Profile
Belajar Adat dan Budaya di Ajang Bujang Dare Pontianak
Kontes pencarian duta wisata Kota Pontianak itu telah menghantar Afifah untuk terpilih sebagai runner up 1 Dare Pontianak 2017.
Penulis: Rizki Fadriani | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Bella
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ingin mengembangkan dan mempelajari lebih dalam adat dan budaya yang ada di Kota Pontianak, serta mengisi kegiatan dengan hal-hal yang positif menjadi motivasi Afifah Salwa Rasya, untuk mengikuti ajang Bujang Dare Pontianak 2017.
Kontes pencarian duta wisata Kota Pontianak itu telah menghantar Afifah untuk terpilih sebagai runner up 1 Dare Pontianak 2017.
"Adat istiadat dan budaya di Kota Pontianak itu banyak, khususnya suku Melayu, karena bujang dare identik dengan suku Melayu. Mulai dari tradisi meriam karbit, tarian zapin, makan saprahan, kain tenun corak insang maupun festival arakan pengantin, kata gadis kelahiran 31 Mei 1999 itu.
Baca: Ikut Ajang Bujang Dare, Ini Lho Yang Dilakukan Beisca Azzahra
Menurut Afifah, Pontianak memiliki pariwisata yang tak kalah menarik dari daerah lainnya.
"Pontianak dikenal dengan garis Khatulistiwa, dimana Pontianak mempunyai Tugu Khatulistiwa, karena ada fenomena menarik yang dinamakan fenomena titik kulminasi. Fenomena yang terjadi dua kali setahun, pada 21-23 Maret dan September itu punya keunikan, dimana semua benda yang berada di atas garis ini tidak akan memiliki bayangan, " katanya menjelaskan.
Menurut gadis yang hobi membaca, travelling dan make up ini, peristiwa titik kulminasi merupakan daya tarik tersendiri bagi Kota Pontianak dan merupakn agenda tahunan bagi pemerintah.
Selain itu, perayaan titik kulminasi menurut Afifah juga sebagai wujud mempromosikan wisata daerah serta menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Makanya buat semuanya jangan lupa datang ke Tugu Khatulistiwa untuk menyaksikan fenomena tersebut pada 21-23 Maret dan September. Karena selain menyaksikan fenomena titik kulminasi, ada beberapa pertunjukan budaya Pontianak seperti teater dan tarian Melayu, " himbaunya.
Terkait budaya dan pariwisata di Kota Pontianak, Afifah menganggap bahwa keduanya sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, hanya saja masyarakat setempat masih kurang menyadari keberadaan dan potensi budaya dan pariwisata yang ada.
Ia melihat bahwa ada banyak sekali budaya dan pariwisata yang dapat dijadikan ikon Kota Pontianak, hal itu tidak terlepas dari keberagaman budaya unik dan khas yang ada di Pontianak, yang sudah diakui oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Contohnya makan saprahan, kain tenun corak insang, festival meriam karbit dan festival arakan pengantin. Sudah menjadi tugas dan kewajiban kita untuk menjaga kelestariannya, bahkan saya memiliki keinginan untuk lebih banyak memperkenalkan budaya lain yang ada di kota Pontianak kita tercinta, " katanya dengan penuh semangat.
Mahasiswi Politeknik Negeri Pontianak Jurusan Akutansi ini berharap semoga pengembangan pariwista yang ada di Pontianak menjadi lebih baik lagi, dengan konsep Sapta Pesona yang terdiri dari tujuh unsur yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan agar menarik wisatawan untuk berkunjung ke Pontianak.
Kepada seluruh anak muda Pontianak Afifah berharap, semoga kita semua selalu mendukung, melestarikan dan mempromosikan budaya dan pariwisata yang ada.
"Semoga Pontianak melahirkan anak muda yang selalu inovatif dan kreatif dalam melakukan tindakan maupun pemikiran. Semoga anak muda Pontianak selalu mengedepankan nilai sopan santun dan juga adat istiadat yang berlaku," imbaunya.