Indonesia Masih Hadapi Ancaman Penyakit Infeksi Emerging

Sementara di India, sampai akhir Mei 2018 sedikitnya 13 orang meninggal dunia di Negara Bagian Kerala, akibat terinfeksi virus Nipah.

Penulis: Stefanus Akim | Editor: Madrosid
TRIBUN/ISTIMEWA
Petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam berdiskusi dengan petugas Puskesmas saat simulasi menghadapi Pandemi flu burung dengan pendekatan One Health di Ketapang, Kalimantan Barat, belum lama ini. 

Pemerintah Kabupaten Boyolali menerapkan pendekatan One Health untuk menangani 22 kasus dugaan rabies yang disebabkan gigitan anjing dan monyet ekor Panjang (Macaca Fascicularis) pada Januari-Oktober 2017.
Komunikasi dan koordinasi lintas sektor dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah bersama Dinas Kesehatan serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali berhasil menanggulangi kasus ini.
Khusus sektor lingkungan hidup, KEMENLHK telah memperkuat sistem surveilans dengan meluncurkan sehatsatli (http://sehatsatli.menlhk.go.id).

Sehatsatli adalah satu sistem informasi pelaporan kejadian pada satwa liar berbasis web. Sistem ini menjadi langkah awal investigasi pada dugaan kasus penyakit zoonosis yang bersumber dari satwa liar. Upaya mencegah dan mengurangi risiko penyakit infeksi emerging dan zoonosis adalah tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.

"Kita bisa berpartisipasi untuk mencegah dan mengurangi risiko penyakit infeksi emerging dan zoonosis salah satunya dengan menjaga lingkungan hidup," terang Kasubdit Keamanan Hayati Kementerian LHK.

Menurut Lu'lu, pengunaan lahan sesuai peruntukannya, reboisasi hutan, konservasi dan upaya perlindungan terhadap kekayaan flora dan fauna termasuk menghentikan perburuan dan perdagangan hewan hidup adalah langkah untuk mencegah munculnya penyakit infeksi emerging dan zoonosis di Indonesia.

Jonathan Ross, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia menyebutkan bahwa berbagai faktor seperti peningkatan populasi masyarakat, perubahan habitat tempat tinggal hewan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan dan globalisasi, menjadikan Indonesia rentan terhadap PIE.

"Untuk mencegah dan mengendalikan Penyakit Infeksi Emerging atau PIE, diperlukan kerjasama dari pemangku kepentingan multisektor" kata Jonathan. "Keberhasilan di Boyolali adalah bukti nyata bahwa kerjasama multisektor berperan penting dalam pencegahan PIE. Amerika Serikat bangga bisa bermitra dengan Indonesia dalam hal ini", tambahnya.

Program USAID EPT2 adalah kolaborasi antara pemerintah Indonesia dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (UNFAO), PREDICT-2 (dipimpin oleh Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Eijkman), Preparedness and Response, One Health Workforce (dipimpin oleh jaringan universitas One Health di Indonesia atau INDOHUN), Palang Merah Indonesia (PMI) dan The International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) untuk mencegah, mendeteksi serta merespon PIE dan zoonosis

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved