Mengintip Tradisi Saprahan Desa Kuala Dua

Seluruh masyarakat, beserta sejumlah Kades se-Kubu Raya turut hadir dan melaksanakan acara saprahan bersama warga sekitar.

Penulis: Madrosid | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANNAK/MAD
Suasana makan saprah masyarakat di hari jadi Kampung Parit Bugis, Minggu (19/2). Hadir pula dua tokoh masyarakat, Muda Mahendrawan Mantan Bupati Kubu Raya Pertama dan Sujiwo Mantan Kerua DPRD Kubu Raya. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Madrosid

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Makan beramai-ramai di lapangan secara bersama, tanpa ada batas usia dan level, merupakan budaya makan saprahan masyarakat Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya.

Hingga saat ini terus dipertahankan dalam pelaksanaan acara hari jadi Kampung Parit Bugis ke-245 di Kelurahan Dusun Keramat I, Desa Kuala Dua di salah satu rumah tokoh masyarakat Kampung Parit Bugis, Minggu (19/2/2017).

Seluruh masyarakat, beserta sejumlah Kades se-Kubu Raya turut hadir dan melaksanakan acara saprahan bersama warga sekitar.

Turut hadir ditengah-tengah acara dua tokoh daerah yang tak asing bagi masyarakat Kubu Raya, Sujiwo dan Muda Mahendra.

Dibalut kebersamaan dan jalinan silaturahmi yang erat, makan saprahan terlaksanakan dengan begitu indah.

Bernuansakan kebhinekaan, dengan menjungjung tinggi persatuan antar satu dengan yang lain.

Pelaksanaan acara saprahan ini, dipercaya masyarakat sebagai sedekah kampong, agar terhindar dari tolak bala (musibah) yang akan datang.

"Dengan membangun budaya bermasyarakat, kita mempererat hubungan bermasyarakat," kata Tokoh Masyarakat Kubu Raya Muda Mahendrawan.

Ia menuturkan kebudayaan bermasyarakat ini, memiliki nuansa kebersamaan dalam mempererat rasa persatuan satu dengan yang lain di masyarakat.

"Kita akan selalu dukung seluruh kebudayaan di masyarakat seperti, karena sangat positif sekali," ungkap Muda, memenuhi undangan masyarakat.

Sementara itu Mantan Ketua DPRD Kubu Raya, Sujiwo mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan wujud dari rasa mencintai leluhur terdahulu.

Yang telah memberikan jiwa raganya demi kelestarian budaya dan terbentuknya budaya itu sendiri.

"Saat kita menjaga budaya kita, berarti kita menghargai leluhur kita," ujarnya.

Makanya ia mengajak seluruh masyarakat agar bisa mempertahankan kebudayaan daerah terutama terkait kearifan lokal. Agar tak sampai dilupakan atau ditinggalkan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved