Indonesia Lawyers Club

LIVE ILC TVOne Sedang Berlangsung, Inilah Para Narasumber! Wow, Ada Neno Warisman

Sedang berlangsung program diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) edisi, Selasa 26 Februari 2019 dengan topik "Perang Total Dan Perang Badar'

Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
Screenshot TVOne
LIVE ILC TVOne Sedang Berlangsung, Inilah Para Narasumber! Wow, Ada Neno Warisman 

LIVE ILC TVOne Sedang Berlangsung, Inilah Para Narasumber! Wow, Ada Neno Warisman

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sedang berlangsung program diskusi Indonesia Lawyers Club (ILC) edisi, Selasa 26 Februari 2019 dengan topik "Perlukah Pernyataan Perang Total Dan Perang Badar?".

Diskusi kali ini diawali nyanyian merdu dari Dewi Gita yang membawakan lagu berjudul 'Simponi Yang Indah' ciptaan Robby Lea.

Baca: Alasan Rocky Gerung Tak Hadir di ILC TVOne, Deretan Potret Ini Mengungkap Siapa Rocky Gerung

Baca: Jelang Live ILC TVOne Selasa, Video Postingan Karni Ilyas 40 Ribu Kali Dilihat & Ratusan Komentar

Adapu para narasumber yang memenuhi undangan Presiden ILC, Karni Ilyas yakni:

Pakar hukum tata negara Irman Putra Sidin, Salim Said, dan KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).

Ada juga Maruarar Sirait, Kapitra Ampera, Fadli Zon, Haikal Hasan, dan Neno Warisman.

Khusus Neno Warisman, menyampaikan pendapatnya via teleconference.

Saksikan Indonesia Lawyers Club yang disiarkan langsung TVOne, Selasa (26/02/2019) mulai pukul 20.00 WIB.

Anda juga bisa menyaksikan diskusi ini secara live streaming di tautan berikut: 

LINK LIVE STREAMING>>>>

LINK LIVE STREAMING>>>>

LINK LIVE STREAMING>>>> 

 

Tanggapan Sejumlah Pihak soal Puisi Neno Warisman, MUI: Pilpres 2019 bukan seperti Perang Badar

Tribunnews.com/Danang Triatmojo 
Puisi Neno Warisman yang dibacakan dalam acara Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2/2019) menuai kontroversi dan mendapat tanggapan dari sejumlah pihak. 

 

Tanggapan Sejumlah Pihak soal Puisi Neno Warisman, MUI: Pilpres 2019 bukan seperti Perang Badar

Puisi Neno Warisman yang dibacakan dalam acara Munajat 212 di Monas, Kamis (21/2/2019) menuai kontroversi dan mendapat tanggapan dari sejumlah pihak.

Neno Warisman merupakan bagian dari Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno.

Dalam puisi yang berisi doa tersebut, terdapat bait yang menjadi bahan pembicaraan dan dianggap oleh sebagian pihak sebagai ancaman untuk Tuhan.

"jangan, jangan Engkau tinggalkan kami

dan menangkan kami

Karena jika Engkau tidak menangkan

Kami khawatir ya Allah

Kami khawatir ya Allah

Tak ada lagi yang menyembah-Mu."

Berbagai tanggapan pun bermunculan dari berbagai pihak dari institusi yang berkaitan dengan keagamaan.

Dikutip dari Tribunnews, berikut rangkuman tanggapan sejumlah pihak soal puisi kontroversial Neno Warisman.

1. Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, Muhammad Cholil Nafis beri kritikan terhadap puisi Neno Warisman yang dibacakan di Munajat 212, Kamis (21/2/2019).

Cholil menyayangkan konten puisi tersebut yang mengibaratkan kondisi saat ini dengan perang.

Dirinya menilai Neno salah menafsirkan realita yang terjadi saat ini.

"Yang saya sayangkan memahami realita dengan puisi yang salah. Realita ya kita tidak ada hubungannya dengan perang Badar, kita bukan sedang bermusuhan," ujar Cholil di Hotel Sari Pasific, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (24/2/2019).

Meski begitu, Cholil menilai puisi itu tidak akan mempengaruhi solidaritas umat saat ini.

Dirinya menilai Neno Warisman tidak memiliki pengikut dan pengaruh kepada umat.

"Saya tidak terlalu percaya pengaruhnya Neno Warisman kepada umat seperti apa. Karena saya tidak melihat pengikutnya Neno Warisman. Tapi puisi itu ungkapan dari anak bangsa yang menggangu," tegas Cholil.

Menurutnya, kontestasi Pilpres 2019 bukan merupakan perang antar dua kubu.

Dirinya menilai Pilpres 2019 adalah kompetisi antara dua anak bangsa terbaik.

"Siapa pun yang jadi presiden adalah yang terbaik, oleh karena itu menyebut disamakan dengan perang Badar, menurut saya berlebihan. Berilah rasa optimis agar masyarakat memilih dengan hati bukan ketakutan," pungkas Cholil.

2. Ketua PBNU Bidang Hukum

Ketua PBNU Bidang hukum, Robikin Emhas, mengingatkan, Neno Warisman terkait adab berdoa.

Ia mengatakan, Islam telah memberi panduan tata cara berdoa.

"Berdoa merupakan bagian dari cara membangun hubungan baik dengan Allah SWT. Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah SWT. Bukan Pilpres. Bahkan bukan agama itu sendiri," kata Robikin dalam keterangannya, Minggu (24/2/2019).

Menurut Robikin, mengandaikan Pilpres sebagai perang adalah kekeliruan.

"Pilpres hanya kontestasi lima tahunan. Proses demokrasi biasa. Tentu akan ada yang dinyatakan terpilih dan tidak terpilih, tidak menggunakan istilah menang dan kalah," tutur dia.

Ia mengkhawatirkan, ucapan pengandaian itu malah dianggap mengkotak-kotakan dukungan atas dasar agama tertentu.

"Lalu atas dasar apa kekhawatiran Tuhan tidak ada yang menyembah kalau capres-cawapres yang didukung kalah? Apa selain capres-cawapres yang didukung bukan menyembah Tuhan, Allah SWT?" ujar dia.

3. Cendekiawan muda NU

Cendekiawan muda Nahdlatul Ulama (NU), Zuhairi Misrawi, menilai puisi Neno Warisman dalam acara Malam Munajat 212 sebagai upaya mencampuradukkan masalah agama ke dalam politik.

"Puisi Neno Warisman yang dibacakan dalam acara Munajat 212 banyak mendapatkan respons dan kritik dari umat Islam, karena isi puisi tersebut telah membawa agama ke dalam ranah politik, yang dapat memecah belah umat Islam dalam dari polarisasi politik yang semakin tajam," ujar Gus Mis, panggilan akrab Zuhairi Misrawi, dalam keterangan resminya, Minggu (24/2/2019).

Menurut Gus Mis dalam sejarah Islam, isi puisi Neno Warisan sangat berbahaya, karena dapat menjadi petaka (nakbah).

“Hal serupa pernah dilakukan oleh Kaum Khawarij di masa lalu, karena mengatasnamakan Allah untuk sekadar memuaskan nafsu politik,” jelas Gus Mis.

"Semua makhluk akan menyembah Allah karena fitrah manusia begitu dekat dengan Tuhannya (hablum minallah). Maka dari itu, hindarilah cara-cara mempolitisasi Allah ala kaum Khawarij, karena Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang," tambah Gus Mis.

Ia menilai, seharusnya perhelatan politik lima tahunan diisi dengan adu program, argumen, gagasan dan bukan sebaliknya yang memperluas friksi dan polarisasi dengan membawa-bawa agama.

"Mayoritas muslim di Indonesia adalah mereka yang beragama secara moderat dan toleran. Mereka paham betul antara domain ibadah dan domain politik. Sejatinya ibadah kita kepada Allah (hablum minallah) justru untuk memperkuat persaudaraan (hablum minannas). Puisi Neno Warisman jelas sangat berbahaya, karena merusak hablum minallah sekaligus hablum minannas,"pesan Gus Mis. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved