Kembalikan Roh Naga dengan Ritual Bakar

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANAK - Budayawan Tionghoa Kalbar Xaverius Fuad Asali mengatakan ritual tutup mata dan bakar naga dimaksudkan untuk mengembalikan roh naga yang berada di dalam replika ke dunianya.

“Jadi kan tidak mungkin dia berada di dunia terus, makanya harus dibakar, itu cara mengembalikan dia ke dunia asalnya,” ucapnya kepada Tribun, Selasa (23/2/2016).

Sebelum ritual tutup mata dan bakar naga, terlebih dahulu dilakukan ritual buka mata yang dimaksudkan untuk memohon kepada Tuhan agar roh naga dapat masuk pada replika naga ditandai titik menggunakan tinta merah dikedua matanya.

“Jika sudah dibuka berarti dia hidup dan sudah boleh diatraksikan di sepanjang jalan dengan maksud menolak bala dan memberikan hal-hal yang baik bagi manusia,” jelasnya.

Diceritakan Asali, pada zaman Dinasti Ming sekitar abad 13 masehi, ada seorang tabib yang mengangap naga adalah makhluk sakral yang tidak boleh diperlakukan sembarangan dan harus ada kriterianya.

Kriteria tersebut ada 9 yaitu, badan naga seperti ular, mukanya seperti kuda, tanduknya seperti rusa, matanya seperti kelinci, perutnya seperti ulat sutera, sisiknya sepeti ikan mas, cakarnya seperti elang, telapaknya seperti harimau, dan telinganya seperti sapi.

“Itu harus, itu sudah dia punya criteria dan dia punya ruas harus ganjil, mulai dari 7, 9, 11,13, 15 sesuai kemampuan panitia,” ceritanya.

Menurutnya, jika sekarang dikombinasikan dengan lampu dan sebagainya, itu karena tradisi tersebut disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perlu diingat katanya, budaya dan tradisi memiliki pengertian yang berbeda.

Kalau budaya itu hampir tidak bisa diubah, sementara tradisi berkembang sesuai dengan zaman, kondisi dan situasi. “Kita merayakan imlek untuk mengucap syukur pada Tuhan atas tahun lalu yang telah dilalui dengan segala suka duka dan berharap tahun yang akan datang lebih baik lagi,” harapnya.