Maman : Peran Orang Tua Penting Untuk Bentuk Karakter Anak Dalam Pemanfaatan Medsos

Menurutnya peran orang tua sangat besar untuk membentuk karakter anak apalagi di era milenial ini, Dimana digitalisasi sudah menjadi sebuah revolusi.

Penulis: Ramadhan | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ DAVID NURFIANTO
Pelaksanaan Talkshow Parenting yang di selenggarakan Yayasan Suar Asa Khatulistiwa (SAKA), di Aula Kencana Kencana IV Hotel Santika, Kota Pontianak, Minggu (9/12/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak David Nurfianto

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Penulis yang juga duta literasi nasional dan social influencer , Maman Suherman mengatakan peran orang tua penting untuk membentuk karakter anak dalam memanfaatan media sosial (Medsos).

Menurutnya peran orang tua sangat besar untuk membentuk karakter anak apalagi di era milenial ini, Dimana digitalisasi sudah menjadi sebuah revolusi.

Baca: Beda Generasi Beda Karakter, Begini Kembangkan Pola Perilaku dan Karakter Anak

Baca: SAKA Selenggarakan Talkshow Parenting Bertajuk Ayah Now Untuk Gen Alfa

"Suka tidak suka anak kita ini lahir di era milenial, dimana gadget merupakan suatu bentuk revolusinya. Dimana tidak ada lagi batas negara, semua orang menjadi warga dunia," ujarnya saat ditemui Tribun, Talkshow Parenting di Aula Kencana Kencana IV Hotel Santika, Kota Pontianak, Minggu (9/12/2018).

Maman menuturkan bukan berarti bisa berlaku tanpa batas, tetap harus ada nilai, aturan, estetika, etika, dan etiket yang harus difahami oleh anak-anak.

"Harus diketahui kita ini adalah makhluk individu dan sosial, bukan makhluk media sosial. Sehingga anak tidak menjadi anonim, dimana tidak kenal satu sama lain tapi berkomunikasi, kemudian ambiguitas tidak bisa membedakan apakah ini masalah pribadi atau publik, ini merupakan ciri-ciri medsos," terangnya.

Maman menngungkapkan bahwa hal ini yang harus difahami anak, namun juga harus difahami orang tua. Agar anak ini tidak menjadi objed media sosial, tapi menjadi sukjek bagaimana dia memanfaat media sosial untuk hal yang lebih baik.

"Menghindari dampak negatif dalam penggunaan MedSos, ini yang pentng di ketahui orang tua untuk memberikan pemahaman kepada anaknya," kata Maman.

Karena gadget ini netral, tambah Maman tergantung siapa yang mengelolanya. Hal ini pendampingan orang tua sangat perlu, bagaimana menekankan diet gadget kepada anaknya.

"Anak dibawah umur tiga belas tahun ini, tidak boleh di berikan gadget. Kalaupun yang sudah boleh menggunakan gadget ini maksimal 2 jam perhari, itupun per dua puluh menit di stop," tegas Maman.

Maman mengimbau kepada orang tua juga harus bernegosiasi, bahwasannya dirinya harus menekankan kepada anak untuk mengetahui apa yang diaksesnya, apa yang diperbuanya dalam gadget itu.

"Hal tersebut bukan untuk membatasi anak, namun untuk menjadi ruang dialog anak. Bukan juga mau sok tahu soal anak, tapi kita sama-sama belajar dalam pemanfaatan medsos tersebut," lanjutnya.

Maman juga mengatakan hal itu akan memunculkan sharing didalamnya, bagaimana berbagi pemahaman antara orang tua dan anak.

"Bukan perintah, ini ngak boleh, itu ngak boleh, kalaupun tidak boleh ini harus dijelahkan, kenapa sih ini tidak boleh," imbuh Maman.

Maman menegaskan anak generasi alfa ini memang butuh orang tua yang lebih cerdas dibanding dirinya, karena orang tua harus lebih banyak mengetahui untuk memberikan pemahaman kepada anaknya, itu yang menjadi poin penting.

"Kedua orang tua memiliki peran penting untukpenting untuk perkembangan anak. Ada sebuah peribahasa mengatakan butuh satu kampung untuk membesarkan seorang anak, agar dia tumbuh menjadi anak yang baik," tutur Maman.

Maman juga menjelaskan kunci dari peribahsa itu harus ada kehadiran orang tua, itu unsur yang paling penting untuk membentuk karakter anak.

"Tapi ketika orang tua itu sudah tidak ada, dikarenakan meninggal atau bagaimana, ini bukan fisiknya yang diperlukan namun peran ayah atau ibu yang biasa dilakukan oleh satu orang atau digantikan oleh orang lain," ucapnya.

Tapi jika kedua orang tua itu masih ada, Maman menekankan meraka tidak hanya hadir dalam bentuk perannya namun hadir dalam bentuk fisik. Ibu dan ayah ini punya peran diruang publik dan diruang privat, karena contoh ketauladanan keduanya yang diperlukan bukan salah satunya.

Menurut Maman lembaga terkait juga punya peran penting, ini tidak dapat terpisahkan. Lembaga terkait seperti pemerintah, Lembaga Pendidikan dan sebagainya itu penting.

"Namun perlu digaris bawahi, berapa lama Lembaga ini bersama anak. Kalau sekolah mungkin hanya 6 sampai 8 jam saja, namun lebih banyak anak ini bersama orang tua," ungkapnya.

Maman juga menjelaskan bahwa peran orang tualah yang sangat besar, dimana mereka harus selalu ada buat anaknya. Jika anak ini dirumah tidak bertemu orang tuanya, lebih sering bersama gadget, maka jangan salahkan anak ini bertindak tidak sesuai norma-norma yang ada.

"Komunikasi verbal sangat penting dibangun, karena makhluk social sendiri cirinya berkomunikasi, kolaborasi, silaturahmi, dan bertatap muka," tambah Maman.

Hal itu penting dilakukan di era medsos seperti ini, Maman juga mengungkapkan terkadang orang tua ini tidak melakukan hal demikian. Dengan alasan masih berkomunikasi lewat media social, itu hanya menjelaskan yang sifatnya nonverbal.

"Ketika kita bertatap muka kita akan mendapatkan semuanya, dari sifat verbal, nonverbal, maupun fisik kita dapatkan. Hal demikian yang dibutuhkan anak-anak, karena peran orang tua tidak bisa digantikan dengan media sosial," paparnya.

Maman berpesan untuk menjadikan karakter anak ini baik adalah kehadiran orang tua, kehadirannya juga harus lengkap. Orang tua tidak hanya menyerahkan Pendidikan anak kepada Lembaga pendidik, namun Pendidikan yang sesungguhnya berada di kedua orang tua.

"Pendidikan yang paling jelas ialah ketauladanan, karena ketik ketauladanan itu tidak ada hanya diberikan sebuah omongan. Anak zaman sekarang ini lebih kritis, mereka membutuhkan bukti nyata bukan hanya omongan," tegasnya.

Maman menekankan bahwa anak akan lebih mudah mencontoh perilaku, dibandingkan mengaplikasikan sebuah omongan.

"Seperti kihajar dewantara pernah berkata “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinya Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan," tutupnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved