Kisah 'Gila' Pengikut Kanjeng Dimas, Militansi yang Tak Masuk Akal
Setiap pagi berolahraga bersama. Pascapenangkapan Dimas Kanjeng karena diduga kuat dalam kasus pembunuhan, aktivitas mereka berubah.
Saat hujan turun tenda tempat berteduh para pengikut sangat kurang nyaman. Terpal mudah tersapu angin besar.
Tidak ada pintu atau apapun sebagai penutup satu tenda dengan tenda lainnya.
Semuanya terbuka, hanya kain tipis yang digunakan untuk menyekat satu tenda dengan tenda lainnya atau pemisah antara pengikut pria dan wanita Dimas Kanjeng.
Saat Dinas Kesehatan Probolinggo turun ke padepokan ini masih banyak ditemukan pengikut yang sakit.
Mereka tetap tidak mengakui bahwa kondisinya lemah.
Mereka berakting di depan petugas seolah-olah kondisinya baik-baik.
"Selama ini kami di sini memang dikasih makan sama Padepokan, tapi ya begitu makannya ala kadarnya. Ada kan sebagian orang tidak cocok dengan makanan yang diberikan, dan akhirnya mereka memilih tidak makan," kata Zulfikar, seorang pengikut Dimas Kanjeng.
Pengikut asal Aceh ini mengatakan bagi mereka yang kurang suka dengan makanan Padepokan, memilih berpuasa dan tidak makan.
Alasannya pun mendasar, karena uang bekal mereka di Padepokan ini minim.
Jadi, harus pintar meminimalisir pengeluaran.
"Harus hemat kalau di sini, soalnya jauh dari keluarga. Saya pun pernah tidak makan seharian karena tidak cocok," kata dia.
Ia tidak memungkiri para pengikut yang hidup di Padepokan sangat bergantung terhadap pencairan uang dari Dimas Kanjeng terkait uang mahar yang bisa digandakan.
Ia menyebut, semua tabungannya habis untuk membayar mahar.
Sayangnya, ia tidak menyebut berapa nominal uang mahar yang sudah dikeluarkan.
"Cukup saya saja yang tahu. Kami di sini sama, menunggu janji Dimas Kanjeng, karena memang uang kami sudah habis," Zulfikar menegaskan
Zulfikar didiagnosis petugas medis Dinkes Probolinggo menderita gangguan di matanya.
Sudah berlangsung dua pekan terakhir Zulfikar mengalami gangguan di matanya.
Ia tidak mendapatkan pertolongan dari padepokan baik itu obat tetes mata atau lainnya.
"Saya mau beli obat mata pun juga masih pikir ulang, makanya saya memilih diamkan saja," kata Zulfikar.