LIVE STREAMING Kompas TV dan Live TVOne: Update Berita Tsunami di Selat Sunda, Sirine Bikin Panik
LIVE STREAMING Kompas TV dan Live TVOne: Update Tsunami di Selat Sunda, Sirine Bikin Panik
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Live Streaming Kompas TV dan Live TVOne: Update Tsunami di Selat Sunda, Sirine Bikin Panik
Saksikan melalui link Live Streaming TVOne dan Kompas TV:
Warga sempat panik saat terdengar sirine tanda peringatan dini tsunami kedua, di Selat Sunda.
Sejauh ini, belum ada informasi terkait kemungkinan tsunami susulan terjadi.
Namun demikian, beberapa pasien sudah dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Baca: Inilah Nama-nama Artis yang Tewas Tersapu Ombak Tsunami di Banten & Lampung
Baca: BREAKING NEWS - Terus Bertambah, Korban Meninggal Tsunami 62 Orang
Baca: Ifan Seventeen Cerita Tsunami di Selat Sunda: Terbawa Arus ke Tengah Laut, Nyaris Putuskan Menyerah
Baca: VIDEO Detik-detik Tsunami Sapu Panggung Seventeen di Banten, Teriakan Histeris hingga Gulungan Ombak
Sementara itu, 12 anak asal Pringsewu, Lampung Selatan terjebak di Pulau Sekepel, Desa Belebuk, Bekauheni Lampung Selatan saat terjadi tsunami pada Sabtu (22/12/2018).
Dikutip TribunWow.com dari TribunLampung.com, Minggu (23/12/2018), mereka berada di Pulau Sekepel untuk melakukan kegiatan rekreasi.
Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan pun lantas akan mengevakuasi anak-anak itu hari ini.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana BPBD Lampung Selatan, Afandi menyebut saat ini kondisi anak-anak tersebut baik-baik saja.
“Mereka dalam kondisi baik dan sudah berkoordinasi dengan kita. Mereka minta dievakuasi. Dan tim akan kesana untuk melakukan evakuasi,” jelas Alfandi.
Diketahui sebelumnya, telah terjadi bencana alam tsunami yang melanda wilayah perairan Selat Sunda.
Tsunami disebabkan adanya dua faktor.
Pertama, longsornya sedimen di bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.
Kedua, gelombang tinggi karena pengaruh cuaca.
Dilansir dari Kompas.com, menurut Badan Meteorologi, Klimataologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa kejadian tersebut telah diprediksi sebelumnya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan pihaknya telah mengumumkan erupsi Gunung Anak Krakatau berada di status level waspada pada Jumat (21/12/2018) pukul 13.51 WIB.
"Kemarin pukul 13.51 WIB pada tanggal 21 Desember Badan Geologi telah mengumumkan erupsi gunung anak Krakatau dan levelnya pada level Waspada," jelas Dwikorita saat konferensi pers pada Minggu (23/12/2018) dini hari.
BMKG juga telah mengeluarkan surat peringatan dini pada Sabtu (22/12/2018) pukul 07.00 WIB.
"Diperkirakan (gelombang tinggi terjadi) kemarin tanggal 21 hingga nanti 25 Desember 2018. Ini peristiwa beda tapi terjadi pada lokasi yang sama. Yang pertama erupsi Gunung Krakatau dan potensi gelombang tinggi," jelasnya.
Gunung Anak Krakatau mulai bererupsi sekitar pukul 21.03 WIB.
Erupsi tersebut menyebabkan adanya longsor bawah laut dan berujung pada tsunami.
Mulanya, BMKG mengira gelombang tersebut hanya akibat dari cuaca, namun seteleha dianalisis lagi gelombang tersebut benar-benar merupakan gelombang tsunami.
"Dan kami analisis, kami memerlukan waktu analisis apakah kenaikan air itu air pasang akibat fenomena atmosfer yang tadi ada gelombang tinggi? Jadi memang ada fase seperti itu. Namun ternyata setelah kami analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami," tuturnya.
Akibat dari bencana ini hingga Minggu pukul 07.00 WIB, tercatat 36 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka, serta dua orang hilang.
Sedangkan, kerugian fisik berjumlah 430 unit rumah rusak parah, 9 hotel rusak parah, 10 kapal rusak parah dan puluhan kapal lainnya alami kerusakan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam press release menyebut kemungkinan data korban dan kerusakan akan terus bertambah.
Saat ini, penanganan darurat terus diupayakan, seperti pendirian posko, dapur umum tengah dipersiapkan.
Alat berat juga akan segera disiapkan untuk membantu evakuasi serta perbaikan darurat.
Sutopo menghimbau, agar masyarakat jangan melakukan aktivitas di sekita pantai lantraran BMKG dan Badan Geologi belum dapat memastikan penyebab tsunami serta kemungkinan tsunami susulan.