Citizen Reporter
Kunjungi Panti Asuhan Bakti Luhur, Maria Goreti Teteskan Air Mata Karena Ini
Yosi salah satu nama penghuni panti yang sudah berumur 40 tahun harus hidup di kursi roda yang segala kebutuhan harus dibantu oleh orang lain.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Dhita Mutiasari
Citizen Reporter
Thomas Diman
Staf
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Sore itu, kamis (10/5 2018) suasana di Panti Asuhan Bakti Luhur yang berlokasi di Jalan Wonoyoso I No. 9 terlihat sangat ramai.
Pengunjung berbaur dengan para penghuni panti, pendamping, dan para suster yang mengelola panti.
Hari itu kebetulan hari libur peringatan Kenaikan Isa Almasih. Ada beberapa kunjungan dari beberapa komunitas ke panti asuhan tersebut. Rombongan Senator asal Kalimantan Barat, Maria Goreti adalah kunjungan terakhir hari itu.
Sambutan hangat dan bersahabat dari Suster Eros, ALMA yang mengajak untuk langsung bergabung dengan pengunjung lain.
Baca: Polsek Pontianak Kota Beri Pengamanan Ibadah Misa di Gereja
“Terima kasih yang tidak terhingga atas kunjungan, perhatian, cinta kepada kami. Ini sungguh di luar dugaan kami mendapat tamu istimewa. Kata biarawati yang sudah puluhan tahun berkarya diantara anak-anak yang tidak diinginkan kehadirannya,"ujarnya
“Saat ini ada dua puluh empat penghuni panti asuhan dengan sembilan pengasuh dan dua suster. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang lahir karena gagal diaborsi sehingga cacat, anak-anak yang lahir dari hubungan gelap karena orang tua mereka masih sekolah, anak-anak yang tidak diterima oleh keluarganya” imbuh Suster Eros atau Mami Yos demikian anak-anak panti memanggilnya.
Baca: Minimalisir Terjadinya Pencurian Listrik, PLN Area Singkawang Gelar Apel P2TL
Lebih lanjut suster Eros mengatakan bahwa karena mereka cacat bahkan untuk menolong dirinya sendiri tidak mampu, mereka harus didampingi setiap saat untuk membantu kebutuhan mereka setiap saat seperti makan, minum, tidur, mandi, buang air, dan lain sebagainya.
Yosi salah satu nama penghuni panti yang sudah berumur 40 tahun harus hidup di kursi roda yang segala kebutuhan harus dibantu oleh orang lain.
“Kami mengasuh mereka sampai Tuhan menjemputnya karena memang tidak ada yang peduli khususnya keluarganya, bahkan ada yang mengaku saudaranya dan menitipkan salah satu anak yang kemudian diketahui bahwa yang bersangkutan adalah ibunya. Setelah itu tidak pernah dating lagi sampai anaknya besar.” Katanya dalam bincang-bincang dengan Maria Goreti.
“Tuhan menyelenggarakan segalanya untuk kami, Tuhan menolong anak-anak lewat para donator agar mereka terus hidup. Kalau bukan kami lalu siapa lagi yang mau menampung mereka. Atas nama kemanusiaan, kami menolong siapa saja, dari suku apa saja dan agama apapun. Inilah acara Tuhan mencintai kehidupan, dan kami mau ambil bagian dalam karya Tuhan itu. Kami hanya alatNya agar mereka anak-anak memiliki hidup dan harapan walaupun keadirannya tidak diharapkan oleh kedua orang tuanya.” Kata Suster yang tinggal diantara para penduduk yang sangat perhatian kepada anak-anak panti.
Setelah selesai acara bersama dengan anak-anak panti, Maria Goreti dalam pesanya mengatakan, “Suster, saya tidak bisa berbicara lagi, hatiku sesak rasanya melihat mereka, merasakan apa yang mereka alami. Anda luar biasa dengan sepenuh hati, diri, pikiran, hidup Anda berdua di sini untuk anak-anak ini,"ungkapnya
"Saya sebagai orang Kalimantan Barat merasa bersyukur dan berterima kasih yang tak terhingga atas peran dan pilihan suster untuk hidup bersama mereka, bahkan kamar pribadi pun suster tidak ada, semua untuk mereka. Semoga para Suster dan pendamping selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk membantu mereka yang sangat membutuhkan untuk hidup mereka. Kita saling mendoakan ya Suster” katanya sambil meneteskan air mata. (*)