Mahfud MD Komentari Ditangkapnya Andi Arief Terkait Kasus Narkoba, Singgung Surat Suara 7 Kontainer
Mantan Ketua Mahkaman Konstitusi Mahfud MD ikut mengomentari terkait ditangkapnya Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Andi Arief.
Penulis: Rizky Zulham | Editor: Rizky Zulham
Mahfud MD Komentari Ditangkapnya Andi Arief Terkait Kasus Narkoba, Singgung Surat Suara 7 Kontainer
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Mantan Ketua Mahkaman Konstitusi Mahfud MD ikut mengomentari terkait ditangkapnya Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Andi Arief.
Mahfud mengungkapkan awal perseteruannya dengan Andi Arief bermula dari berita hoax 7 kontainer surat suara beberapa waktu lalu.
Menurut Mahfud, sejak saat itu pria yang ditulisnya dengan AA (Andi Arief) tiap hari menyerangnya.
Namun, hal yang diungkapkan AA, lanjutnya sudah berada di luar akal sehat.
Sehingga ia memilih untuk tidak menanggapi hal tersebut.
Baca: Beredar Foto Diduga Andi Arief Bersama Wanita Muda di Sebuah Kamar, Ini Penjelasan Polri
Baca: Andi Arief Diciduk Polisi, Gidot Pilih Bungkam, Deputi Kogasma Irit Komentar
Hal ini disampaikan Mahfud lewat cuitan di akunTwitter-nya @mohmahfudmd sekitar satu jam yang lalu.
Berikut postingannya:
"Sejak sy bilang, berita 7 kontainer surat suara itu hoax AA tiap hr nyerang sy dgn hal2 yg melawan akal sehat," isi cuitan Mahfud MD melalui akun Twiternya @mohmahfudmd, Senin (4/3/2019).
"Maka sy tak nanggapi lg AA tp sy menjawab dgn pesan kpd anak2 milenial agar tak main2 narkoba krn narkoba itu merusak akal. Tuips, tolong recall & repost cuitan sy itu." lanjut Mahfud MD dalam cuitannya.
Sejak dipostingnya sekitar satu jam yang lalu, cuitannya ini sudah di like 2131, 1661 retweet dan 263 komentar.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Andi Arief ditangkap polisi karena narkoba.
Penangkapan Andi Arief berlangsung, Ahad atau Minggu (4/3/2019), di Hotel Menara Peninsula, Slipi, Palmerah, Kota Jakarta Barat.
Kepala Bareskrim Polri, Komjen Idham Azis membenarkan Andi Arief ditangkap karena kasus penyalahgunaan narkoba.
Iya (Andi Arief ditangkap)," ujar Idham kepada Kompas.com saat ditanya apakah petinggi Partai Demokrat yang ditangkap adalah Andi Arief, Senin (4/3/2019).
Ketika ditanya lebih lanjut, Komjen Idham Azis belum menjelaskan rinci penangkapan Andi tersebut.
Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas.com, polisi meringkus politikus itu di salah satu hotel di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Minggu (3/3/2019) kemarin.
Baca: Cuplikan Gol Persita Vs Persela di Piala Presiden 2019, Hasil Akhir Bawa Persela ke Puncak
Baca: Prediksi Real Madrid Vs Ajax di Liga Champions, Head to Head dan Link Live Streaming
Politisi Andi Arief diduga menggunakan sabu-sabu sebelum penggerebekan yang dilakukan oleh Tim Khusus Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri.
Polisi juga membongkar kloset dibantu pihak hotel untuk mencari barang bukti alat isap sabu-sabu alias bong yang diduga dibuang oleh Andi Arief.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal M Iqbal mengungkapkan polisi sudah melakukan tes urine terhadap Andi Arief.
Hasilnya, Andi diketahui positif mengonsumsi narkoba jenis sabu.
"Kami sudah melakukan tes urine, terhadap Saudara AA dan positif mengandung metamphetamine atau jenis narkoba yang biasa disebut sabu," ujar Iqbal dalam jumpa pers di Mabes Polri, Senin (4/3/2019).
Iqbal mengungkapkan polisi juga menyita sejumlah barang bukti, termasuk alat-alat untuk mengonsumsi narkoba.
Namun, barang bukti narkoba yang diduga dikonsumsi Andi Arief tidak ditemukan di lokasi.
Baca: Tema ILC TVOne Selasa (5/3) Hujan Kritik, Sebut Kasus yang Jerat Andi Arief Bukan Urusan Kubu 02
Baca: Andi Arief Diciduk Polisi, Gidot Pilih Bungkam, Deputi Kogasma Irit Komentar
Saat ini, Andi Arief masih diperiksa oleh penyidik.
Andi Arief ditangkap oleh aparat kepolisian pada, Minggu (3/3/2019) di Hotel Menara Peninsula, Jakarta.
Polisi memastikan bahwa hanya Andi Arief seorang yang berada di dalam kamar hotel tersebut.
Hanya saja, ada foto-foto beredar di internet, terlihat juga seorang perempuan muda yang diduga merupakan teman Andi Arief.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, perempuan yang dibekuk bersama Andi Arief adalah seorang selebritis. Inisial artis itu adalah CJ.
Namun Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal M Iqbal menegaskan, politisi Demokrat Andi Arief ditangkap seorang diri saat digerebek di Hotel Peninsula, Slipi, Jakarta Barat, Minggu (3/3/2019) dalam kasus dugaan penggunaan narkoba.
Iqbal sekaligus membantah informasi yang beredar bahwa Andi ditangkap bersama seorang wanita saat digerebek.
"Di TKP satu diamankan, saudara AA," ungkap Iqbal saat jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (4/3/2019) sore.
Ia juga membantah informasi adanya upaya penghilangan barang bukti yang dilakukan oleh Andi Arief.
Iqbal pun meminta masyarakat tidak langsung memercayai informasi yang beredar di media sosial maupun aplikasi pesan instan.
"Jangan percaya pada informasi yang berseliweran, pada saat petugas kami melakukan penggerebekan cuman satu, saudara AA. Kalau nanti berkembang akan kami sampaikan," ungkap dia.
Baca: Tema ILC TVOne Selasa (5/3/2019): Andi Arief Terjerat Narkoba: Pukulan Bagi Kubu 02?
Baca: Kabar Penangkapannya Bikin Gempar, Ini Profil Andi Arief yang Punya Karir Mentereng di Era SBY-JK
Istimewa
Beredar Foto Wanita Muda yang Dikabarkan Terciduk Bersama Andi Arief, Senin (4/3/2019).
Andi Arief ditangkap tim Direktorat Tindak Pidana Narkotika Bareskrim setelah Kepolsian menerima informasi dari masyarakat.
Senin (4/3/2019) sore, publik dikejutkan dengan pemberitaan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief ditangkap polisi atas tuduhan memiliki dan mengonsumsi sabu.
Ia dikabarkan ditangkap penyidik Direktorat Tindak Pidana Narkotika Mabes Polri, Minggu (3/3/2019) kemarin.
Seperti diberitakan Kompas.com, Andi Arief dikenal publik menekuni dunia politik sejak tingkat bawah.
Dikutip dari berbagai sumber, pria kelahiran Bandar Lampung, Lampung, 20 November 1970 itu mengawali karier politiknya sebagai aktivis pro-demokrasi pada era 1990-an.
Andi bergabung di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dahulu beraliran sosialis.
Mereka menentang kekuasaan Presiden Soeharto yang dinilai sewenang-wenang dan korup.
Di SMID, Andi sempat menjabat sebagai ketua, yakni pada tahun 1996.
Andi dan kawan-kawan pun dinilai mengancam Orde Baru. Tahun 1998, ketika gerakan Reformasi bergelora, Andi beserta sejumlah aktivis sempat menjadi korban penculikan dua bulan sebelum jatuhnya Soeharto.
Namun, ia adalah salah satu yang dilepaskan.
Sempat tidak termonitor aktivitas politiknya pasca-Reformasi, nama Andi muncul kembali di publik pada tahun 2004, menjelang pemilihan umum.
Andi menempatkan diri sebagai salah satu pimpinan organisasi relawan yang menyokong elektabilitas salah satu kandidat Pemilu, Susilo Bambang Yudhoyono.
Pilihan politik Andi kala itu sempat diprotes kalangan aktivis. Mengingat, latar belakang SBY berasal dari militer dan memiliki kaitan dengan sejumlah kasus HAM masa lalu.
Usai Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan SBY-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pemilu 2004, karier Andi semakin bersinar.
Secara bertahap, ia diberikan sejumlah posisi, antara lain Komisaris PT Pos Indonesia hingga Staf Khusus Presiden.
Kariernya di politik juga demikian pesat. Ia sampai dipercaya menjabat sebagai Wakil Sekjen Partai Demokrat hingga saat ini.
Kontroversial
Dalam dinamika Pemilu 2019 ini, Andi beberapa kali menyita perhatian publik.
Ia kerapkali melontarkan pernyataan bernuansa sensasi sekaligus mengundang kontroversi di media sosial.
Contohnya, ketika Prabowo Subianto mengumumkan calon wakil presiden pendampingnya di Pilpres 2019.
Tepatnya Rabu (8/8/2018). Andi mengatakan, Partai Demokrat terancam batal berkoalisi dengan Partai Gerindra dan kawan- kawan.
Sebab, Prabowo dinilai mengakomodir politik transaksional dalam hal menentukan cawapres sehingga kesepakatan politik dengan Demokrat yang sebelumnya sudah menjadi komitmen, terancam tidak jadi dilaksanakan.
Saking kesalnya, Andi menyebut Prabowo sebagai jenderal yang lebih mementingkan uang.
Bahkan, ia mengaku partainya menolak kedatangan Prabowo ke kediaman SBY pada Rabu malam.
"Padahal, untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional, tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus. Jenderal kardus itu jenderal yang enggak mau mikir, artinya uang adalah segalanya," kata Andi di akun Twitter-nya.
Cuitan kontroversial itu berbuntut panjang. Kasus itu sampai diusut Bawaslu dan hingga saat ini belum dinyatakan dihentikan pengusutannya.
Cuitan kontroversial lainnya dari Andi, yakni mengenai surat suara dari China di Terminal Tanjung Priok.
Pada Rabu (2/1/2019), ia menulis di akun Twitter-nya, "Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yg sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya karena ini kabar sudah beredar."
Andi kemudian menghapus cuitan itu.
Belakangan, KPU, Bawaslu dan Bea Cukai turun tangan mengecek cuitan Andi dan sudah dinyatakan bahwa kabar yang diungkapkan Andi itu hanyalah hoaks belaka.
Kini, penangkapan Andi lantaran kasus narkoba membuka babak baru bagi kariernya ke depan. (*)