Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bertahap, Andreas Acui Harap Pengusaha Bisa Adaptasi
Namun pelemahan IDR terhadap USD agaknya dinilai sedikit lebih bisa disikapi adaptif. Khususnya oleh kalangan pengusaha sektor riil tanah air.
Penulis: Ishak | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pasar moneter global akhir-akhir ini memang sedikit bergolak. Setelah 'tsunami' inflasi yang menghantam Venezuela, limpasan gelombang instabilitas itupun menerpa banyak negara lainnya.
Sebut saja Turki, Yunani, dan lain sebagainya. Sayangnya, Indonesia juga termasuk satu di antaranya.
Baca: Pantau Pelemahan Rupiah, Andreas Acui Soroti Kuatnya Faktor Eksternal Sebagai Pemicu
Baca: Terkait Mobil Ambulans, Puskemas Pengkadan Bantah Tuduhan Bawaslu
Dalam beberapa periode terakhir, mata uang Indonesia, Rupiah (IDR), terlihat inferior jika dibandingkan dengan beberapa mata uang asing. Khususnya Dollar Amerika Serikat (USD).
Namun pelemahan IDR terhadap USD agaknya dinilai sedikit lebih bisa disikapi adaptif. Khususnya oleh kalangan pengusaha sektor riil tanah air.
"Sebenarnya pelemahan rupiah ini berlangsung secara bertahap. Sehingga relatif masih bisa diantisipasi pelaku usaha sektor riil," nilai Ketua Apindo Pontianak, Andreas Acui Simanjaya, Senin (08/10/2018).
Pria yang kini maju sebagai calon legislator pusat dari Partai Nasdem di Dapil Kalbar 1 itu mengungkapkan, tren pelemahan IDR sejatinya sudah mulai terjadi sejak 2012.
Namun tren tersebut menurutnya masih relatif bisa 'dibaca'. Berbeda dengan yang terjadi di beberapa negara terdampak lain, semisal Turki yang mana pelemahan nilai tukar mata uangnya terhadap USD sangat drastis, dalam waktu singkat.
"Pelemahan rupiah ini terjadi secara pelan-pelan. Tidak seperti Turki yang jatuh drastis," sambungnya.
Kondisi inipun sedikit banyak masih terbilang membuat Indonesia sedikit lebih baik. Setidaknya, efek-efek negatif pelemahan ini masih bisa diantisipasi lebih dini oleh para pelaku usaha tanah air.
"Sebenarnya dunia usaha juga tidak ingin penguatan dan pelemahan mata uang terlalu cepat. Kedua hal ini sama- sama tidak baik. Ibarat cuaca jangan panas dan dingin dengan perbedaan suhu yang ekstrim. Kalau berangsur - angsur naik atau turun, mahluk hidup bisa menyesuaikan diri," pungkasnya.