Internasional
Mahasiswa Babel di Taiwan Tak Dipaksa Kerja, Gaji 650 Ribu per Hari
Intan Galuh Amartya (19) saat ini dalam keadaan baik dan lancar studi dan program pemagangan yang dijalaninya.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Bahagia itulah yang terpancar dari wajah Intan Galuh Amartya (19) mahasiswi jurusan informasi teknologi di Hsing Wu University Taiwan saat berhasil dihubungi bangkapos via Video Call, Kamis (03/01/2019) malam.
Diakui anak bungsu dari pasangan Ari Murgiono dan Minarni ini dirinya saat ini dalam keadaan baik dan lancar studi dan program pemagangan yang dijalaninya.
Tidak seperti maraknya pemberitaan tentang dugaan ratusan pelajar indonesia yang menjalani 'kerja paksa' di pabrik Taiwan
" Alhamdulilah baik-baik saja. soal pemberitaan di tanah air itu tidak benar sama sekali.
Kami tidak dipaksa untuk magang, pihak kampus juga bilang kalau ngak kuat boleh kok mengundurkan diri dari tempat kerja," ungkap Intan Gamblang.
Dalam wawancara tersebut, intan sesekali memperlihatkan kondisi apartemen tempat mereka tinggal yakni di Kainan Gold Brick House Lane 140, Xinxing Street, Luzhu District, Taoyuan City, 338.
Pantauan bangkapos, apartemen yang ditinggali para mahasiswa asal Bangka Belitung terlihat rapi.
"Untuk satu kamar kami ada empat orang. Kalau untuk makan biasa kita masak sendiri, dan kalau kerja biasanya bawa bekal dari rumah.
Memang kalau makanan harus hati-hati karena tidak semuanya halal, tapi ada kok seperti ayam yang di impor halal.
Ini dalam sebulan berat badan naik empat bulan," ucapnya seraya tersenyum.
Dijelaskan Intan yang baru saja mendapat juara harapan satu lomba akustik di kampusnya ini untuk jadwal magang tidak seperti yang dihebohkan.
Dirinya magang dalam satu minggu hanya dua hari, sisanya kuliah dan dua harinya libur.
“Senin dan Selasa-nya magang, sehari 10 jam itupun istirahatnya empat kali, jam setengan sepuluh, jam 12, 3 sore dan jam 5.20 pulangnya jam 19.45. Lalu Rabu Kamis Jumatnya kuliah. Sabtu Minggu libur,” ujar Intan
Intan yang berangkat ke taiwan 2018 lalu bersama mahasiswa asal Bangka Belitung lainnya, mengakui setiap mahasiswa per jurusan di tempatkan di tempat yang berbeda sesuai dengan jurusan yang ditempuh.
Ada lima jurusan mulai dari pariwisata, informasi teknologi, marketing, informasi komunikasi dan informasi manajamen.
Dirinya yang berada di kelas IT A bersama teman-temannya menjalani magang di perusahaan baterai yang berlokasi di New Taipei City.
Tapi untuk kelas IT B, magangnya gabung sama anak Pariwisata di perusahaan roti, karena belum menemukan perusahaan yang cocok.
Kalau jurusan Marketing, magangnya di Shopee Taiwan
"Jurusan kita ada tiga angkatan, angkatan pertama, kedua dan ketiga kalau saya angkatan ketiga.
Untuk gaji, di tempat saya magang kita digaji perjam 140 NTD kalau dirupiahkan perhari sekitar 700 ribu. tapi kabarnya di 2019 bakal naik 150 NTD.
Kalau kerjanya bagus selama sebulan kita juga dapat bonus, kita juga dapat asuransi kesehatan dan asuransi tenaga kerja juga ada," ungkap Intan.
Diakui Intan pihaknya juga sudah didatangi pihak Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) untuk diwawancarai usai rapat di DPRD siang tadi.
" Jadi kami katakan bahwa informasi yang beredar itu sama sekali tidak benar. ini kami lagi kumpul sama- teman-teman mau buat video klarifikasi bersama," ucapnya.
Minarni (48) ibunda dari Intan saat mendengar kabar adanya pemberitaan soal dugaan ratusan pelajar indonesia 'kerja paksa' di pabrik Taiwan mengaku tidak terkejut.
Pasalnya dirinya selalu berkomunikasi dengan anaknya di Taiwan.
" Inikan sudah yang kedua kalinya. kalau yang pertama jujur sempat khawatir. namun setelah mendegar langsung dari anak saya, mereka baik-baik saja. malah mengaku sebulan naik berat badannya 4 kg," ujar Minarni.
Dikatakan Nani dalam komunikasi dengan anaknya tersebut, semua kebutuhan dan fasilitas yang mereka dapatkan semuanya terjamin mulai dari tempat tinggal, transportasi juga aman.
"Intinya mereka bahagia dan betah di Thailand, kadang kalau satu minggu saat libur malah jalan-jalan keliling Taiwan," ucapnya.
Dikatakan Minarni selaku orangtua, seharusnya soal pemberitaan yang membuat resah harus ditelusuri kebenaran dan faktanya. jangan sampai membuat kita sebagai orang tua khawatir.
" Alhamdulilah kita selalu komunikasi, jadi tahu kondisi sebenarnya dari anak kita dan teman-temanya," ucapnya. (*)
Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Mahasiswa Babel di Taiwan Ngaku Bahagia, Bantah Dipaksa Kerja dan Ungkap Soal Gaji 650 Ribu per Hari