MUI Kalbar Latih Da'i Dan Khatib, Ini Tujuannya
Rangkaian kegiatan itu mengambil tema kebersamaan Ormas Islam dalam berdakwah menuju Kalbar yang madani.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Barat menggelar silaturahim/Focus Group Discussion (FGD) Ormas Islam, Pelatihan Dai dan Khatib di Aula Serbaguna Yayasan Mujahidin Kalbar, Lantai Dasar Masjid Raya Mujahidin Pontianak, Jalan Ahmad Yani 1 Pontianak, Kamis (29/11/2018).
Rangkaian kegiatan itu mengambil tema kebersamaan Ormas Islam dalam berdakwah menuju Kalbar yang madani.
Baca: Tjhai Chui Mie Harap Dukungan Masyarakat Sukseskan Caption Go Meh Singkawang 2019
Baca: Indonesian Idol Junior 2018 Usai Nashwa Kalah Voting di Babak Spekta Top 5
Kegiatan yang dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum Politik dan Pemerintahan M Aminuddin itu dihadiri oleh Ketua MUI Provinsi Kalbar HM Basri Har perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalbar Lukmanul Hakim, perwakilan ormas Islam, perwakilan Forkompinda, da’i dan khatib.
Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum Politik dan Pemerintahan M Aminuddin mengatakan pelatihan dai dan khatib diharapkan dapat tingkatkan kapasitas diri masing-masing.
“Kita berharap kegiatan ini bisa lebih memberikan pembekalan yang baik dan menyejukkan kepada para dai dan khatib. Sehingga, bisa berikan pemahaman yang benar dan betul,” ujarnya saat diwawancarai awak media.
Aminuddin yakin para dai dan khatib yang berkecimpung mempunyai dasar agama yang kuat, pemahaman keagamaan yang baik serta membekali pemahaman tentang Alquran, hadist serta fatwa-fatwa ulama.
“Ketika mereka menyampaikan ajaran agama kepada jamaah atau umat, saya menekankan menyampaikan dengan cara yang baik. Saya berahrap ada pembekalan bagaiman cara menyampaikan dengan baik sesuai teori komunikasi. Sehingga pesan yang disampaikan bisa diterima oleh jemaah,” terangnya.
Jika pesan yang disampaikan melalui ceramah bisa diterima berarti penyampaiannya efektif. Misi penceramaha adalah ketika pesan yang disampaikan bisa diterima dan dijalankan.
“Jangan gara-gara penyampaiannya salah lalu tidak diterima. Misalnya khutbah Jumat, tiba-tiba meledak suara mic kayak pecah dan bikin kaget. Walaupun sebenarnya bukan marah-marah, namun intonasi menggebu-gebu itu dinilai jemaah seperti marah. Kan orang masing-masing beda cara menerimanya,” pungkasnya.
Ketua MUI Provinsi Kalimantan Barat, HM Basri Har mengatakan pentingnya kebersamaan umat Islam dalam berdakwah untuk membawa Kalbar madani.
“Kebersamaan itu kita galang bersama dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Kita ingin ada kebersamaan. Ini bukan menyatukan ormas Islam, hanya geraknya saja di samakan. Tentu ormas Islam punya visi dan misi masing-masing,” ujarnya.
Namun, intinya dalam mengembangkan Islam, harus satu bahasa untuk ciptakan Kalbar yang kondusif dan damai. Perpecahan, kata dia, akan membawa kelemahan.
“Kita samakan visi dan persepsi untuk membawa umat yang berkualitas. Kita ingin ormas-ormas dalam membina umat di kelompok masing-masing tujuannya sama yakni terciptanya masyarakat yang agamis dan religius di Kalbar,” imbuhnya.
Pembekalan kepada dai dan khatib terutama yang masih berusia muda sangat penting untuk menopang dakwah. Dakwah yang bisa merangkul dan tidak memukul.
“Jangan menyakiti orang yang ktia dakwahi karena Allah SWT tidak suka. Allah berfirman jika kita ngomong kasar dan bengis maka orang akan lari. Kita harap khatib dan dai harus bisa berikan kesejukan kepada umatnya. Karena sesuatu kegiatan itu kalau diiringi dan dibarengi dengan kelemahlembutan serta kesantunan, maka akan memperbaiki. Namun, jika kekerasan maka akan merusak,” tukasnya.
