Pontianak, kamis (28/3/2019).
Septi mendapat dua predikat sekaligus dan meraih IPK tertinggi dari 400 lebih mahasiswa yang diwisuda kali ini, ia meraih IPK 3.88.
Septi mengatakan bahwa untum mendapatkan IPK tertinggi, dan predikat terbaik itu tidak mudah banyak yang harus dilakukan, diperjuangkan, dan dikorbankan untuk meraih semua itu.
Baca: Sat Lantas Polres Singkawang Siap Amankan Jalur The Gade Night Fun Run 2019
Baca: TERUNGKAP! Penyebab Timnas Malaysia Gagal ke Piala Asia U-23 2020 Thailand
Baca: Polres Singkawang Dukung The Gade Night Fun Run 2019
Terutama waktunya banyak habis untuk belajar dan fokus dalam dunia akademik.
"Nilai saya dengan temen-temen hanya beda sedikit, tapi penentuan hasilnya pada saat semester terakhir," ujar Septi kepada Tribun Pontianak.
Pada saat semester pertama, ia mengaku nilainya dengan temen-temen yang lain kurang lebih sama, hanya beda tipis saja, dan ia menganggap apa yang ia dapatkan hari ini kemungkinan rezeki yang diberikan Allah kepadanya.
Masa studi kuliah yang ia tempuh selama 3 tahun 7 bulan. Masa studinya lebih cepat dari yang telah ditentukan.
Septi berasal dari Bengkayang, semasa kuliah ia tinggal bersama abang kandungnya di Tanjung Raya 2. Bapaknya adalah pensiunan PNS, dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa, tetapi buka warung kecil-kecilan didepan rumah.
Septi membagikan Tips untuk selesai kuliah tepat waktu, dan bisa mendapat nilai tinggi yaitu cukup bergaul sama teman-teman yang selalu memotivasi dirinya.
"Cari teman-teman yang tidak hanya sama kita kalau lagi pengen senang-senang saja, csri teman yang mau menerima kita disituasi susah sekalipun," imbuhnya.
Ia mengatakan untuk menyelesaikan skripsi cepat tidak boleh menyelesaikan skripsi itu sendiri tapi ajak teman-teman supaya tetap semangat.
"Kalau mengerjakan sendiri Kita akan drob. tidak ada lagi yang membangun semangat tapi kalau ada teman sama-sama ngerjain sama kita, kita akan kembali semangat," pungkasnya.
Ia mengaku berjuang bersama-sama temanya untuk mengerjakan skripsi hanya berbeda siapa pada jadwal sidang.
Septi juga mengaku bahwa dirinya tidak mengikuti organisasi dikampus maupun diluar kampus, dsn hanya fokus dibidang akademis saja.
Namun diawal masuk kuliah ia sempat mengikuti ekstrakurikuler seni yang membuatnya jadi malas kuliah.
"Jadi saya keluar organisasi, kemudian saya istirahat tidak ada lagi mengikuti organisasi di luar, di dalam kampus. Jadi saya benar-benar fokus kuliah sambil jualan yang membuat saya fokus dalam kuliah," ujar Septi.
Namun walaupun ia tak mengikuti organisasi bukan berarti ia tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain di sekitarnya.
" Saya tidak mau terlalu kompleks di organisasi dikarenakan di organisasi ini lebih banyak kumpul-kumpul sama teman untuk hal yang tidak penting," imbuhnya.
Daripada dirinya kumpul yang tidak jelas lebih baik ia kuliah dengan baik dan rajin.
"Biasanya saya sekedar sharing sama kawan, bahas kuliah tadi gimana, dan debat dikelas dan lebih banyak dekatkan diri dengan dosen, supaya pikiran kita terbuka," ujarnya.
Supaya tahu gimana cara menjadi anak yang baik, dan menjadi mahasiswa yang baik dibidang akademik.
Septi mempunyai keinginan untuk lanjut lanjut S2, namun ia mengurungkan niatnya karena merasa kasian dengan orang tua yang selama ini sudah membantunya dalam menyelesaikam strata 1 (S1).
Namun ia tetap merasa bersyukur karena sudah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidangnya.
"Alhamdulillah udah dapat kerja di SD N 24 Pontianak Timur ," ucapnya.
Ia sempat mendapatkan tawaran beasiswa S2 Psikologi namun ia kurang tertarik dengan jurusan yang ditawarkan, karena tidak sesuai dengan jurusan sebelumnya ia ambil.
Walaupun ia sempat diremehkan oleh orang yang ada disekitarnya, namun ia mampu membuktikan bahwa tidak selamanya yang datang dari kampung tidak bisa berprestasi.
"Alhamdulillah sekarang terbukti diantara ratusan saya bisa jadi orang nomor satu itu rasanya sangat bangga, dan membuat orang tua menangis bangga dan haru atas pencapaia saya, karena biasanya saya dianggap kurang dalam hal seperti ini," tutupnya.