Tradisi Robo robo
Keseruan Warga Membuat Pengkang Raksasa di Robo-robo Peniti
Ratusan warga, unsur muspika dan pengunjung antusias mengikuti proses pembuatan pengkang raksasa.
Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Rizky Zulham
Saat itu Opu Daeng Manambon dan rombongan tiba di muara sungai Mempawah, yang disambut masarakat dengan sukacita. Rombongan Opu Daeng Manambon kemudian melemparkan ketupat kepada masyarakat setempat persis ditepian sungai kuala Mempawah.
"Saat itu ceritanya banyak tumbuh mempelam pauh atau pohon jenis asam,"ujarnya.
Menurut Haerani histori dan tradisi itu hingga kini terus melekat menjadi event budaya dan pariwisata. Selain bersifat sakral diinternal kerabat Istana Keraton Amantubillah Mempawah, secara seremonial pemerintah daerah patut melakukan pelestarian budaya.
Meski pelestarian budaya itu setiap tahunnya hanya dilaksanakan secara sakral dan seromonial, dipusatkan di Kuala Mempawah, dn diharapkan tidak boleh mengalami distorsi.
"Tradisi robo-robo ini salah satunya dapat kita simpulkan sebagai khasanah tradis budaya yang potensial, sekaligus merekatkan masyarakat untuk saling bersilaturrahim dan menjaga semangat kekeluargaan yang rukun dan damai.
"Seperti yang kita ikuti dan saksikan di Desa Peniti Luar sekarang ini. Suka cita robo-robo ini tidak boleh melenceng dari nilai-nilai positif yang sudah diwariskan leluhur kita, ini spiritnya"ujarnya.
Ia mengatakan kuliner 'pengkang' itu menegaskan tidak berlebihan dalam melangsungkan tradisi robo-robo tahun ini.
Satu diantara warga mengaku takjub dengan adanya pengkang raksasa ini dan bersyukur tidak melewatkannya dalam peringatan robo'-robo' tahun ini.
"Tahun depan mudah-mudahan pengkang raksasa gratis bisa kami nikmati lagi disini," ujarnya.
Lain halnya, Zainal berharap pengkang dapat berkembang sebagai wisata kuliner di Mempawah.
"Pengkang raksasa ini patut dipertimbangkan sebagai destinasi kuliner didaerah ini. Robo-robo pun makin meriah sambil makan pengkang gratis," ujarnya.