Sejarah Deklarasi Persaudaraan antara Vatikan dan Al Azhar, Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela

Paus Fransiskus mengukir sejarah baru di Uni Emirat Arab, tepatnya di Abudabi pada Selasa (5/2/2019).

Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI (FORKOMA), Hermawi Taslim 

Sejarah Deklarasi Persaudaraan antara Vatikan dan Al Azhar, Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Paus Fransiskus mengukir sejarah baru di Uni Emirat Arab, tepatnya di Abudabi pada Selasa (5/2/2019).

Paus Fransiskus menggelar Misa Kudus pertama untuk sekitar 170.000 umat Katolik di sana.

Tak hanya menggelar misa suci, Paus Fransiskus juga melakukan penandatanganan bersejarah deklarasi persaudaraan antara Vatikan dan Al Azhar.

Deklarasi yang menyerukan perdamaian di antara negara, agama dan ras merupakan kebutuhan dunia yang menghargai harkat dan martabat manusia tanpa membedakan latar belakangnya.

Baca: 9 Syarat Pengajuan KPR Subsidi di Kalimantan Barat

Baca: Masjid Raya Mujahidin, Destinasi Wisata Religi di Pontianak

Baca: Jumlah Kamar dan Tempat Tidur di RS Fatima Ketapang

Demikian ditegaskan oleh Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI (FORKOMA), Hermawi Taslim, menanggapi momentum bersejarah tersebut pada Kamis (07/02/2019) melalui sumber yang diperoleh Tribun.

Satu bagian penting yang menjadi otokritik bagi semua termasuk pemuka agama yang termuat dalam deklarasi berjudul “Persaudaraan Manusia Untuk Perdamaian Dunia Dan Hidup Bersama” yakni tentang “Tuhan Tidak Perlu Dibela” mengingatkan Hermawi Taslim terhadap artikel yang ditulis oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada waktu itu.

Dalam tulisannya yang diterbitkan Majalah Tempo pada 28 Juni 1982, Gus Dur memberi judul artikelnya persis seperti konten penting dalam deklarasi bersejarah tersebut yakni, “Tuhan Tidak Perlu Dibela”.

Hal tersebut menjelaskan, Gus Dur mempunyai visi ke depan terkait dengan perdamaian dunia.

Padahal waktu itu, Timur Tengah belum mengalami kehancuran seperti saat ini.

“Hampir 37 tahun kemudian, apa yang ditulis oleh Gus Dur sebagai suatu prediksi, analisa tajam atas perubahan dunia khusus di Timur Tengah terbukti setelah dunia melihat kehancuran senyatanya,” kata Taslim

Baca: Warga Gempar Caleg Partai Gerindra Ditemukan Gantung Diri

Baca: Jumlah Ketersediaan Kamar dan Tempat Tidur di RS Pemerintah di Ketapang

Baca: Sekjen PDIP Sebut Kubu Prabowo Tertawakan Pembangunan Infrastruktur Era Jokowi

Pada waktu itu, banyak orang tidak menyukai bahkan marah atas apa yang ditulis oleh Gus Dur.

“Namun sekarang kita dapat melihat , intuisi tajam, jika tidak boleh disebut sebagai sifat propetik dari seorang Gus Dur, atas apa yang ditulis.

Pada tahun itu, Timur Tengah termasuk Indonesia masih booming minyak, satu sama lain negara Timur Tengah saling membahu dan satu musuh bersamanya yakni Israel,” tegas Taslim, yang sebagian hidupnya turut mendampingi Gus Dur.

Taslim melihat adanya korelasi kuat antara Deklarasi Abu Dhabi yang ditandangani Paus Fransiskus serta Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed Al Tayyeb dan Nostra Aetate yang diterbitkan pada 28 Oktober 1965 oleh Vatikan.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved