Rumus Kebohongan yang Hasilnya Sangat Fatal, Makanya Jangan Berbohong
Kurangnya empati pada dasarnya berarti kurangnya hati nurani, yang merupakan konsep yang sulit untuk dipahami oleh banyak orang.
TRIBUNPONTIANAK.co.id/Marlen Sitinjak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kebohongan sudah sering ditemukan di kehidupan sosial.
Bumbu-bumbu dusta tampaknya seolah menjadi keseharian manusia.
Dalam perkembangan otak, kita memiliki 'alat' serbaguna dan kuat yang dapat kita gunakan untuk bermain dengan kenyataan serta memengaruhi hasil dari apa yang terjadi.
Dalam lingkungan sosial, kebohongan dianggap sebagai perilaku yang buruk dan tidak seharusnya kita melakukan perilaku tersebut.
Bagi beberapa orang, mereka adalah pembohong patologis, berarti mereka tidak dapat berhenti menyebarkan informasi yang salah tentang diri sendiri dan orang lain.
Baca: HASIL LENGKAP Liga Champion & Klasemen Usai Matchday 2, Raksasa Liga Inggris Tumbang
Baca: Inilah Aksi Insigne yang Menghancurkan The Reds, Goals & Highlights Napoli Vs Liverpool
Dalam sebuah buku berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, berbohong patologis adalah gangguan dalam diri seseorang serta termasuk dalam gejala gangguan kepribadian.
Sama halnya dengan psikopat dan narsisme, melansir Business Insider.
"Aku pikir itu berasal dari cacat dalam saraf neurologis dalam hal apa yang menyebabkan kita memiliki belas kasih dan empati," ujar psikiater Judith Orloff, penulis 'The Empath's Survival Guide'.
"Karena narsis, sosiopat, dan psikopat memiliki apa yang disebut gangguan kekurangan empati, yang berarti mereka tidak merasakan empati dengan cara kita."
Ketika seseorang tidak peduli dengan orang lain, kebohongan tidak menjadi masalah.
Baca: Ratna Sarumpaet Pakai Rekening Sumbangan Korban Danau Toba untuk Transaksi Operasi Plastik
Baca: TERUNGKAP! Ratna Sarumpaet Mengaku Terpaksa Berbohong Karena Hal Ini
Kurangnya empati pada dasarnya berarti kurangnya hati nurani, yang merupakan konsep yang sulit untuk dipahami oleh banyak orang.
"Ketika mereka berbohong, hal itu tidak menyakiti mereka dengan cara yang sama kebohongan itu akan menyakiti kita," kata Orloff.
"Begitu banyak orang mempunyai hubungan dengan pembohong patologis, atau tidak dapat mengerti mengapa mereka berbohong, karena mereka mencoba menyesuaikan orang-orang ini ke dalam standar yang disebut empati."
Namun pada akhirnya pembohong patologis tidak dapat menyesuaikan diri, bahkan mereka tidak sadar bahwa dirinya sedang melakukan kebohongan.
Mereka percaya bahwa dirinya mengatakan yang sebenarnya, padahal tidak.
Hal yang terpenting bagi pembohong patologis bukanlah fakta, namun kekuasaan atas orang lain.
Baca: TERPOPULER - Dari Benarkah Pulau Kalimantan Aman Hingga Kejanggalan Ratna Sarumpaet
Baca: RAMALAN ZODIAK - Ada Berita Tak Menyenangkan Dari Orang Terdekat
Melansir laman Psychology Today via Kompas, seringkali orang berbohong karena mereka mencoba mengendalikan situasi dan menggunakan pengaruh.
Kebohongan ini dilakukan untuk mendapatkan balasan atau reaksi yang mereka inginkan.
Terlebih jika faktanya tidak menyenangkan karena tidak sesuai dengan keinginan.
Kebohongan dapat berakhir dengan memanipulasi korban.
Terutama ketika realitas tersebut diulang-ulang oleh pelaku, maka orang mungkin akan mulai percaya terhadap kebohongan tersebut.
Aktivis Ratna Sarumpaet mengakui bahwa dia tidak pernah dianiaya atau dikeroyok di kawasan Bandara Husein Sastranegara, Bandung pada 21 September 2018.
Ia membantah kabar serta pernyataan sejumlah tokoh yang menyebut Ratna dianiaya hingga wajahnya lebam.
"Jadi tidak ada penganiayaan. Itu hanya khayalan entah diberikan setan setan mana dan berkembang seperti itu," ujar Ratna di kediamannya di kawasan Kampung Melayu Kecil V, Jakarta Selatan, Rabu (3/9/2018).
Dirawat Inap Sejak 21 September Ratna mengatakan, pada 21 September dia mendatangi salah satu rumah sakit bedah di Jakarta Pusat untuk operasi sedot lemak.
Namun, saat operasi selesai, Ratna melihat wajahnya lebam-lebam. Ia pun kembali ke rumah dan menjelaskan penyebab wajahnya lebam kepada anak-anaknya.
Saat sampai di rumah, Ratna mengaku kondisi wajahnya itu karena ia dipukuli oleh beberapa orang.
Ratna meminta maaf kepada semua pihak yang telah dia bohongi.

"Saya minta maaf kepada Pak Prabowo yang telah membela saya kemarin," ujar Ratna.
Sebelumnya, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta mengatakan, polisi telah mendapatkan bukti bahwa Ratna tidak dianiaya.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa Ratna pada tanggal tersebut berada di rumah sakit kecantikan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Polisi melakukan penyelidikan mengenai kebekaran informasi yang menyebut Ratna dikeroyok.
Pihak Rumah Sakit Khusus Bina Estetika, Jakarta, membenarkan pasien atas nama Ratna Sarumpaet sempat menjalani rawat inap di rumah sakit.
"Dari data yang kami terima ada pasien atas nama RS berobat ke rumah sakit kita," kata Juru Bicara Rumah Sakit Khusus Bina Estetika, dr. Hariesman, Rabu (3/10/2018).
Menurut Hariesman, Ratna Sarumpaet masuk ke RS Bina Estetika dan menjalani rawat inap sejak 21 September 2018, pukul 17.00 WIB.
Ratna baru keluar rumah sakit pada 24 September 2018 pukul 21.00 WIB.
Namun, Hariesman enggan mengungkapkan perawatan medis apa yang dijalani oleh Ratna.
Bahkan, data medis ini juga tidak dibuka kepada pihak kepolisian yang sudah datang ke RS Bina Medika pada Selasa (2/10/2018) kemarin.
"Pihak kepolisian meminta data medis kepada kami, tapi kami tidak bisa membuka data medis pasien. Dalam peraturan Permenkes Nomor 269 tahun 2008, data pasien adalah hak pasien," kata Hariesman.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta sebelumnya mengatakan, polisi telah mendapatkan bukti yang menunjukkan bahwa aktivis Ratna Sarumpaet berada di RS Bina Estetika pada 21 September, pukul 17.00 WIB.
Ini merupakan hasil penyelidikan polisi atas informasi yang menyebutkan bahwa Ratna dikeroyok di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, pada 21 September 2018 malam.
Nico mengatakan, kedatangan Ratna ke klinik kecantikan itu tercatat dalam buku tamu pasien dan terekam kamera CCTV rumah sakit.
"Sebelumnya yang bersangkutan mendaftar terlebih dahulu pada tanggal 20 September 2018, barulah tanggal 21 September datang ke RS," ujar Nico.
(*)