Cap Go Meh
Tatung - 7 dari 14 Besaudara Jadi Tatung, Inilah Kisah Evi
Cap Go Meh tahun 2018 menjadi momen perdana Amoi Kota Singkawang ini menjadi seorang tatung
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Chia Su Sian atau akrab disapa Evi (34) merupakan satu di antara dari 1.038 tatung yang melakukan atraksi untuk memeriahkan perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, Jumat (2/3/2018).
Cap Go Meh tahun 2018 menjadi momen perdana Amoi Kota Singkawang ini menjadi seorang tatung.
Ia merupakan anak ke-6 dari 10 bersaudara. Ibunya merupakan istri kedua dari ayahnya Chi Sun Kong (77) yang juga seorang tatung.
(Baca: Hairiah Harapkan Tenun Sambas Jadi Bagian Ikon Terbaik Fashion Etnik Indonesia )
Dari 10 bersaudara kandung, 6 di antaranya merupakan seorang tatung yang juga turut beratraksi pada momen Cap Go Meh 2018 di Singkawang.
Sementara 4 saudara tiri dari istri pertama ayahnya, hanya 1 saja yang menjadi tatung.
"Jadi ada 7 orang tatung di keluarga dari 14 bersaudara, ditambah bapak jadi 8 tatung," katanya, Sabtu (3/3/2018).
Mengenakan kaos oblong hitam dan celana hot pants, ia duduk didampingi kakaknya, Chia Fui Cu (43) di halaman Klenteng Cetya, Jalan P Belitung, Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat yang menjadi kediamannya.
(Baca: Hanya Dengan Pesan Nasi Goreng, Anda Free Karaoke 1 Jam di Inul Vizta KTV )
Mereka berdua terlihat mirip. Wajar saja, selain bersaudara kandung, mereka sama-sama seorang tatung. Kharismanya cukup terasa ketika beradu pandang.
Selain mereka berdua, ada pula kakaknya yang telah menetap di Hongkong kembali ke Kota Singkawang sebelum hari raya Imlek.
Adiknya yang menetap di Singapura juga datang pada Rabu (28/2/2018) khusus untuk merayakan Cap Go Meh. Maklum, mereka berdua juga seorang tatung yang ikut memeriahkan Cap Go Meh di Singkawang beberapa waktu lalu.
Ada dua roh yang masuk ke tubuh Evi saat atraksi Cap Go Meh kemarin. Tubuhnya dimasuki pertama kali oleh Cing Lung Niang Niang sebutan dalam bahasa Mandarin atau dalam bahasa Kek, Kim Liung Nyong Nyong.
(Baca: Paket Pengiriman Barang ke Rutan Harus Jelas Pengirim dan Penerimanya )
Ia merupakan dewi. Seperti Dewi Kwan Im yang sangat terkenal pada film Sun Go Kong yang menemani gurunya Biksu Tong dalam perjalanan ke barat bersama dua saudara lainnya.
Roh lainnya yakni San Thai Chi dalam bahasa Mandarin atau dalam bahasa Kek disebut Sam Thai Chi yang merupakan dewa pangeran dari khayangan.
Masing-masing berbeda dari cara bicara, gerakan, dan lainnya. Bila dewa yang masuk akan terdengar bahasa Mandarin, namun bila dewi tidak jelas apa yang diucapkan, hanya beberapa saja yang mampu mengerti.
Saat mereka masuk, terasa tak enak di pundak. Seperti beban, badan kaku. Setelah masuk ia menjadi tidak sadar.
Saat dia keluar terasa melayang antara sadar dan tidak sadar. Beberapa orang di sekitarnya lantas memukul pundak tatung seperti membangunkan orang yang sedang tertidur.
"Mereka masuk secara bergantian. Masuk sebentar, keluar lagi. Begitu terus sepanjang atraksi," cerita Evi.
Tolak Jadi Tatung
Tatung atau Cho Ki atau Pang Thung dalam bahasa Kek memiliki arti kerasukan dewa.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghua, ada berbagai tingkatan dalam dewa. Ada pula yang sifatnya baik dan bersifat jahat.
Para dewa selalu datang pada hari-hari besar keagamaan seperti Cap Go Meh, ulangtahun dewa, ulang tahun klenteng dan hari besar lainnya.
Meski tak semua, ada pula beberapa tatung yang bahkan mampu mengobati orang sakit. Ia seperti seorang tabib.
Menjadi seorang tatung bukanlah perkara yang mudah. Seorang tatung harus memiliki kepribadian yang baik dan rendah hati.
Evi bahkan sempat menolak menjadi seorang tatung. Ia merasa malu menjadi tontonan banyak orang.
Ini tak lepas karena sejak dulu, jarang ada seorang tatung perempuan. Umumnya yang menjadi tatung adalah para pria.
"Seperti gak masuk akal ada tatung perempuan," sebutnya.
Evi pernah mengutarakan niatnya pada sang ayah untuk tak menjadi seorang tatung.
Ayahnya dengan tegas menyatakan ia tak bisa menolak hal itu.
(Baca: Tarian Tradisional Madura Iringi Resepsi Pernikahan Putri Sulung Ketua REI Kalbar )
"Gak bisa kamu nolak-nolak, takutnya yan baik kamu tolak, yang gak baik yang masuk. Jadi mau tidak mau km harus terima," tuturnya menirukan ucapan ayahnya.
Memang, bila telah masuk, sudah tak dapat menolak. Ibaratnya telah dibukakkan pintunya. Tatung akan terus melekat seumur hidup.
Bahkan, adiknya yang di Singapura dan kakaknya yang di Hongkong dibuatkan tempat sembayang khusus seperti yang ada di klenteng.
"Kalau tidak bisa masuk setiap hari," ungkap Evi dengan wajah lelah.
Evi bersama kakaknya tampak lelah setelah melakukan atraksi pada perayaan Cap Go Meh.
Meski tiga hari sebelum atraksi menjadi vegetarian dengan mengonsumsi sayur yang hanya boleh dicampur bawang merah dan garam.
"Capek setelah atraksi, istirahat saja seharian. Capeknya seperti angkat beban, pegal-pegal, lemes," tuturnya mengakhiri perbincangan.