Tambah Nilai Estetika Pembanguan Singkawang Culture Center, Arsitek Rancang Pembangunan Seperti Ini

Dalam pembangunan SCC ini menurutnya tidak mengubah terlalu banyak bentuk bangunan asli.

Penulis: Try Juliansyah | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ TRY JULIANSYAH
Walikota Singkawang terpilih, Tjhai Chui Mie saat memantau pembanguan SCC yang akan diresmikan 19 Desember mendatang. 

Laporan Wartawan Tribunpontianak,  Try Juliansyah

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG - Singkawang sebagai tujuan wisata di Kalbar terus berbenah, satu diantaranya melalui pembangunan Singkawang Cultural Center, di jalan Yos Sudarso Singjkawang.

Menurut arsistek bangunan SCC, Hendy Lim pembangunan ini memakan waktu dua bulan hingga pelantikan walikota terpilih, Tjhai Chui Mie, 18 Desember mendatang.

"Sesuai keinginan ibu Tjhai Chui Mie yang ingin menjadikan Singkawang menjadi tujuan wisata dunia yang berbasis budaya, atau branding world tourism destination maka dibangunlah SCC ini. Dimana waktu pengerjaannya memakan waktu dua bulan saja," ujar, Hendy Lim, Selasa (5/12/2017).

(Baca: Pembanguan Singkawang Cultural Center Bentuk Kecintaan Putra Daerah )

Dalam pembangunan SCC ini menurutnya tidak mengubah terlalu banyak bentuk bangunan asli.

Hanya saja diakuinya ada beberapa penambahan yang menambah nilai estetika bangunan tersebut.

"Tujuannya memang mengubah sesuatu yang lama diberikan intervensi dulu, baru di modifikasi, dengan tetap mempertahankan konsep lama tapi di beri sedikit tambahan, sehingga menambah nilai estetikanya," katanya.

(Baca: Singkawang Cultural Center Diharap Jadi Cerminan Singkawang Smart City )

Dimana dalam pembanguan tersebut diakuinya menggunakan produk lokal yang seharusnya menjadi kearifan budaya lokal yang harus dipertahankan.

"Dalam membangun SCC ini kami menggunakan bata merah Singkawang yang harusnya merupakan kearifan lokal. Bata ini mengandung Clay seperti guci, nah ini juga berpengaruh pada ekonomi kreatif di Singkawang," lanjutnya.

Dimana selama ini penggunaan batu bata merah menurutnya pada bangunan masih kurang optimal. Sehingga daya tarik bata merah yang seharusnya memiliki nilai estetika tinggi terabaikan.

"Biasanya bata merah ini digunakan membangun rumah untuk burung yang kemudian di plester, sehingga nilai-nilai dari batu merah itu tidak terlihat. Bahkan mirisnya masih banyak warga yang membeli bahan dari luar yang harganya mahal, padahal disini ada yang produksi, ini juga merupakan bentuk perhatian ibu Tjhai Chui Mie pada pembuat bata di kota Singkawang," katanya.

Selain itu sebagai branding world tourism destination, menurutnya Tjhai Chui Mie sebagai walikota Singkawang terpilih ingin membangun kota yang berbeda dari kota-kota di Indonesia.

"Selama ini pembangunan kota di Indonesia masih masiv dalam bahan bakunya sehingga terkesan sama, nah ibu Tjhai Chui Mie ingin menjadikan Singkawang tampak berbeda. Dan satu diantaranya melalui pembangunan SCC ini yang memanfaatkan sumber bahan bangunan yang merupakan kearifan budaya lokal setempat," tutupnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved