Super Semar Antar Soeharto Jadi Penguasa, Surat Aslinya Tak Pernah Ditemukan
Cirinya jumlah halaman dua lembar, berkop Burung Garuda, diketik rapi, dan di bawahnya tertera tanda tangan beserta nama "Sukarno".
Baca: Tyas Mirasih Ngamuk Pada Presenter Cantik Ini, Sampai Ribut di Medsos Ngomong Kayak Gini!
Cerita lain, menurut Asvi, sebelum 11 Maret 1966, Soekarno pernah didatangi oleh dua pengusaha utusan Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara.
Kedua pengusaha itu, Hasjim Ning dan Dasaad, datang untuk membujuk Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.
Akan tetapi, Soekarno menolak, bahkan sempat marah dan melempar asbak.
"Dari situ terlihat ada usaha untuk membujuk dan menekan Soekarno telah dilakukan, kemudian diikuti dengan pengiriman tiga jenderal ke Istana Bogor," ungkap Asvi,
Kontroversi selanjutnya adalah soal isinya.
Bagi Soekarno, surat itu adalah perintah pengendalian keamanan, termasuk keamanan dirinya selaku Presiden dan keluarganya.
Soekarno pun pernah menekankan, surat itu bukanlah transfer of authority.
Baca: Begini Saat Kapolda Kalbar Ajak Umat Muslim Tolak Keras Hoaks di Masjid Raya Mujahidin
Namun, Amirmachmud, jenderal yang membawa surat perintah dari Bogor ke Jakarta pada 11 Maret 1966, langsung berkesimpulan bahwa itu adalah pengalihan kekuasaan.
Dengan interpretasi seperti itulah, Soeharto kemudian naik ke tampuk kekuasaan.
Mengungkap Kebenaran
Kini, setelah 52 tahun berlalu, belum ada jawaban terang soal pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal.
Namun, ada harapan bahwa kegelapan itu terungkap.
Salah satu titik berangkatnya adalah konsistensi Arsip Nasional Republik Indonesia dalam mencari dokumen asli Super Semar.
Salah satu instrumen yang bisa digunakan adalah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
UU kearsipan itu berisi aturan tentang sanksi maksimal hukuman penjara selama 10 tahun bagi orang yang menyimpan arsip negara dan tidak menyerahkannya kepada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Selain itu, Daftar Pencarian Arsip (DPA) juga disinggung.
Baca: Curi Pagar Besi, Dua Pria Ini Diringkus Polisi
Asvi Warman Adam berharap, ANRI mendorong keluarnya peraturan pemerintah atas UU Kearsipan.
Apabila pemerintah menerbitkan peraturan pelaksana, maka ANRI akan punya wewenang lebih untuk mencari naskah asli itu.
Bisa jadi, kewenangan itu termasuk menggeledah pihak-pihak yang mungkin menyimpan naskah otentik Super Semar tersebut.
Bila itu yang terjadi, maka ada harapan terjadi pelurusan sejarah.
Bila dulu sejarah selalu disesuaikan oleh kepentingan penguasa, kini, sejarah juga memasukkan pandangan dan temuan dari banyak orang.
Adagium “Sejarah ditulis oleh para pemenang” tidak lagi jadi sesuatu yang mutlak.
Walau Soeharto tak lagi berkuasa dan tak ada dampak langsung secara politik, pengungkapan misteri Super Semar tetap memiliki arti bagi bangsa Indonesia.
Baca: Begini Saat Kapolda Kalbar Ajak Umat Muslim Tolak Keras Hoaks di Masjid Raya Mujahidin
Setidaknya sebagai bangsa, sejarah kita dengan gamblang bisa diceritakan.
Pengungkapan Super Semar juga menjadi peringatan bagi para penguasa agar tidak membelokkan sejarah untuk kepentingannya.
Karena mereka bisa saja menuliskan sejarah menurut kemauannya, namun tidak bisa menghapuskan kebenaran. (Wisnubrata)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan tautan: Supersemar, Surat Sakti Penuh Misteri