Setelah 70 Tahun, Satu Jenazah Korban Pearl Harbor Akhirnya Teridentifikasi

Lawson, asal Butler County, Ohio, menjadi satu dari ratusan pelaut dan marinir yang terbunuh dalam serangan di Pearl Harbor dan dimakamkan

Editor: Dhita Mutiasari
ISTIMEWA
Kapal USS Arizona adalah salah satu kapal perang AS yang tenggelam akibat serangan mendadak Jepang ke Pangkalan AS Pearl Harbor, Hawaii, pada 7 Desember 1941.( National Archives and Records Administration) 

Setelah 70 Tahun, Satu Jenazah Korban Pearl Harbor Akhirnya Teridentifikasi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Jenazah salah seorang korban serangan Pearl Harbor yang tewas pada 1941 akhirnya dapat teridentifikasi setelah lebih dari tujuh dekade.

Para ilmuwan mengidentifikasi jenazah tersebut sebagai Willard I Lawson, anggota pemadam kebakaran Angkatan Laut kelas 3 berusia 25 tahun yang menjadi kru dari kapal perang USS Oklahoma.

Kapal tersebut menjadi salah satu korban serangan pasukan Jepang di Hawaii pada 7 Desember 1941 silam.

Kapal itu tenggelam setelah rusak parah akibat dihantam torpedo.

Foto Willard I Lawson, pelaut pemadam kebakaran Angkatan Laut AS yang menjadi korban serangan Pearl Harbor pada 1941 dan jenazahnya belum lama diidentifikasi.(DPAA.mil)
Foto Willard I Lawson, pelaut pemadam kebakaran Angkatan Laut AS yang menjadi korban serangan Pearl Harbor pada 1941 dan jenazahnya belum lama diidentifikasi.(DPAA.mil) (ISTIMEWA)

Baca: Harap Pemilu Berjalan Elegan dan Berkelas, Kapolres: Peserta Kompetisi Ikut Aturan Main

Baca: Kapolres Kayong Utara Pastikan Semua Partai Telah Layangkan Permohonan STTP

Baca: Imbas Jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines, Lion Air Berhentikan Operasional Boeing 737 Max 8

Hasil identifikasi tersebut diumumkan oleh Badan Pelaporan Tahanan Perang dan Hilang dalam Tugas dari Departemen Pertahanan (DPAA), pada Senin (11/3/2019).

Lawson, asal Butler County, Ohio, menjadi satu dari ratusan pelaut dan marinir yang terbunuh dalam serangan di Pearl Harbor dan dimakamkan di pemakaman tanpa nama.

Namun pada 2015, DPAA mulai menggali kembali sisa-sisa jenazah korban dari Pemakaman Memorial Nasional Pasifik, atau yang juga dikenal sebagai Punchbowl, untuk melanjutkan proses identifikasi.

Para ilmuwan menggunakan analisis gigi dan antropologis, dengan didukung bukti tak langsung dan material, serta analisis DNA untuk mengidentifikasi sisa-sisa jenazah Lawson.

Setelah teridentifikasi, jenazah Lawson akan dipindahkan dari Punchbowl di Hawaii dan dimakamkan kembali di Madison, negara bagian Indiana, pada 27 April mendatang.

Namanya juga dituliskan di Dinding Korban Hilang di Punchbowl, dengan hiasan mawar terukir di sebelah namanya untuk menunjukkan bahwa dia telah teridentifikasi.

Lebih dari 2.400 orang tewas dalam serangan pasukan Jepang di Pearl Harbor, Hawaii, yang kemudian membawa AS ke dalam Perang Dunia II.

Sebanyak sekitar 388 jenazah pelaut yang tidak teridentifikasi dikuburkan bersama di Punchbowl, namun Pentagon menginginkan mereka semua dapat diidentifikasi dan dimakamkan secara individu sebagai bentuk penghormatan. 

Baca: Tewaskan WNI Harina Hafitz, Ini Kronologi Kecelakaan Pesawat Ethiopian Airlines ET-302

Baca: Selamat dari Musibah Jatuhnya Pesawat Ethiopian Airlines, Pria Ini Sebut Hari Keberuntungannya

Mengubah Sejarah Dunia

Pada 7 Desember 1941, ratusan pesawat Jepang menyerang Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii.

Dua jam pengeboman itu menyebabkan 2.402 orang Amerika Serikat tewas dan 1.282 orang terluka.

Serangan terhadap Pearl Harbor mengejutkan dan membuat marah AS.

Para anggota Kongres AS kemudian memperdebatkan apakah AS akan menyatakan perang, tidak hanya terhadap Jepang tetapi juga Jerman dan Italia.

Akhirnya, Presiden AS Franklin Delano Roosevelt meyakinkan Kongres AS untuk mengikutkan negaranya dalam Perang Dunia II. Langkah ini mengubah sikap AS dalam perang yang bergejolak di Eropa dan Asia Pasifik itu.

Ini mengakibatkan ribuan orang AS bergegas mendaftar untuk bergabung dengan angkatan bersenjata Amerika Serikat. Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang pada 8 Desember.

Tiga hari kemudian, Jerman menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Kondisi ini menjadikan Amerika Serikat tergabung dengan pasukan Sekutu dan terlibat pertempuran di Eropa dan Asia Pasifik.

Mengapa Jepang menyerang AS? Serangan itu dimaksudkan sebagai antisipasi Jepang untuk mencegah armada Pasifik AS melakukan tindakan militer terhadap Kekaisaran Jepang.

Pemimpin Jepang tak mau jika Amerika Serikat terlalu mengintervensi aksinya dalam peperangan di Asia Pasifik.

Pearl Harbor diserang oleh 300-an pesawat tempur Jepang, baik pengebom dan pesawat torpedo dalam dua gelombang, yang diluncurkan dari enam kapal induk.

Semua delapan kapal perang Angkatan Laut AS rusak, empat di antaranya hangus. Sebanyak 188 pesawat AS, tiga kapal penjelajah, tiga kapal perusak, satu kapal pelatihan anti-pesawat dan satu minelayer hancur. Aksi Jepang ini mendapat dukungan dari negara poros, yaitu Jerman dan Italia.

Pada 11 Desember 1941 Jerman dan Italia menyatakan perang terhadap AS untuk menghormati komitmen mereka di bawah Pakta Tripartit bersama Jepang.

Salah satu tujuan utamanya adalah untuk membatasi intervensi AS dalam setiap konflik yang melibatkan tiga negara itu.

Mengubah dunia Setelah 1941, para pemimpin Persemakmuran Inggris (Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Persatuan Afrika Selatan), Republik Sosialis Uni Soviet, dan Amerika Serikat, yang dikenal sebagai "Big Three", memegang kepemimpinan dari kekuatan pasukan Sekutu.

Kelompok ini mulai membagi tugasnya masing-masing untuk melakukan serangan dari kelompok poros, yaitu Jerman, Jepang, dan Italia di berbagai negara.

Dominasi Jerman dan Italia bisa diredam oleh pasukan Sekutu di Eropa.

Selama tahap akhir Perang Dunia II pada 1945, AS secara intens telah membakar 67 kota Jepang. Dalam sebuah ultimatum, AS bersama dengan Inggris menyerukan penyerahan Jepang dalam Deklarasi Potsdam pada 26 Juli 1945.

Kapal USS Arizona adalah salah satu kapal perang AS yang tenggelam akibat serangan mendadak Jepang ke Pangkalan AS Pearl Harbor, Hawaii, pada 7 Desember 1941.( National Archives and Records Administration) Perang Dunia II juga ditutup dengan tragedi kemanusiaan, yaitu serangan nuklir pertama dan satu-satunya di masa perang.

Ini terjadi setelah Presiden AS Harry S Truman memerintahkan serangan terhadap kota-kota Jepang.

Hiroshima dan Nagasaki menjadi korban jatuhnya bom nuklir pada Agustus 1945. Akibatnya, bom atom menewaskan lebih dari 125.000 orang.

Sedangkan, lebih dari 50 juta orang tewas dalam perang.

Setelah empat tahun berperang dalam Perang Dunia II, AS memainkan peran utama dalam pembentukan Perserikatan Bangsa Bangsa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), memastikan kehadiran mereka yang berkelanjutan di panggung dunia.

Melalui pembentukan ini, harapannya untuk menekan invasi-invasi suatu negara terhadap negara lain dan membuat hubungan dan kerukunan antar negara-negara dunia. Sebagai akibat dari serangan Pearl Harbor dan respons setelahnya, AS menjadi kekuatan supermiliter dan politik global sampai saat ini. Konspirasi Sebelum peristiwa Pearl Harbor, banyak dari masyarakat AS yang sebenarnya tak setuju dengan sikap Presiden Roosevelt untuk ikut dalam Perang Dunia II.

Bagi masyarakat AS, hidup tenang dan damai sudah cukup tanpa peperangan yang membuat banyak masalah.

Namun, terdapat sebuah teori konspirasi yang mengatakan bahwa sebenarnya Roosevelt memang sengaja membiarkan Jepang menyerang Pearl Harbor.

Ini dilakukan agar AS punya alasan untuk terjun dalam peperangan. Ada juga teori yang menyebut bahwa Perdana Menteri Inggris Winston Churchill sebenarnya tahu rencana Jepang akan menyerang Pearl Harbor, tetapi tidak memberi tahu Roosevelt.

Kemungkinan, ini dilakukan agar Jepang tak tahu bahwa kode-kode rahasianya berhasil dipecahkan Inggris. Hal yang sama juga dilakukan Inggris saat mengorbankan Coventry yang dibombardir Jerman, agar Jerman tak tahu bahwa Inggris berhasil memecahkan kode rahasia Jerman.

Di sisi lain, informasi soal kemungkinan serangan terhadap Pearl Harbor itu juga dipicu karena AS meremehkan kemampuan militer Jepang. Saat itu, AS yakin Jepang tak mungkin mampu menggelar serangan lintas samudera seperti itu. Teori ini semakin kuat ketika Pemerintah AS juga ternyata menolak permintaan militer untuk memindahkan pesawat-pesawat tempur dalam jumlah besar ke Hawaii.

Yuk Follow Akun Instagram tribunpontianak:

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved