Ramadan, Omzet Pengusaha Tempe Meningkat 50 Persen

Kendala yang dihadapi pada saat Ramadan dan jelang Idul Fitri kata Agus, permintaan meningkat tidak diimbangi dengan kapasitas produksi.

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Arief
Ramadan, Omzet Pengusaha Tempe Meningkat 50 Persen - pengrajin-tempe-1_20160610_154923.jpg
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/MASKARTINI
Pengrajin tempe sedang melakukan pencetakan tempe di rumah produksinya di Sungai Jawi, Kota Pontianak, baru-baru ini.
Ramadan, Omzet Pengusaha Tempe Meningkat 50 Persen - pengrajin-tempe-2_20160610_155404.jpg
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/MASKARTINI
Pengrajin tempe sedang melakukan pencetakan tempe di rumah produksinya di Sungai Jawi, Kota Pontianak, baru-baru ini.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Momen Ramadan merupakan momen yang paling ditunggu oleh pedagang maupun pengolah makanan. Bagaimana tidak, meningkatnya kebutuhan pembeli membuat, pedagang meraup omzet berlipat ganda.

Satu di antara makanan sehat yang selalu mengalami peningkatan order dari pedagang setiap momen Ramadan adalah tempe dan tahu. Rata-rata pengusaha tempe mendapatkan peningkatan order dan omzet hingga 50 persen dari pedagang dibandingkan hari biasanya.

"Dengan keuntungan hampir 100 persen, artinya kami juga mendapatkan kenaikan omzet sekitar berlipat. Memang permintaan tempe selalu meningkat setiap momen Ramadan. Jika pedagang eceran biasanya hanya beli Rp 30 ribu, pada Ramadan beli untuk di eceran hingga Rp 200 ribu," ujar Agus Prasetyo saat dikunjungi Tribunpontianak.co.id di Sungai Jawi, Pontianak, belum lama ini.

Pada Ramadan biasanya kata Agus terjadi kenaikan harga kacang kedelai hingga 10 persen. Meski demikian saat ini harga kacang kedelai masih standar.

Kendala yang dihadapi pada saat Ramadan dan jelang Idul Fitri kata Agus, permintaan meningkat tidak diimbangi dengan kapasitas produksi. Hal tersebut karena minimnya tenaga kerja yang ada.

"Kendalanya tenaga kerja, biasanya 4-5 orang jelang lebaran berkurang, ada yang pulang kampung dan mudik lebaran. Sehingga juga terjadi penurunan produksi tempe. Kalau kendala karena distribusi kacang kedelai belum pernah karena stoknya cukup sekitar 200 kilogram dan tidak pernah langka,"ujarnya.

Untuk proses sendiri diakui Agus memerlukan waktu dan cukup rumit. Tribun yang menyambangi langsung rumah produksi melihat langsung proses pembuatan tempe.

Setelah dibersihkan kacang kedelai direbus selama 2 jam. Usai di rebut, kacang kedelai direndam selama satu malam.

Setelah itu barulah kacang kedelai yang sudah direbus dan direndam tersebut di proses. Kacang kedelai yang sudah bersih di cuci, kata Agus siap di giling, setelah itu di cetak dan di fermentasi selama semalam. Saat ini pedagang yang mengambil tempe dan di ecer merupakan pedagang di sekitar Pontianak dan paling jauh Sungai Pindah.

Selama ini ia membuat tempe dengan dua bentuk, kepingan dan bulat memanjang dengan diameter 10 cm.

"Kapasitas produksi 200 cetakan untuk yang kepingan dan 100 untuk yang bulat memanjang. Untuk yang kepingan, satu cetakan dibagi menjadi 4 keping tempe yang dijual di pasaran Rp 8000. Sedangkan yang bulan memanjang dipotong menjadi 6 bagian, biasanya dibuat keripik atau cemilan," ujarnya.

Salah satu pedagang Pasar Flamboyan, Ajeng mengakui tempe tak hanya menjadi menu saat Ramadan. Hari biasanya tempe juga cukup tinggi peminatnya. "Bulan puasa meningkat permintaan. Hari biasanya pun cukup tinggi. Mungkin karena harganya murah selain itu mudah di dapat dan yang pastinya sehat,"ujarnya kepada tribun.

Pada Ramadan diakui Aceng ia harus menambah stok tempe agar tak khawatir kekurangan. Jika pada hari biasa terjual 60 keping tempe dengan harga Rp 8000, pada Ramadan diakuinya permintaan meningkat sekitar 70 persen. "Makanya kalau Ramadan persediaan harus cukup, karena memang konsumsi masyarakat meningkat," ujarnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved