Citizen Reporter
Antisipasi Isu SARA di Pilkada Kalbar, PMII Gelar Dialog Publik
Apalagi menjelang pilkada harus kita teliti darimana asal berita tersebut apakah benar atau salah
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Jamadin
Satu di antara narasumber yang merupakan alumni PMII Cabang Semarang, Ismail Ruslan menuturkan jika Kalbar dinilai oleh para peneliti sebagai miniaturnya Indonesia.
Karena hampir semua suku ada di Kalbar, agama etnik dapat menjadi kekuatan dan pemersatu atau dapat juga digunakan untuk membelah kesatuan.
Ia mengatakan flashback peneliti sudah menemukan peristiwa 10 tahun belakangan di Kalbar bahwa lemilukada Kalbar selalu diwarnai ketegangan atas dasar isi agama dan etnik.
Kemudian pemilukada tahun 2014 isu etnis dan agama sangat kuat, tahun 2018 diprediksi juga akan memanas.
Menurutnya, ada dua hal yang selalu terjadi di Kalbar ketika mendekati pemilu yaitu isu agama dan etnis.
"Mengapa para kelompok agama (founding father) mengatakan dan memilih kita tidak menjadi negara agama namun tidak boleh lepas dari agama. Mereka lebih menjadikan negara ini berpandangan yaitu pada Pancasilla sebagai pengikat keberagaman kita. Kenapa mereka tidak memilih negara agama karena negara ini akan terpecah belah. Kita sebagai anak bangsa tidak boleh membicarakan tentang khilafah dikampus sehingga NKRI Pancasila harus dijaga dinegara kita ini," terangnya.

Narasumber lainny, Garuda Wiko yang menyampaikan materi kebhinekaan dan keberagaman mengatakan perspektif yang sedikit bisa membawa mengatasi masalah keberagaman.
"Perhatian kita terganggu oleh kemajuan teknologi transformasi. Dunia cepat berkembang dengan kemajuan teknologi yang terjadi. Saking cepatnya masa lalu dan masa sekarang masa depan itu adalah hari ini karena saking cepatnya perkembangan itu," bebernya.
"Dari berbagai macam kata kunci, saya mengutip beberapa hal yaitu Konsistensi, kita semua sudah punya kesadaran Lateral. Persoalan inovasi. Inovasi memang luar biasa, bisa dilihat dengan canggihnya tekhnologi," tambahnya.
Semuanya bergerak cepat tanpa ada batas Individual Customer. Orang akan memilih yang terbaik dan termurah dan tidak perduli darimana asal produksinya.
"Melihat kebhinekaan itu seperti apa? Dengan tantangan baru yang ada. Kebersamaan/gotong royong, jangan sampai kita menghilangkan jati diri kita. Dibidang hukum, dalam pemerintah," imbuhnya lagi.
Dalam konteks keberagaman ini, ia lu ingin mengajak semua elemen untuk mengetahui ada dimana manusia sekarang dalam perkembangan yang sangat cepat ini dengan adanya teknologi yang sudah cukup maju pada zaman demokrasi. (*)