Liputan Khusus

Bergelar Sarjana! Ini Cerita Pengguna Narkoba Jarum Suntik

Penasun menurutnya cukup antusias mengikuti program LASS. Jumlah jarum yang diambil juga cukup banyak.

Editor: Marlen Sitinjak

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak berusaha mencegah penularan Human Immunodeficiency Virus Infection and Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Satu di antaranya dengan program Layanan Alat Suntik Steril (LASS) kepada pada Pengguna Narkoba Jarum Suntik (Penasun).

Para Penasun yang mengambil ternyata tidak hanya berasal dari Kota Pontianak, melainkan tersebar se-Kalbar.

Ada dari Ketapang, Singkawang, dan daerah lainnya. Jika Penasun berada di Pontianak, mereka akan datang ke Puskesmas untuk mengambil paket LASS, bahkan ada juga yang melakukan tes HIV.

"Karena memang mereka sudah tahu program ini, makanya datang ke Puskesmas. Bahkan ada yang PNS, Satpam, macam-macam status mereka," kata Yulida, Koordinator LASS Unit Pelayanan Kecil (UPK) Puskesmas Kampung Dalam, dilansir dari Tribun Pontianak, Sabtu (20/8/2016).

Penasun menurutnya cukup antusias mengikuti program LASS. Jumlah jarum yang diambil juga cukup banyak.

Namun pengambilan jarum tergantung dengan ketersediaan narkotika jenis putaw.

BACA JUGA: Cegah HIV/AIDS, Pemkot Habiskan 1.700 Jarum Suntik Per Bulan

Ia mengatakan pernah pada Maret hingga Oktober 2015, penasun yang mengambil jarum suntik sangat sedikit lantaran putaw yang langka dan sulit dicari.

Saat itu, pengeluaran jarum suntik hanya sekitar 200 hingga 400 dalam satu bulan.

Jika pun ada yang mengambil jarum suntik, Penasun menggunakan sabu yang dilarutkan bersama air sebagai pengganti putaw yang dimasukkan dalam jarum dan disuntikkan pada tubuh mereka.

"Waktu Oktober 2015, itu barang datang lagi, baru ramai lagi dan jarum keluarnya juga banyak," terang Yuli.

Satu di antara penasun berinisial, L (36), mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah membuat progam LASS untuk penasun.

"Program pemerintah untuk mencegah penularan HIV AIDS ini sangat membantu. Kami sangat terbantukan, tapi bukan berarti pemerintah membenarkan perbuatan kita kan. Tapi mengurangi jumlah penderita HIV AIDS," kata L.

L mengetahui program LASS ini dari kawan-kawannya pada 2013. Ia pun telah mengikuti sejak awal berjalannya program.

Walau terkadang tidak mengikuti sepenuhnya. Pemegang gelar Sarjana Hukum ini menuturkan sebelum ada program LASS, ia harus membeli jarum suntik ke apotek maupun tempat-tempat tertentu.

BACA JUGA: Dinas Kesehatan Pontianak Deteksi 77 Warga Mengidap HIV/AIDS

Meski harganya cukup terjangkau Rp 5 ribu per buah, namun bagi penasun uang segitu cukup berarti untuk keperluan lainnya.

Belum lagi tak semua apotek mau menjual jarum suntik, sehingga untuk mendapatkan jarm suntik sangat sulit.

"Kalau harus beli susah, karena terbentur jarak, waktu dan ruang, sementara ada yang sudah sakaw benar, sakit, akhirnya pakai punya kawan. Otomatis kalau ada virus akan berpindah," tutur L.

Hal senada diungkapkan S (39), penasun lainnya. S yang memakai narkoba sejak 1998 ini, mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah melaksanakan program LASS. Sebab ia merasa terbantu.

"Untuk pemerintah dan masyarakat, jangan men-judge para pemakai (narkoba) kriminal. Karena tidak semua para pemakai ini kriminal semua," tegas S.

Selain jarum suntik, dalam paket LASS juga diperoleh alkohol dan kondom. S mengaku rutin mengambil hampir setiap hari.

Jumlahnya tergantung keperluan. Tak jarang S juga mengambil untuk diberikan pada kawan yang enggan ke Puskesmas.

(Berita Selengkapnya di Koran Tribun Pontianak, Edisi Sabtu 20 Agustus dan Minggu 21 Agustus 2016)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved