Gas Melon Langka, Masyarakat Kecewakan SOP Lokalisir Pertamina

Masyarakat mengantri panjang untuk dapatkan gas elpiji 3kg di Jl Imam Bonjol, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara

Penulis: Faisal Ilham Muzaqi | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Ya'M Nurul Anshory
Masyarakat Kelurahan Bansir Laut mengantri untuk mendapatkan gas elpiji 3Kg, Selasa (18/12/2018) pagi. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ya' M Nurul Anshory

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Masyarakat mengantri panjang untuk dapatkan gas elpiji 3kg di Jl Imam Bonjol, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Selasa (18/12/2018) pagi.

Masyarakat mengeluh terkait aturan lokalisir yang diterapkan pihak PT Pertamina, dimana Pertamina mengharuskan para distributor untuk menjual kepada pembeli yang hanya membawa KTP penduduk setempat.

Salah satu warga, Suhartini (39) mengatakan ia sudah mengantre di Pasar Flamboyan namun tak kebagian gas melon, lantaran KTP yang ia miliki bukan penduduk setempat.

Baca: Talkshow Bulan Keamanan Pangan BBPOM Pontianak di Hotel Ibis Meriah

Ia mengatakan, aturan itu tidak tepat karena gas elpiji 3kg sedang sulit di dapatkan kenapa harus menerapkan aturan lokalisir tersebut.

Salah satu agen distributor di Kelurahan Bansir Laut, Pontianak Tenggara, Supriadi (40) mengatakan mereka menerapkan aturan atas SOP dari PT Pertamina, "Jadi setiap pembeli wajib menunjukan KTP milik pembeli tersebut," ujarnya pada tribunpontianak.co.id

Harga gas melon di pangkalan yakni Rp. 16.500 rupiah pertabung, jika ada pembeli yang mbawa KTP bukan wilayah setempat, tetap boleh membeli namun hanya maksimal satu tabung saja, "Atas dasar kemanusiaan kita hanya beri satu saja," ujar Supriadi.

Sugiansyah (54) warga Tembang Kacang, Kubu Raya mengaku sudah satu jam antri, "Saya dari Tembang Kacang, mutar-mutar ke Pasar Flamboyan tidak ketemu gas, ditempat saya disana tidak ada makanya sampai kesini," ujarnya.

Sugiansyah kecewa dengan SOP lokalisir yang diterapkan Pertamina, menurutnya kalau sedang tidak langka boleh saja aturan seperti itu diterapkan.

"Kalau seperti ini kan malah dipersulit dan makin susah, yang di wilayahnya tidak ada gas mau beli ke siapa, dulu kami dikasi kompor gas supaya tidak pakai minyak, sekarang gas langka mau pakai apa lagi," kata Sugiansyah.

Kekecewaan Sugiansyah semakin memuncak ketika ia yang antri membawa dua tabung gas melon hanya mendapatkan satu saja, "Sudah susah dicari, barang sudah di depan mata, malah dikasi cuma satu," ujarnya.

Dari pantauan tribunpontianak.co.id antrian panjanh tersebut di dominasi oleh ibu-ibu bahkan anak-anak, antrian yang sampai ke bahu jalan tersebut semakin panjang ketika masyarakat yang lewat melihat ada antrian dan ikut mengantri.

Rata-rata yang mengantri membawa lebih dari satu tabung gas melon, dan mereka berasal dari warga setempat dan sekitaran Kota Pontianak.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved