Suami-Istri Dipenggal di Ketapang! Cerita Suryati Ini Bisa Jadi Petunjuk?

Dia ia menaruh curiga kepada seseorang pendatang di Pesaguan yang pas setelah kejadian pembunuhan langsung menghilang.

Penulis: Subandi | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / SUBANDI
Reni saat ditemui Tribun di rumah keluarganya, Kamis (28/9). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG –Kasus mutilasi kepala pasangan suami istri, Suharso dan Armaniah di Ketapang, 25 Agustus 2010 silam menyisakan kesedihan bagi kalangan keluarga.

Saat itu, kedua korban dibunuh setelah pulang dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agoesdja, setelah menjenguk keluarganya yang sakit dan sedang dirawat di rumah sakit tersebut. 

Suryati (56), adik kandung korban perempuan yang dirawat di rumah sakit itu menceritakan, saat itu, kedua korban menjenguknya ia sedang ditemani suaminya, Jasbandi Ibrahim (60).

(Baca: POLIGAMI - Lima Pria Miliki Lebih 10 Istri, Nomor 2 Bikin Geleng Kepala )

Sebab itu ia ingat betul saat-saat sebelum kedua korban dibunuh. Kemudian hingga saat ini pun ia sering terkenang-kenang dan meminta dilihatkan foto korban. Terlebih ketika korban dikebumikan ia tak melihat proses tersebut.

Diceritakannya sehari sebelum kejadian kedua korban datang menjenguknya berbeda waktu. Pertama datang almarhum kakaknya pada sore kemudian menjelang magrib almarhum Suharso. Menurutnya saat hendak Salat Magrib almarhum kakaknya baru sadar tak membawa telekung. 

“Dia gelisah benar karena tak bawa telekung untuk Salat. Katanya (korban) kalau ke mana-mana tak pernah lupa bawa dan baru kali itu ia lupa. Memang kedua korban taat beribadah,” kata Suryati saat ditemui di rumahnya, Kamis (28/9).

(Baca: Usai Disetubuhi Korban Dibunuh Dengan Kejam Oleh Pria Ini Karena Sakit Hati )

Ia mengungkapkan kedua korban kemudian hanya ngobrol-ngobrol biasa hingga tidur sekitar pukul 20.00 WIB. Setelah itu keduanya bangun untuk sahur  dan langsung pulang. “Jadi selama di rumah sakit tidak ada ngomong macam-macam,” ungkapnya.

“Makanya kita sama sekali tidak menyangka jika keduanya akan dibunuh orang. Tidak ada yang aneh atau hal mencurigakan sama sekali sebelum kejadian. Saya pun baru tahu keduanya dibunuh setelah tiga hari kejadian,” lanjutnya. 

Sebab itu ia sampai sekarang selalu teringat sama korban khususnya kakaknya itu. “Saya kalau teringat samanya kadang ke rumah anaknya minta dilihatkan fotonya. Sampai sekarang saya masih sedih, tak menyangka ia meninggal dibunuh,” ujarnya.

Ia menambahkan sejak pembunuhan itu hingga sekarang cukup banyak mendengarkan cerita masyarakat. Dia ia menaruh curiga kepada seseorang pendatang di Pesaguan yang pas setelah kejadian pembunuhan langsung menghilang.

“Kita itu curiganya pada orang itu. Memang saya saat kejadian tak tahu. Tapi ceritanya sebelum kejadian orang itu bertanya-tanya di mana korban yang laki-laki. Kemudian malam itu juga dari Pesaguan pergi ke arah Ketapang,” tuturnya.

“Setelah kejadian pembunuhan itu orang tersebut tak pernah lagi datang ke Pesaguan ini. Jadi saya curiga kepada orang itu. Hanya yang tahu pasti orang itu ada bertanya di mana korban dan pergi ke Ketapang itu Reni istri anak korban,” lanjutnya.

Baca: Viryan: Peserta Pemilu 2019, Parpol Wajib Mendaftarkan ke KPU

Jasbandi Ibrahim mengaku sebelum kejadian kedua korban sempat makan bersamanya dan istrinya. Ketika makan itu ia ingat betul kalau korban laki-laki sempat mengaku bahwa rasa nasinya sangat enak.

“Saya bilang biasa saja tapi katanya enak sekali tak seperti biasanya. Hanya kita biasa-biasa saja menganggapinya. Kita tak menyangka setelah itu saat pulang mereka dibunuh,” katanya.

Sejak pembunuhan itu ia dan istrinya pun sampai sekarang merasa was-was. Bahkan ia mengajukan pensiun karena takut menjadi korban pembunuhan juga. Lantaran ia sering dipanggil untuk mengobati orang termasuk ketika malam.

“Makanya ngajukan pensiun langsung. Saya takut kalau masih tugas kemudian harus ke luar malam karena dipanggil untuk mengobati orang. Kita ini kelurga korban, takut nanti mau dibunuhnya jadi harus tetap waspada,” ucapnya.

Ia pun berharap agar aparat penegak hukum segera menangkap pelaku. “Kalau pelaku belum tertangkap maka sampai kapan pun mungkin kita tetap merasa khawatir jadi korban juga. Semoga saja pelaku cepat ditangkap,” harapnya.

Saat dikonfirmasi Reni mengakui memang mengenal orang pendatang itu. Ia pun mengakui jika orang itu sempat satu pekan tinggal di rumah orangtuanya. Namun ia kenal orang itu karena awalnya berteman sama suaminya dahulu.

Suryati dan suaminya Jasbandi Ibrahim saat ditemui Tribun di rumahnya, Kamis (28/9).  
Suryati dan suaminya Jasbandi Ibrahim saat ditemui Tribun di rumahnya, Kamis (28/9).   

“Ketika itu dia tak ada diajak bermalam di rumah kita. Tapi dia malam gitu lah selama satu pekan.Dia mengaku sebagai penageh hutang. Dia juga mengaku Brimob tapi ngaku sebagai jual beli motor juga,” katanya.

Menurutnya pendatang itu berada di Pesaguan hanya sekitar dua bulan. Namun ketika siang pendatang itu biasanya pergi ke Ketapang dan malam pulang ke Pesaguan. Pada hal menurutnya orang itu tak ada keluarga di Pesaguan.

Menurutnya berdasarkan pengakuan orang itu berasal dari Kabupaten Sintang tapi pernah juga mengaku dari Palembang. Namun bicaranya seperti omongan orang Pontianak. “Dia juga pernah bawa kawan ke Pesaguan ini tapi saya tak tahu siapa kawannya itu,” jelasnya.

Ia menambahkan pada malam sebelum kejadian pendatang itu juga sempat bertanya-tanya kepadanya di mana korban yang laki-laki. Kemudian dijawabnya sedang di Rumah Sakit Umum Agoesdjam Ketapang menjenguk keluarga sakit.

“Pada pukul 02.00 dini hari dia (pendatang itu-red) pergi dan ketemu suami saya. Tapi tak ada diajak suami saya singgah apa, tak tahu kita dia pergi ke mana,” ungkapnya.

Baca: Urine Positif Narkoba, Belasan Pengunjung dan Karyawan Tempat Hiburan Malam Diamankan BNN

Setelah pergi malam itu yana juga terjadi pembunuhan pada kedua korban. Menurutnya pendatang tersebut tak ada kembali lagi ke Pesaguan hingga sekarang. “Pagi pas kejadian ketika di sms ternyata dia mengaku sudah di Sandai,” kenangnya.

Pada hal menurutnya selama sering di Pesaguan pendatang itu tak pernah pergi jauh termasuk ke Sandai tersebut. Jika pun pergi paling hanya ke Ketapang dan kembali lagi ke Pesaguan.

Namun sepengetahuannya pendatang itu tak ada masalah siapa pun. Bahkan tak pernah didengarnya mengeluhkan sesuatu.

“Hanya saja kalau tidak ada masalah kenapa tiba-tiba langsung menghilang pas hari kejadiaan,” ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved