Citizen Reporter
Lebih dari 2.726 Desa Alami Kekeringan, Jutaan Warga Terdampak di Jawa dan Nusa Tenggara
Meskipun musim kemarau normal pada periode 2017 ini, namun telah menyebabkan kekeringan dan krisis air di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Rizky Zulham
Sebagian besar daerah-daerah yang terlanda kekeringan adalah daerah-daerah yang pada tahun-tahun sebelumnya juga mengalami kekeringan.
Masih tingginya kerusakan lingkungan dan daerah aliran sungai, menyebabkan sumber air mengering.
Pasokan air di sungai menyusut drastis selama musim kemarau, di satu sisi kebutuhan air masih meningkat sehingga kekeringan menahun masih terjadi di wilayah tersebut.
Upaya yang dilakukan untuk jangka pendek adalah bantuan dropping air bersih melalui tangki air.
BPBD bersama SKPD, relawan dan dunia usaha telah menyalurkan jutaan liter air bersih kepada masyarakat.
Beberapa daerah dijadual untuk pengiriman bantuan air bersih karena keterbatasan mobil tangki air.
Air bersih ini untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak. Sedangkan untuk mandi dan cuci warga harus memanfaatkan sumber-sumber mata air dari sungai atau embung-embung.
BNPB memberikan bantuan dana siap pakai kepada BPBD yang telah menetapkan status darurat untuk menangani kekeringan.
Upaya mengatasi kekeringan sudah dilakukan setiap tahun, namun upaya ini belum dapat menuntaskan semuanya.
Pembangunan sumur bor, pembangunan perpipaan, pemanenan hujan, pembangunan embung, bendung dan waduk telah dapat mengurangi dampak kekeringan, upaya ini masih terus dilakukan ke depan.
Diperkirakan kekeringan masih akan berlangsung hingga akhir Oktober 2017 mendatang.
BMKG telah merilis bahwa sebagian besar pulau Jawa saat ini sedang mengalami puncak musim kemarau, dan akan masuk awal musim hujan pada Oktober-November 2017.
Awal musim hujan periode tahun 2017/2018 di sebagian besar daerah, diprakirakan mulai akhir Oktober - November 2017. Sebanyak 260 zona musim (76%) dan mengalami puncak musim hujan pada Desember 2017-Februari 2018.