IPDKR Peringati Hari Bahasa Ibu Internasional Tahun 2019
Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya (IPDKR), menggelar sebuah Pagelaran Sastra Dayak Kanayatn dengan tema "Nyaga Budaya Make Bahasa"
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Madrosid
Citizen Reporter
Kepala sekolah SMA katolik Talino
Alexander Alen
IPDKR Peringati Hari Bahasa Ibu Internasional Tahun 2019
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBURAYA - Ikatan Pemuda Dayak Kubu Raya (IPDKR), menggelar sebuah Pagelaran Sastra Dayak Kanayatn dengan tema "Nyaga Budaya Make Bahasa" di Gedung Serba Guna Gereja Katolik Sta. Clara Desa Korek (23/02/2019),
Kegiatan tersebut merupakan agenda memperingati hari Bahasa Ibu Internasional yang setiap tahunnya jatuh pada (21/2).
Kegiatan ini merupakan kali ketiga IPDKR dalam memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, yang dilakukan dengan konsep berbeda tiap tahunnya.
Baca: Akses Jalan Tertimbun Longsor Sudah Mulai Terbuka, BPBD Mohon Doa Semua Berjalan Lancar
Baca: Aiptu Lugiman Sampaikan Pesan Kamtibmas dan Bahaya Narkoba
Baca: Polda Kalbar Dukung Pembangunan Pelabuhan Terbesar ke 5 Indonesia di Mempawah
Jika tahun-tahun sebelumnya, IPDKR mengadakan perlombaan seperti Pidato Berbahasa Dayak Kanayatn, Lomba Stand Up Comedy berbahasa Dayak Kanayatn, dan lainnya, tahun ini IPDKR hadirkan sebuah Pegelaran Satra Dayak.
Ada beberapa Narasumber yang dihadirkan, baik yang berasal dari Ketimanggongan, Tokoh Masyarakat, Dewan Adat Dayak maupun dari internal IPDKR sendiri.
Ketua Panitia, Victorinus dalam sambutannya menyampaikan keprihatinannya karena ia melihat tidak sedikit generasi muda Dayak yang masih malu atau gengsi menggunakan bahasa Daerahnya, apalagi kalau bertemu di Kota.
"Biasanya kadek ka' kota sakamponganpun supe' baomongi make bahasa diri', ngianlah situasi diri', kade' leian ma'an bahasa diri' bisa tinggal gesah ana arinya." jelas Victorinus dalam bahasa Kanayatn.
Yang artinya kira-kira “Biasanya kalau di Kota, sekampungpun malu bicara pakai bahasa kita (Dayak), inilah situasi kita, kalau seperti ini terus, bahasa kita bisa hanya tinggal cerita nantinya,”
Kegiatan yang bekerja sama dengan SMA Katolik Talino ini, mendapat apresiasi yang tinggi dari segenap peserta yang hadir temasuk oleh Kepala Sekolahnya sendiri, Alen.
Ia bangga anak didiknya yang dimotori oleh OSIS dapat terlibat secara langsung dalam event ini.
"Bahasa adalah salah satu warisan budaya yang sangat berharga, keberadaannya harus di jaga, dikembangkan dan di lestarikan terutama oleh generasi muda itu sendiri. yang dilakukan oleh IPDKR adalah sebuah langkah positif yang harus dilaksanakan. tidak perlu malu berbahasa daerah." Jelas Alen dalam sambutannya.
Baca: Pangdam XII/Tanjunpura Hadiri Pembukaan Kemah Revolusi Mental di Landak
Baca: Inilah Deretan Zodiak yang Tetap Tenang Walaupun di Bawah Tekanan, Apakah Termasuk Kamu?
Baca: Lakukan DDS di Wilayah Binaannya, Bripka Frans Yonatan Sampaikan Pesan Kamtibmas
Seluruh rangkaian kegiatan IPDKR ini menggunakan bahasa Dayak Kanayatn termasuk para tamu yang memberikan kata sambutan.
Tidak semua hal yang berbau tradisional dapat dianggap ketinggalan, kolot atau kuno.
Justru sebaliknya, perhatian terhadap budaya adalah sebuah langkah maju karena dari sanalah asal karakter dan identitas.
Ada keprihatinan yang mendalam karena pengembangan dan pelestarian bahasa daerah masih belum mendapatkan tempat yang semestinya dalam kehidupan berbangsa dewasa ini, keseriusan Pemerintah dalam mengimplentasikan UU No. 24 Tahun 2009 dirasakan belum ada.
Banyak penamaan tempat dengan bahasa dan istilah lokal mengalami perubahan baik penulisan maupun pelafalannya.
Daerah yang baru dibuka baik Jalan Kampung, Gang, Kompleks, dan lainnya tidak pernah memasukan kearifan lokal dalam penamaannya.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional memang harus diutamakan namun bahasa daerah juga tetap harus dilestarikan.
Itulah beberapa poin yang disampaikan Teofelus Boni, Ketua Umum IPDKR dalam sambutannya.
Menurutnya, sudah saatnya Pemerintah serius dalam pelestarian bahasa daerah ini salah satunya dengan memasukannya dalam kurikulum pendidikan bidang muatan lokal.
"Jangan sampai bahasa asal kita ini hilang ditempat kita sendiri, sedih hati melihat bahasa kita ini, ditinggalkan karena malu menggunakannya. Menurut UNESCO, setiap 15 menit satu bahasa asli di Indonesia bisa hilang jika tidak dijaga. Sedangkan di Kalimantan Barat, ada berapa bahasa yang sudah sedikit yang menggunakannya,” lanjut Boni.
Momentum hari Bahasa Ibu Sedunia ini digunakan IPDKR untuk memperkenalkan berbagai jenis sastra Dayak Kanayatn seperti Singara, Gesah, Osolatn, Sungka'atn, Timang, Golah, Salong dan Bamang.
Juga ditampilkan berbagai jenis kemampuan Page IPDKR dan Siswa/i SMA dibidang seni ada Tarian, Lagu, Suling, dan lainnya.
Dewan Adat Dayak Kabupaten Kubu Raya menyambut baik kegiatan ini dan berharap menjadi pemantik semangat dalam gerakan mengkampanyekan penggunaan bahasa daerah.
"DAD Kubu Raya merespon baik serta mendukung kegiatan IPDKR ini, saya optimis budaya kita khususnya bahasa akan tetap lestari karena ada kepedulian-kepedulian seperti ini." Kata Nasution, Sekretaris DAD Kubu Raya.