Ustadz Abdul Somad

Pesan Hajah Rohana Ibu Ustadz Abdul Somad Sebelum Meninggal Dunia, Dimakamkan di Simpang Tuan Syekh

Pesan Hajah Rohana Ibu Ustadz Abdul Somad Sebelum Meninggal Dunia, Dimakamkan di Simpang Tuan Syekh

Editor: Nasaruddin
Instagram Arie Untung
Pesan Hajah Rohana Ibu Ustadz Abdul Somad Sebelum Meninggal Dunia, Dimakamkan di Silau Lama Asahan 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sepupu Ustadz Abdul Somad, Mustafa Gubel, mengatakan jenazah Hajah Rohana, Ibu Ustadz Abdul Somad akan dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Simpang Tuan Syekh.

Almarhumah Hajah Rohana dimakamkan berdekatan langsung dengan makam ayah almarhumah atau kakek Ustadz Abdul Somad yang bernama H Lobbayuddin.

Sepupu Ustadz Abdul Somad, Mustafa Gubel mengatakan, hal itu sesuai dengan pesan yang disampaikan Hajah Rohana lima bulan lalu.

"Jadi lima bulan lalu ayah saya, Abdul Jabbar yang merupakan abang almarhumah, meninggal. Almarhumah ketika itu bilang ke saya, minta dimakamkan di dekat makam ayahnya," ungkap Mustafa Gubel, dilansir Tribun Medan.

"Kemudian saya bilang sama Somad, Mad ibumu kalau meninggal minta dimakamkan di sini," ungkap Mustafa, di kediaman almarhumah, Jalan Besar Syekh Silau, Dusun VI, Desa Silo Lama, Kecamatan Silau Laut, Asahan.

Baca: Ibunda Ustadz Abdul Somad Sempat Ikut Shalat Subuh Sebelum Meninggal Dunia di Rumah Sakit

Baca: Aa Gym dan Arie Untung Sampaikan Ucapan Duka Setelah Dapat Kabar Ibu Ustadz Abdul Somad Meninggal

Baca: Niat Solat Asar & Jadwal Sholat Asar Hari Ini, Ustadz Abdul Somad Ungkap Keutamaan Salat Awal Waktu

Baca: Ustadz Abdul Somad Tantang Pengejeknya di Youtube, IG, Facebook: Kalau Kalian Mau Serius Datanglah!

Ia pun menyebutkan, jenazah diperkirakan tiba pada sore hari, mengingat jauhnya jarak Pekanbaru, Riau-Asahan, Sumut. Jenazah diberangkatkan dari Pekanbaru sekitar pukul 08.00 WIB.

"Jam setengah dua belas tadi kami hubungi, posisi sudah di Simpang Dumai. Diperkirakan jenazah tiba selepas Ashar atau menjelang Maghrib," sebut Mustafa.

Menurut Mustafa, rombongan yang ikut bersama jenazah yaitu kakak dan anak almarhumah.

"Kalau Abdul Somad masih di Juanda, Surabaya menunggu keberangkatan kemari. Mudah-mudahan tiba sore ini juga," ujarnya. (ind/tribun-medan.com).

Ibunda Ustad Abdul Somad, Hj Rohana meninggal dunia di RS Sansani, Pekanbaru pada Senin (18/3/2019) sebelum subuh tadi.

Selanjutnya, jenazah dibawa ke kampung halamannya di kawasan Dusun VI, Desa Silau Lama, Kecamatan Silo Laut, Asahan untuk dimakamkan.

Ibunda Ustadz Abdul Somad merupakan keturunan ulama terkemuka, Syaikh Abdurrahman (Syaikh Silau Laut).

Hal itu disampaikan sendiri oleh Ustadz Abdul Somad.

Menurut UAS, Syaikh Abdurrahman mencari ilmu tujuh tahun di Kedah, terus ke Patani belajar pada Syaikh Wan Musthafa Al-Fathani, terus ke Makkah, tujuh tahun di Makkah, kembali ke Sumatera.

Lalu Sultan Asahan menganugerahkan tanah Silau Laut. Di sana Syaikh Abdurrahman (Syaikh Silau Laut) membina keluarga.

Seorang anak perempuannya bernama Siti Aminah, melahirkan anak perempuan bernama Hj. Rohana, melahirkan anak lelaki bernama Abdul Somad

Ustadz Abdul Somad merupakan ulama yang lahir pada hari Rabu, 18 Mei 1977 atau 30 Jumadil Awal 1397 H di Silo Lama, Silau Laut, Kabupeten Asahan, Sumatera Utara.

Moyangnya adalah Syekh Abdurrahman yang pernah belajar ilmu agama Islam di Mekkah, Arab Saudi.

Sepulangnya dari Mekkah, Syekh Abdurrahman menghadap Sultan Asahan dan diberikan sebidang tanah yang kemudian di atasnya dibangun sebuah rumah.

"Lalu dibuatnyalah rumah yang masih ada sampai sekarang, namanya rumah besar, satu arsitek dengan Istana Lima Laras di kabupaten Batubara, Sumatera Utara," ujar Ustaz Abdul Somad.

Di tempat itulah Syekh Abdurrahman membangun biduk rumah tangga hingga turun-temurun sampai ke generasi Ustaz Abdul Somad.

"Kemudian beranak pinaklah Syekh Abdurrahman tadi, punya anak perempuan bernama Siti Aminah, Siti Aminah punya anak perempuan bernama Hajjah Rohana, Hajjah Rohana punya anak itulah saya Abdul Somad," tutur UAS.

Walaupun moyangnya adalah seorang Syekh, Ustadz Abdul Somad tidak dianggap demikian, sebab Sumatera Utara menganut paham patrilinial atau berdasarkan keturunan ayah.

"Tapi saya tidak dianggap keturunan Tuan Syekh karena dari pihak perempuan. Makanya kalau ada yang bertanya keturunan Tuan Syekh, tidak saya bilang. Terus, ayah saya petani, orang biasa. Kami bukan keturunan bangsawan, bangsa yang hidup di awan," kata UAS.

Ustaz Abdul Somad menempuh pendidikan dasar di SD Al-Washliyah Medan dan tamat tahun 1990.

Ia lalu melanjutkan ke MTs Mu'allimin Al-Washliyah yang juga masih di Medan dan tamat tahun 1993.

Selama satu tahun setelahnya, UAS menimba ilmu di Pondok Pesantren Darul Arafah, Deliserdang, Sumatera Utara.

Kemudian keluarga UAS memutuskan untuk merantau ke Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, bekas kerajaan Melayu Pelalawan yang merupakan pecahan dari Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Di tanah perantauan itu UAS melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Nurul Falah, Air Molek, Indragiri Hulu sampai lulus tiga tahun kemudian.

Pada tahun 1998, UAS mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

UAS dan 99 orang lainnya berhasil menyingkirkan 900 peserta yang ikut seleksi.

"Lalu kemudian melanjutkan ke Universitas Al-Azhar tahun 1998 sampai 2002. Empat tahun saya pulang, melanjutkan ke UKM, Universiti Kebangsaan Malaysia jurusan FPI, Faculti Pengajian Islam," ucap Ustad Abdul Somad.

Namun Di UKM Malaysia, UAS hanya sempat kuliah selama dua semester saja.

Ia kemudian mendapatkan beasiswa S2 dari The Moroccan Agency of International Cooperation di Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko.

"Lalu dapatlah tahun 2004 saya berangkat, 2006 akhir dapatlah gelar setelah dua tahun di sana dari Darul Hadits di Rabat, nama gelarnya DESA. Tapi malu saya memakainya. Masa jauh-jauh balik Desa. Jadi saya tulis ajalah Lc, MA. Karena kebanyakan orang pakai MA," kata UAS.

Menurutnya, Dar El-Hadith El-Hassania Institute, Maroko, setiap tahunnya hanya menerima 20 mahasiswa melalui jalur beasiswa.

15 di antaranya diperuntukkan bagi pelajar Maroko dan 5 sisanya diperebutkan oleh pelajar dari seluruh dunia.

"AMCI memberi beasiswa tujuh tahun, saya baru habiskan dua tahun, berarti ada jatah lima tahun lagi. Tapi kata emak saya waktu saya mau lanjut Doktor, tak ada gunanya kau balik Doktor kalau aku almarhumah.

Akhirnya saya baliklah. Itulah mengapa saya tak Doktor. Kesal seumur hidup tak dapat dijemput balik. Makanya kalau udah salaman, kenalkan Doktor, aduh ciut saya," ujar UAS.

Setelah selesai wisuda, UAS menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah, Arab Saudi.

Kebetulan waktu itu musim haji pada bulan Desember.

Selesai berhaji, UAS terbang dari Jeddah ke Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam menggunakan pesawat Royal Brunei.

"Itulah singgah saya ke rumah guru saya Haji Armawi Abdurrahman. Beliau juara Musabaqoh Tahfiz Quran di Mekkah Al-Mukarramah tahun 1987-1988. Kemudian beliau mengajar di Pondok Tahfiz Quran. Jadi saya dapat info, ustad saya mau datang ke Brunei, datanglah, maksudnya mau transit kalau bisa dapat kerja di Brunei," tutur UAS.

Setelah melamar pekerjaan ke sejumlah tempat, UAS lalu pulang ke rumah orangtuanya di Riau dan menjadi dosen di sebuah universitas swasta.

Ia kemudian mengikuti tes untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil.

UAS mendapatkan kabar bahwa dirinya diterima sebagai dosen kontrak di universitas yang ada di Brunei Darussalam.

"Hari itu pikiran bercabang. Kata emak saya tak usahlah kau pergi lagi karena sudah terlalu lama jauh. Anak tak banyak, saya anak pertama adik saya anak ke-dua. Kau di sini sajalah walaupun hujan batu di sini hidup juga kau nanti. Itu skenario Allah SWT," ucap UAS.

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved