Ramadan 1439 H
Nuansa Beda, Inilah Para Mahasiswa Indonesia Berpuasa di Eropa
Menjalani puasa jauh dari Tanah Air memberikan kesan tersendiri bagi Hani. Banyak hal yang ia rindukan
Suhu rata-rata saat musim panas di Inggris berkisar 18-20 derajat celcius dari sebelumnya 5 derajat pada musim semi.
“Memang terkesan jadi cobaan tingkat tinggi karena kebetulan Inggris sedang dalam fase terik dan panas tapi justru harus berpuasa, terlebih bagi orang Indonesia yang biasanya jam 6 sore sudah berbuka ya,” ujar Mega.
Mega menceritakan, ibadah puasa dijalaninya selama 18-19 jam, dimulai dari imsak pukul 03.00 dan berakhir pada 21.00 atau 22.00.
Setelah berbuka puasa, ia bersama teman-teman muslimnya berkegiatan di ruang ibadah yang disediakan kampus. Kegiatan itu di antaranya mengaji dan melaksanakan shalat tarawih bahkan hingga makan sahur.
“Memang dilematis ketika pulang ke apartemen saja sudah jam setengah 1 pagi. Lalu jam 3 sudah imsak. Alhasil memang mayoritas mahasiswa muslim di Lancaster pasca tarawih tidak tidur lagi sembari menunggu waktu sahur,” ujar Mega.
Dekatnya waktu berbuka puasa dan makan sahur menyebabkan kondisi perut masih kenyang. Untuk mengatasi hal itu, Mega mengaku hanya makan makanan kecil atau susu saat sahur. Rutinitas Ramadhan yang sedemikian rupa berpengaruh terhadap waktu tidur dan istirahat yang dimiliki.
“Setelah imsak dan sholat subuh, baru saya tidur dan bangun sekitar jam 12 siang. Pada saat itu, kurang lebih Zuhur jam 2 siang. Jadi tidur pagi hari habis imsak sangat aman karena tidak menabrak waktu shalat,” kata Mega.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Para WNI Berpuasa di Eropa..