Lion Air Jatuh
Satu Korban Lion Air JT610 Kelahiran Kota Singkawang
Satu di antara korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 pada 29 Oktober 2018 adalah warga kelahiran Singkawang.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Jamadin
Suhri menyebut Basarnas akan mengevaluasi proses pencarian sebelum memutuskan kelanjutan pencarian.
Diketahui, Sabtu ini dijadwalkan menjadi hari terakhir pencarian setelah Kepala Basarnas memperpanjang masa pencarian selama tiga hari pada Rabu (7/11/2018) lalu.
Keterangan KNKT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) mengungkapkan, analisis terhadap flight data recorder (FDR) menunjukkan bahwa terdapat kerusakan penunjuk kecepatan (air speed indicator) pada empat penerbangan terakhir Lion Air JT-610.
Pesawat registrasi PK-LQP ini dinyatakan jatuh di perairan Karawang pada Senin (29/10/2018).
Menurut invesitigasi KNKT, pada penerbangan dari Denpasar ke Jakarta, tercatat adanya perbedaan angle of attack (AOA) atau indikator penunjuk sikap pesawat terhadap arah aliran udara.
Ia menambahkan, sebelumnya tercatat ada perbedaan sensor AOA pada pilot dan kopilot.
Akibatnya, penunjuk kecepatan di pesawat menjadi tidak akurat.
Baca: Teladani Kasan Gendong di Momen Pahlawan
Baca: 8 Hal Unik yang Hanya Ada di Korea Selatan, Dari Delivery Makanan 24 jam Hingga Internet Tercepat
Baca: Hari Pahlawan 10 November: Ini Ucapan (Quotes) Selamat Hari Pahlawan
Baca: Foto Jungkook Tanpa Make Up dan V Saat Sekolah Viral, Fans BTS Akui Ketampanan Keduanya
"Pada penerbangan dari Denpasar ke Jakarta muncul perbedaan penunjukan AOA, yang mana AOA sebelah kiri berbeda atau lebih 20 derajat dibanding sebelah kanan," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di gedung KNKT, Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Kini, sensor AOA yang telah dilepas itu sudah dibawa ke kantor KNKT untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan di pabrik produsen komponen tersebut di Chicago, Amerika Serikat.
Sementara itu, Kepala Subkomite Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkapkan, kerusakan AOA ini merupakan salah satu masalah yang muncul di kokpit.
Ini menjadi alasan pendorong KNKT untuk segera menemukan cockpit voice recorder (CVR) pesawat Boeing 737 MAX 8 tersebut.
"Kita butuh mendengarkan diskusi mereka apa, bagaimana mereka mengambil keputusan dan bagaimana koordinasi kokpit. Ini yang sangat kita butuhkan dari CVR untuk ditemukan," paparnya.
Terkait strategi pencarian CVR Lion Air, seperti diungkapan Nurcahyo, KNKT tetap menggunakan pinger dan mengerahkan penyelam secara manual untuk menggali lumpur yang menimbun CVR.
Namun, karena kemungkinan tertimbun lumpur yang cukup dalam, sinyal "ping" yang didapat sangat lemah.