Citizen Reporter

Sanggar Pabayo Tarigas Menjaga Tegangan Antara Kebudayaan Lokal dan Global

Dalam rentang waktu itulah, muncul kembali cita-cita dan tekad yang kuat untuk mendirikan sanggar seni khususnya tari dan musik daerah.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
Sanggar pabayo Tarigas kedatangan seorang Senator asal Kalimantan Barat, Maria Goreti dalam rangka reses 

Citizen Reporter

Thomas Diman

Staf

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Beberapa waktu lalu Sanggar pabayo Tarigas kedatangan seorang Senator asal Kalimantan Barat, Maria Goreti dalam rangka reses.

“Saya datang untuk bisa bersilaturahmi dengan Kalian anak-anak sanggar untuk secara langsung melihat kegiatan sanggar di sini” katanya di awal pertemuan dengan anak-anak sanggar yang ditemani juga oleh para guru pendamping.

Baca: Polsek Singkawang Utara Dukung Program Tanah Sistematis Lengkap BPN Singkawang

Sanggar ini lahir dari keprihatinan seorang bernama Fransiskus Sukardi yang melihat pentingnya seni tradisional khususnya tradisional Kalimantan Barat untuk terus dihidupi.

Akhirnya, pilihan jatuh di Kabupaten Bengkayang.

“Tahun 2003 setalah lulus ISI Yogyakarta, saya pulang ke Pontianak dan di sana sempat bergabung dengan Sanggar Senggalang Burong di rumah Betang Sutoyo pimpinan John Roberto Panurian” lanjut Sukardi. 

Pada tahun 2005 Sukardi hijrah ke Bengkayang dan menjadi guru seni di SMPN 1 Bengkayang.

Baca: Waduh, Tak Fokus Nyetir Kartika Putri Tabrak Mobil di Depannya. Begini Kabarnya Sekarang

Selain itu, juga membantu Pemerintah Daerah melalui dinas pariwisata dalam berbagai kegiatan seni.

Dalam rentang waktu itulah, muncul kembali cita-cita dan tekad yang kuat untuk mendirikan sanggar seni khususnya tari dan musik daerah.

Bersama guru tari dan musik saya sewaktu di SMA, yaitu Bapak Drs. Hendrikus Clement yang kebetulan sama mengabdi di Bengkayang mereka membentuk sebuah wadah pembinaan seni tari tradisional yang dinamakan CTDC (Center for traditional dance course) Pabayo, dan mendapat ijin resmi dari dinas pendidikan Kabupaten Bengkayang.

“Kami awalnya menumpang di gedung Sekolah SMP St. Tarsisia, di mana anggota kursus kebanyakan siswa/I SMP dan SMP di kota Bengkayang, namun ada jg anggota dewasa. Satu tahun berjalan dengan baik, timbul pemikiran untuk membentuk wadah yg bisa menampilkan hasil pelatihan tari CTDC Pabayo ini agar dapat dinikmati masyarakat yang lebih luas” Kata Bapak dua putri ini.

Secara etimologi Pabayo itu wadah untuk meletakan sajen ritual adat. Alat ini terbuat dari bambu yang diraut.

“Pabayo kami maknai sebagai wadah menampung peserta didik beeelajar seni budaya daerah. Sementara tarigas itu artinya baik, bagus, cantik.

Pada tanggal 27 April 2006 dibentuklah Sanggar Pabayo Tarigas, yang diketuai oleh Fransiskus Sukardi sendiri dan pembina Bapak Hendrikus Clement, Sekretaris Ismael Edison, dan Bendahara Cristina Angelita Novita.

Sementara para pelatih: Fransiskus Sukardi, Angel, dan Nurhasanah.

Keberadaan Sanggar Pabayo Tarigas ternyata sangat diterima oleh masyarakat dan Pemda Bengkayang, dimana banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar tari dan musik daerah.

Selain itu, Sanggar Pabayo Tarigas ikut membantu Dinas Pariwisata dalam melestarikan seni budaya daerah lewat even kebudayaan di tingkat lokal, provinsi maupun nasional.

Sejarah pertama terukir tahun 2007 dimana Sanggar Pabayo Tarigas mendapatkan 5 medali pada ajang Gawai Dayak Se-Kalimantan di Rumah Betang Sutoyo Pntianak, yaitu cabang tari, pop singer, lukis, pahat, dongeng.

Tahun 2008 menjadi 1 dan mewakili kalbar di Gawai Dayak se-Kalimantan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Selain event nasional Sanggar Pabayo Tarigas juga sering diundang dalam event internasional di Malaysia. “Kami susah tujuh mengikuti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) mewakili Kalimantan Barat, dan pada tahun 2016 menjadi juara pertama nasional di Palembang.

Ketika ditanya oleh Maria Goreti mengenai tujuan berdirinya Sanggar ini, Sukardi menjelaskan, ”Pertama, mengangkat seni lokal supaya dikenal di masyarakat luas. Kedua, mengembangkan dan melestarikan tari dan musik daerah, Ketiga, emberikan wadah pembinaan seni budaya daerah bagi generasi muda dan terakhir, membantu Pemerintah daerah dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari dan musik dalam masyarakat luas.” Imbuhnya dengan nada lantang.

Feredico Vony (salah satu anggota sanggar yang saat ini tinggal di Pontianak) mengatakan pengalamannya di sanggar

“Di Sanggar kami bukan hanya dibina untuk mahir dalam bermusik dan tari tradisional, kami juga dibina tentang hidup dalam menghargai perbedaan, disiplin waktu, dan mencintai seni dan budaya lokal, itu yang saya alami dan rasakan tentang peran sanggar ini. Saya ingin terus mengajak kawan-kawan agar lebih mengenal tentang seni dan budaya lokal sehingga untuk memperkenalkan budaya lokal di mata dunia akan menjadi lebih mudah, agar Indonesia kuat dengn seni dan budaya.” Demikian harapan dan kesannya terhadap Sanggar Pabayo Tarigas.

Di akhir pertemuan itu, Maria Goreti berpesan agar anak-anak sanggar menjadi agen-agen perubahan yang memiliki karakter, berpikir global, tetapi bertindak local.

“Kita sedang hidup di zaman globalisasi dimana nilai-nilai local akan mendapat tantangannya tetapi kita tidak boleh juga menutup diri terhadap budaya mondial. Yang perlu diberdayakan adalah bagaimana kita bisa menyaring budaya yang masuk dengan karakter kita sebagai orang Indonesia” kata senator yang akan terus berjuang di jalur politik ini. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved