Jelang Pemilu, Badko HMI Kalbar Ajak Masyarakat Cerdas Melihat Manuver Politik Ini
Maraknya politik identitas dalam kontestasi politik akan sangat berbahaya, apalagi ditambah dengan ujaran-ujaran kebencian
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Tri Pandito Wibowo
Jelang Pemilu, Badko HMI Kalbar Ajak Masyarakat Cerdas Melihat Manuver Politik Ini
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK,- Kontestasi politik 2019 telah dekat di depan mata, genderang perang telah berbunyi di dua kubu calon presiden dan wakil presiden.
Untuk itu, Badan Koordinasi (BADKO) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kalimantan Barat meminta agar dinamika politik perlu dijauhkan dari isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).
Pengurus Bidang eksternal BADKO Kalbar, Tio Rizki Kurniawan, mengatakan politik identitas rawan menyulut konflik sosial dan dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Baca: BREAKING NEWS - Satpol PP Ciduk Pasangan Lagi Ngamar, 2 Diantaranya Masih Dibawah Umur
Baca: Bobol Toko di Yam Sabran, Seorang Pria Diringkus Polisi
Baca: TERPOPULER - HASIL Akhir Persija Vs Newcastle Jets, Zodiak, Hingga Jadwal Persib Bandung Vs Arema FC
Karena semakin dekat pemilu semakin kuat pula perseteruan yang mengakibatkan masyarakat awam yang menjadi korban.
"Maraknya politik identitas dalam kontestasi politik akan sangat berbahaya, apalagi ditambah dengan ujaran-ujaran kebencian yang masif di medsos," ujar Tio, Rabu (13/2/2019) dirilis yang diterima Tribun.
Menurutnya, Keragaman adalah rahmat yang mesti jadi kekuatan untuk kebangkitan bangsa, bukan sebagai penghalang, apalagi perusak.
Untuk itu, Tio mengajak masayarakat Kalimantan barat untuk berbondong-bondong untuk cerdas menilai di masa manuver-manuver politik identitas menjelang pemilu ini.
"Meski situasi politik semakin panas dan dinamis, kebhinekaan harus dijaga erat. Persaingan politik tak boleh merusak persaudaraan sesama anak bangsa," katanya.
Tio mengatakan kunci awal mencegah menguatnya politik identitas adalah dengan meningkatkan kesadaran di tingkat elite.
Karena kata Tio, Jika elite sama-sama sepakat bersaing secara sportif dan menjunjung etika, maka politik identitas akan dapat direduksi.
"Selanjutnya, persaingan politik diisi dengan prestasi, program, dan keberpihakan yang nyata pada rakyat. Komitmen untuk bersaing secara santun harus menjadi konsensus," tutupnya.