Berita Video

Ternyata Seperti ini Cara Astronot Minum, Salat dan Puasa di Luar Angkasa, Tonton Videonya!

Tidak seperti di Bumi, dimana kekuatan gravitasi menekan benda ke bawah, di ruangan tanpa gravitasi seperti di ISS, air yang jatuh bukan ke bawah teta

Editor: Mirna Tribun
Astronot di luar angkasa. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Seorang astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) membuat sebuah video unik.

Video itu memperlihatkan bagaimana minuman di botol menjadi sebuah gelembung di mukanya.

Astronot itu adalah Jack Fisher yang menjadi kru di ISS sejak April 2017 lalu.

Nah, ia bereksperimen membuat gelembung dari minuman di ruangan tanpa gaya gravitasi atau gravitasi nol.

(Baca: Gara-gara Pakai Henna, Kulit Tangan Seorang Bocah Perempuan Melepuh Hingga Harus Dioperasi )

Untuk melakukan eksperimen mini itu, ia menggunakan sebuah botol berisi minuman sari buah berwarna merah.

Ia membungkus botol itu dengan kertas yang bertuliskan ‘NASA Rocks’.

(Baca: 5 Pasangan Korea yang Putus Tahun 2017, Siapa Saja? )

Kemudian ia memasukkan sebuah sedotan ke mulut botol dan meniup isi botol.

Ternyata, air yang keluar dari botol melalui sedotan membentuk sebuah gelembung di wajahnya.

(Baca: Berhubungan Intim Saat Menstruasi Ternyata Bisa Hamil Loh! )

Ketika gelembung itu semakin membesar, ia mengambil sebuah handuk kecil untuk menutupi gelembung itu dan memecahkannya.

Gelembung itu pecah dan menyisahkan butiran-butiran air berukuran kecil yang melayang di udara.

Tidak seperti di Bumi, dimana kekuatan gravitasi menekan benda ke bawah, di ruangan tanpa gravitasi seperti di ISS, air yang jatuh bukan ke bawah tetapi ke atas.

Menurut Jack, dengan eksperimen mini ini dan bagaimana memahami energi selain dari cara kerja gravitasi.

Para peneliti dapat melakukannya dengan model yang lebih bagus dan membuat penemuan-penemuan besar.

Bagaimana astronaut minum di ISS?

Ternyata, begini yang terjadi:

1. Astronaut tidak biasa membiarkan cairan melayang di sekitar stasiun luar angkasa untuk mencegah kerusakan peralatan di sana.

2. Mereka menggunakan tabung khusus yang membantu mereka minum tanpa membuat cairannya melayang di sekitarnya.

3. Astronaut ISS minum air yang berasal dari kelembaban yang berada di sekitar kabin, yang kemudian memadat dan diubah kembali menjadi persediaan air.

4. Air disaring dari daur ulang air bekas mandi, serta keringat dan urin astronaut.

Bagaimana Astronot Melakukan Salat dan Puasa di Luar Angkasa?

Sekarang ini mulai banyak astronaut beragama muslim.

Sheikh Muszaphar Shukor dari Malaysia, salah satunya.

Ia adalah anggota kru pada misi ke-16 untuk Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Astronaut pertama di Malaysia ini meluncur pada 10 Oktober 2007 menggunakan pesawat luar angkasa Soyuz Rusia untuk kunjungan sembilan hari selama bulan suci Ramadan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Timbul pertanyaan, bagaimana Shukor melaksanakan kewajiban agamanya yakni salat selama ia mengangkasa?

Juga berpuasa saat di bulan Ramadan itu?

"Sebagai seorang Muslim, saya berharap bisa melakukan tanggung jawab saya," kata Shukor.

"Saya berharap bisa berpuasa di luar angkasa," katanya sebelum berangkat.

Badan Antariksa Malaysia, Angkasa, mengadakan konferensi yang melibatkan 150 ilmuwan Islam tahun sebelumnya untuk membahas persoalan itu.

Astronot di luar angkasa.

Astronot di luar angkasa. 

Hasilnya disarikan dalam sebuah buku petunjuk berjudul "Sebuah Pedoman Pelaksanaan Ibadah (Sembahyang) di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)", telah disetujui oleh Dewan Fatwa Nasional Malaysia awal tahun 2007.

Menurut laporan tersebut, astronaut yang akan salat bisa menentukan kiblat berdasarkan prioritas ini: 1) Kabah, 2) proyeksi Kabah di angkasa, 3) Bumi, 4 ) sembarang arah.

Selain mengurusi segala hal yang berkaitan tentang pelaksanaan salat, buku panduan tersebut sedikit membahas tentang bagaimana seorang muslim melaksanakan ibadah puasa di luar angkasa.

Menurut buku petunjuk tersebut, seorang astronaut muslim dalam konteks ibadah puasa Ramadan bisa melaksanakan ibadahnya tersebut di Luar Angkasa (dalam hal ini stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS) atau meng-qada ibadahnya setiba di bumi.

Selain itu, jika si astronaut memilih melaksanakan ibadah puasa di luar angkasa, ia harus menggunakan waktu saat astronaut tersebut diterbangkan ke luar angkasa.

Perihal makanan, jika ada keraguan apakah makanan yang dihidangkan halal atau haram, diperbolehkan memakan makanan tersebut agar tidak mengalami kelaparan.

Namun, ibadah sesungguhnya adalah perkara yang cukup pelik bagi astronot muslim.

Astronot membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.

Kekurangan makanan dan minuman sangat berpengaruh terhadap konsentrasi yang dimiliki si astronot muslim.

Masalahnya, bagaimana mengarahkan diri ke kiblat?

Ada dua aliran pemikiran yang berbeda untuk hal itu: metode Lingkaran Besar yang umum digunakan dan metode rhumb-line yang kurang umum.

Dr. Kamal Abdali, kartografer yang juga beragama Islam, menyukai metode Lingkaran Besar, namun menambahkan, "Doa bukanlah latihan senam. Seseorang seharusnya berkonsentrasi pada doanya, bukan soal arah."

Dia mencontohkan bahwa di dalam kereta atau pesawat, biasanya dimulai dengan arah kiblat tapi kemudian melanjutkan doa tanpa khawatir posisi arah kiblat berubah karena perubahan posisi pesawat atau kereta.”

Tapi bagaimana cara kerjanya di luar angkasa?

Secara matematis, Shukor perlu menempatkan ISS dan Mekah di bidang imajiner yang sama dengan membandingkan tempat di Bumi tepat di bawah ISS dengan Kabah yang sebenarnya, atau dengan memproyeksikan Kabah ke luar angkasa (seperti yang diprioritaskan dalam rekomendasi Fatwa Dewan).

Namun pilihan untuk berdoa sambil menghadap ke suatu titik di ruang angkasa menimbulkan masalah lain.

Posisi tanpa gravitasi bisa membuat Muslim menghadap ke bulan atau matahari, dan ini bisa menimbulkan salah persepsi soal penyembahan berhala.

Bagaimana akal Shukor, setidaknya saat salat ia bisa dalam kondisi agak diam?

Ia mengikat kakinya ke lantai, lalu menjalankan kewajibannya.(Intisari-Online)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved