Suasana Haru Sambut Kedatangan Jemaah Haji Asal Kabupaten Sambas

Ada yang melambaikan tangan, menyalami dan memeluk serta mencium keluarganya, yang baru saja tiba dari tanah suci menunaikan rukun Islam kelima.

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TITO RAMADHANI
Suasana haru saat Jemaah Haji Kabupaten Sambas tiba dengan menggunakan lima bus Damri, disambut keluarga yang menjemput di depan Masjid Agung Babul Jannah Sambas, Minggu (24/9/2017) sekitar pukul 13.50 WIB. 

Untuk itu, mewakili jemaah haji Kabupaten Sambas, ia sangat berterimakasih kepada masyarakat Kabupaten Sambas yang telah mendoakan para jemaah haji kita, dalam keadaan sehat walafiat dan menjadi haji yang mabrur.

"Tak lupa kami juga berterimakasih terutama kepada ketua kloter, tim medis, amirul hajj. Yang mungkin dalam masa pelaksanaan ibadah suci ini, ya biasalah kan lain kepala banyak sifat dan lain sebagainya. Saya atas nama jemaah memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kurang segala sesuatunya," ujarnya.

Eko mengakui, sesuai dengan apa yang pihaknya prediksikan sebelumnya. Cuaca di tanah suci memang cukup panas, bahkan pada saat wukuf mencapai 52 'C.

"Mencapai 52 'C subhanallah, kemudian di Mekah rata-rata kalau selesai salat Dzuhur itu berkisar 46'C sampai 48'C di Masjidil Haram. Dan di Mina alhamdulillah kami berjalan dalam seharinya kalau pulang-pergi sekitar 5 kilometer. Karena kami kan 4 kali lempar jumroh, sekali berangkat itu sekitar 2,5 kilometer baliknya lagi 2,5 kilometer," paparnya.

Ia juga bersyukur, karena jemaah haji Kabupaten Sambas tak pernah berpisah dan selalu bersama-sama setiap melaksanakan ibadah, sesuai arahan ketua kloter, ketua rombongan hingga ketua regu, agar selalu bersama dan selalu tetap utuh baik sejak berangkat maupun hingga kembali di maktab.

"Alhamdulillah kami selalu kompak dalam satu rombongan besar lebih 300 orang, dan ini juga mohon maaf ya, sangat dipuji oleh jemaah haji dari kabupaten lainnya, karena kami selalu bersama-sama," jelasnya.

Eko mengungkapkan, memang ada selama 14 hari makan yang tidak ditanggung oleh pemerintah.

Namun hal tersebut tak menjadi kendala bagi jemaah, lantaran saat di Embarkasi Batam, setiap jemaah telah dibekali uang sebanyak 1500 Riyal.

"Untuk makan alhamdulillah sudah ditanggung pemerintah. Hanya ada 14 hari kami yang tidak ditanggung. Namun pada saat di Batam kami dikasih uang 1500 Riyal, terus 400 Riyal kami bayarkan Dam, saya pikir sisanyalah dipergunakan masing-masing untuk biaya makan selama 14 hari yang tidak ditanggung tersebut. Saya pikir sangat lebihlah uangnya. Jemaah haji asal Kabupaten Sambas memang ada merasakan terlambat datangnya makanan dari pihak katering. Tidak terlalu rutin, hanya sekali dua kali saja, pada prinsipnya untuk kateringnya baiklah," ungkapnya.

Diduga akibat dari perubahan cuaca, sebagian jemaah dominan mengalami batuk.

Namun dengan tanggapnya tim medis, sehingga hak tersebut tak menjadi kendala yang menghambat pelaksanaan ibadah.

"Penyakit yang dominan diderita jemaah di tanah suci itu batuk, mungkin disebabkan karena adanya perubahan cuaca. Batuk dan beberapa penyakit bawaan sejak dari Sambas. Alhamdulillah tim medis kita cukup cekatan, dan bahkan di sana kami tetap melakukan manasik mini-lah. Seminggu sekali atau beberapa hari sekali kami melakukan pertemuan besar, menjelang ke Arafah atau menjelang di Mina kami melaksanakan manasik kembali di sana," sambungnya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved