Cerita Mistis Raja Mempawah Atas Pemberian Gelar Penghormatan Diritual Toana

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Raja Mempawah ke-XIII  Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim membeberkan sedikit cerita mistis mengenai pemberian gelar penghormatan dan ritual Toana yang dilakukan setiap tahun di Istana Amantubillah Mempawah.

"Toana itu bertuan, memanggil yang nyata dan tidak nyata," ungkap Sultan, Selasa (14/11/2017) malam.

Menurut Sultan, jangan lupa agama apapun, yakin ada yang namanya nyata dan tidak.

(Baca: Beginilah Ketika Warga Swedia Turut Ritual Robo-robo di Mempawah )

(Baca: Jadikan Robo-Robo Sebagai Seni dan Budaya Menyatukan Masyarakat )

"Ini kebersamaan, ini kekeluargaan, dia akan ikut menyaksikan, merestui, jasad saja bisa habis, tapi dalamnya tidak," katanya.

Dikatakannya, Toana dari mulai awal kerajaan memang sudah ada.

Toana sendiri gabungan dari berbagai etnis, doa saja dari berbagai agama dan latar belakang, makanya satu-satunya hanya ada di Mempawah.

(Baca: Ritual Toana Pererat Persaudaraan, Ini Asa Raja Mempawah Untuk Kalbar )

Kegiatan ini setiap tahun, bahkan dari berbagai profesi.

"Siapapun dia yang peduli budaya dan mempertahankan pasti kita beri penghargaan," timpalnya.

Sebelum usainya ritual, Sang ratu kerajaan berdoa seperti menyanyikan sebuah lagu bernada sunda dan seperti lengsir wengi.

Hal itu pun membuat manusia yang mendengar dan melihatnya, akan langsung bulu kuduk berdiri.

Sultan pun membenarkan jika nada dan doa yang dibawakan istrinya adalah berasal dari Sunda.

"Sunda itu tua loh, kalau kita tau sunda susunan dari tunda, Jawa, dibawa baru menyebar ke dan menjadi suatu Malay. Jadi yang dipanggil tadi ada saudara kita, yang ketika lahir bersama kita (khodam, red) kalau sama-sama akan aman," katanya.