Banyak Yang Tak Pecaya, Ternyata Pil KB Bisa Sebabkan Wanita Jadi Maskulin

Percaya atau tidak, hal yang terdengar aneh itu bukanlah mitos belaka. Asal mula alat kontrasepsi berasal dari ubi Meksiko.

Editor: Mirna Tribun
TRIBUNFILE/IST
Ilustrasi 

Progestin yang termasuk generasi awal hampir semuanya androgenik, kemudian dikembangkan ke versi progesteron sintetis.

Berbeda dengan generasi pertama, versi progesteron sintesis dapat mengobati jerawat atau menangani pertumbuhan rambut yang berlebihan.

Oleh sebab itu disebut juga anti-androgenik.

Secara umum, merek pil yang lebih tua dan lebih murah cenderung mengandung hormon androgenik, sementara merek yang lebih baru, dan yang lebih mahal, cenderung mengandung anti-androgen.

Ini mungkin jadi salah satu alasan kenapa hanya ada 17 persen perempuan pengguna pil di AS yang memilih versi anti-androgenik.

Efek progestin androgenik

Saat perempuan meminum pil dengan progestin androgenik, reseptor androgen yang ada di kelenjar keringat dan folikel rambut akan bekerja dan membuat tubuh lebih mudah berkeringat dan lebih berambut.

Selain tubuh, steroid yang kuat ini juga memengaruhi otak.

Pada pria, androgen yang dilepas saat pubertas diketahui punya akibat merombak otak.

Hal ini juga berlaku pada perempuan, di mana jumlah testosteron yang relatif kecil pun dapat menyebabkan area tubuh tertentu menyusut dan area yang lain tumbuh.

Mengingat apa yang telah kita ketahui tentang kekuatan hormon-hormon ini, rasanya aneh bahwa hingga saat ini tidak ada yang memeriksa apakah progestin yang dibuat dari hormon pria punya dampak tertentu.

"Ada banyak penelitian tentang efek sampingnya secara fisik," kata Pletzer. "Ada juga penelitian tentang efek samping emosional, karena itu terus dikeluhkan oleh wanita. Tetapi sangat sedikit penelitian yang melihat dampaknya pada otak dan kognisi," kata dia.

Salah satu studi pertama dilakukan delapan tahun lalu setelah pil digunakan selama 50 tahun.

Pada saat itu, Pletzer tertarik pada bagaimana otak wanita berubah sepanjang siklus menstruasi.

Tetapi ketika dia menyadari bahwa dia tidak mengikutkan mereka yang sedang minum pil, dia bertanya pada dirinya sendiri: kenapa?

"Kita tahu bahwa steroid yang dihasilkan oleh tubuh kita sendiri, seperti progesteron dan testosteron, memengaruhi otak. Jadi tentu saja saya mengira hormon sintetis punya efek juga," kata dia.

Pletzer melupakan ide aslinya dan justru menguji efek pil. Dia mengumpulkan pria dan wanita yang pernah memakai kontrasepsi hormonal, lalu memindai otak mereka.

Apa yang dia temukan sangat mengejutkan.

Hasil scan menunjukkan bahwa di beberapa area, otak perempuan yang menggunakan pil berukuran lebih besar daripada mereka yang tidak menggunakan pil.

Area ini kebetulan adalah area yang lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan.

Penelitian ini hanya punya sampel yang relatif kecil dan tidak memisahkan kontrasepsi androgenik dan anti-androgenik, jadi Pletzer memperingatkan agar hasilnya tidak dibaca secara berlebihan.

Tetapi penelitian lain juga mengisyaratkan bahwa kedua jenis hormon itu sebenarnya dapat mengubah perilaku kita.

Ternyata perempuan yang mengonsumsi pil dengan progestin androgenik memiliki kefasihan verbal yang lebih rendah (kemampuan untuk menggunakan kata-kata baru).

Mereka juga lebih baik dalam kesadaran spasial.

Hal ini masuk akal, karena pria dianggap kurang pandai berbicara daripada perempuan dalam situasi tertentu dan memiliki kesadaran spasial yang lebih baik.

Penelitian lain menemukan bahwa perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral akan mengingat kisah emosional dengan cara seperti pria, mengingat inti lebih dari detailnya.

Mereka juga tidak jago mengenali emosi orang lain, seperti marah, sedih, atau jijik sama seperti pria.

Temuan ini menguatkan kecurigaan bahwa jenis pil tertentu membuat otak perempuan jadi lebih "maskulin".

Efek progestin anti-androgenik

Mungkin bukti yang paling mencolok berasal dari sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 2015.

Kali ini, Pletzer membandingkan otak perempuan yang menggunakan dua jenis pil dengan perempuan yang tidak menggunakannya.

Beberapa area otak bahkan lebih besar pada para perempuan yang minum pil yang mengandung progestin anti-androgenik terbaru.

Yang paling penting, perubahan ini tampaknya mempengaruhi perilaku mereka.

Dua area otak sangat membesar: area wajah fusiform, daerah berukuran sebesar kacang yang memproses informasi tentang wajah (dari foto teman sampai kartun), dan area parahipocampal, yang penting untuk mengenali tempat (seperti lanskap kota).

Mereka jadi bisa mengenali wajah dengan lebih baik.

Pengenalan wajah biasanya adalah hal yang sangat dikuasai perempuan bahkan saat bayi jadi, temuan ini cocok dengan gambaran kontrasepsi oral yang secara halus memengaruhi otak kita.

Dalam hal ini, pil anti-androgenik bisa jadi punya efek "memperempuankan".

Sama seperti sebelumnya, beberapa area otak juga lebih besar pada perempuan pengguna pil androgenik, termasuk beberapa area yang bisanya besar pada pria.

Semakin lama para perempuan menggunakan pil, semakin besar area-area ini.

Untuk membuat masalah ini jadi lebih rumit, semua pil gabungan mengandung estrogen sintetis, yang membuat jadi feminim.

Ini berarti bahwa satu perempuan mungkin mengalami efek 'feminisasi' dan 'maskulinisasi' di otak mereka pada saat yang bersamaan.

Tidak ada yang bisa memperkirakan bahwa ubi yang jelek itu akan melahirkan revolusi feminis.

Pil ini berulang kali disebut penemuan terbesar abad ke-20 dan disebut sebagai faktor yang meningkatkan sepertiga upah perempuan sejak 1960-an.

Tetapi pil kontrasepsi mungkin memiliki sisi gelap.

Seperti yang ditulis Pletzer pada tahun 2014, ketika atlet menggunakan steroid, kita menyebutnya 'doping' itu dianggap penyalahgunaaan dan dikecam keras oleh masyarakat.

Namun pada saat yang sama, kita senang jutaan perempuan mengkonsumsi hormon ini setiap hari, terkadang sejak masa pubertas hingga menopause.

Para ilmuwan belum tahu apakah efek dari pil di otak pun berdampak pada perilaku kita.

Tapi mungkin sudah saatnya kita mengujinya.

Sumber: BBC Indonesia

Yuk Follow Instagram @tribunpontianak.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved