Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, Bupati Sekaligus Budayawan Enthus Susmono Meninggal

Ia adalah salah satu dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi dan dakwah secara efektif.

Editor: Marlen Sitinjak
Kolase
Ki Enthus Susmono 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEMARANG - Enthus Susmono, Bupati Petahana Kabupaten Tegal yang juga dalang kondang itu telah tutup usia sekitar pukul 19.15 WIB, di RSUD Soeselo Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Senin (14/5/2018).

Berita ini dibagikan melalui pesan singkat kepada wartawan.

Inna lillahi wa ina ilaihi rojijn... telah pulang ke Rahmat Allah, har ini 14 Mei 2018sekitar pukul 19.15 WIB saudara kita, seniman besar Tegal Jawa Tengah, Indonesia Ki Enthus Susmono. Mohon dimaafkan atas segala kesalahannya, semoga Khusnul Kotimah Amin... ya Rob. Mohon dishare terimakasih. Wassalam.

Belum diketahui penyebab meninggalnya seniman besar Tegal Jawa Tengah tersebut.

Baca: Datang ke Pesta Sekolah Diantar dengan Peti Mati, Alasan Gadis Ini Bikin Tercengang

Dikutip dari wikipedia, Ki Enthus Susmono lahir di Tegal, 21 Juni 1966; umur 51 tahun.

Ia adalah seorang dalang berkebangsaan Indonesia.

Sejak 8 Januari2014, ia dilantik sebagai Bupati Tegal oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, untuk periode 2014-2019.

Karena ketokohannya di dunia pedalangan, pada tahun 2005, dia menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang seni-budaya dari International Universitas Missouri, U.S.A dan Laguna College of Bussines and Arts, Calamba, Philippines (2005).

Selain berbagai penghargaan telah diterima, ratusan karyanya juga tersimpan dalam museum antara lain di Belanda, Jerman, dan New Mexico.

Enthus dibesarkan dari lingkungan keluarga dalang.

Ia adalah anak semata wayang Soemarjadihardja, dalang wayang golèk Tegal dengan istri ke-tiga bernama Tarminah.

Bahkan kakek moyangnya, R.M. Singadimedja, merupakan dalang terkenal dari Bagelenpada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram.

KI Enthus, begitu sapaannya, dengan segala kiprahnya yang kreatif, inovatif serta intensitas eksplorasi yang tinggi, telah mengantarkan dirinya menjadi salah satu dalang kondang dan terbaik yang dimiliki Indonesia.

Pikiran dan darah segarnya mampu menjawab tantangan dan tuntutan yang disodorkan oleh dunianya, yaitu jagat pewayangan.

Gaya sabetannya yang khas, kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya.

Baca: Densus 88 Tangkap 13 Terduga Teroris di Surabaya dan Sidoarjo, 4 Tewas Ditembak

Ia juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menyusun komposisi musik, baik modern maupun tradisi (gamelan).

Kekuatan mengintrepretasi dan mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu terkini membuat gaya pakeliran-nya menjadi hidup dan interaktif.

Didukung eksplorasi pengelolaan ruang artisitik kelir menjadikannya lakon-lakon yang ia bawakan bak pertunjukan opera wayang yang komunikatif, spektakuler, aktual, dan menghibur.

Pada tahun 2005, dia terpilih menjadi dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia yang diselanggarakan di Taman Budaya Jawa Timur.

Dan pada tahun 2008 ini dia mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di Denpasar, Bali.

Ia adalah salah satu dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi dan dakwah secara efektif.

Pertunjukan wayangnya kerap dijadikan sebagai ujung tombak untuk menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat sepertikampanye; anti-narkoba, anti-HIV/Aids, HAM, Global Warming, program KB, pemilu damai, dan lain-lain.

Di samping itu dia juga aktif mendalang di beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Wali Sanga.

Kemahiran dan ‘kenakalannya’ mendesain wayang-wayang baru/kontemporer seperti wayang George Bush, Saddam Hussein, Osama bin Laden, Gunungan Tsunami Aceh, Gunungan Harry Potter, Batman, wayang alien, wayang tokoh-tokoh politik, dan lain-lain membuat pertunjukannya selalu segar, penuh daya kejut, dan mampu menembus beragam segmen masyarakat.

Ribuan penonton selalu membanjiri saat ia mendalang. Keberaniannya melontarkan kritik terbuka dalam setiap pertunjukan wayangnya, memosisikan tontonan wayang bukan sekadar media hiburan, melainkan juga sebagai media alternatif untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. (*)

Like Pontianak Fantastis on Facebook:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved