Gerakan Fajar Nusantara

Difatwakan Haram, Gafatar Masih Aktif di Aceh

Ibunda Namira dilaporkan hilang. Di Aceh, sudah tak terhitung kasus-kasus kehilangan serupa.

Editor: Arief
Tribun Pontianak/Destriadi YJ
Ilustrasi: Pemulangan warga eks Gafatar sebanyak 904 orang menggunakan KRI Teluk Penyu di Pelabuhan Dwikora Pontianak, Jl Pak Kasih, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (30/1/2016) siang. Warga dari berbagai daerah ini dikirim ke Jakarta 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, ACEH - Meskipun Gafatar sudah lama difatwakan haram oleh MPU Aceh dan sejumlah tokohnya dijebloskan ke penjara, organisasi ini masih mampu menarik simpatisannya di Serambi Mekkah.

Sejumlah warga Aceh yang menghilang diduga bergabung dengan organisasi yang didirikan Ahmad Musadeq itu. Beberapa di antara 'korban' nekat meninggalkan anak dan suami/istrinya.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah memastikan 19 orang eks Gafatar Aceh berada di sana.
Mengapa mahasiswa dan kelompok intelektual tergolong rentan dipengaruhi untuk memasuki organisasi tersebut?

Serambi Indonesia (Tribun Network) menurunkan laporan eksklusif orang-orang yang hilang di Aceh, nama-nama eks anggota Gafatar Aceh yang sudah teridentifikasi, dan derita keluarga yang ditinggalkan, dalam laporan eksklusif berikut ini:

Namira Fatya Alzikra (5 thn) dan Hafizd Alislam (8), duduk bersila menatap televisi. Sesekali mereka tertawa sendiri. Kedua bocah anak pasangan Anwar MD-Cut Asmaul Husna ini asyik menonton film kartun di sore itu.

"Alhamdulillah, Namira sudah agak membaik," kata sang ayah, Anwar MD, saat ditemui Serambi di rumahnya Desa Paya Cut, Peusangan, Bireuen, Selasa (2/2/2016).

Namira,begitu dia biasa disapa-duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Dia diantarkan sang ayah setiap pagi, sejak kepergian sang bunda, dua bulan lalu. Namun akhir-akhir ini Namira jarang bersekolah. Kondisinya sakit-sakitan. Badannya jadi kurus kering. Seperti halnya anak yang lain seusianya, si bungsu ini tergolong manja.

Hampir setiap kali makan disuapi sang bunda. Namun, sejak ibunya menghilang, Namira ogah makan. Demam bisa datang tiba-tiba. "Namira teuingat that keu mamak (Namira rindu mama, red)," katanya saat ditanya Serambi.

Ibunda Namira dilaporkan hilang. Di Aceh, sudah tak terhitung kasus-kasus kehilangan serupa. Sebagiannya diduga bergabung dengan organisasi semacam Gafatar, namun sebagian lainnya tak terungkap sampai kini.

Di Aceh Barat, Adrian (45) dan anaknya Zahra ( 4,5 tahun), menghilang sejak Sabtu pekan lalu. Kepada istrinya, pria asal Bogor ini meminta izin sejenak membeli jajan si anak. Namun, hingga hari ini Adrian tidak pernah kembali.

Menurut pengakuan sang istri, tidak ada yang aneh dengan suaminya selama ini, kecuali kerap ikut pengajian sebagaimana dilakukan orang kebanyakan. Pengajian yang dilakukan sang suami hingga ke luar Aceh. Syukurnya, sang istri tak pernah tertarik ikut pengajian serupa, meskipun pernah diajak beberapa kali.

Di Aceh Besar juga ada laporan warga yang hilang, meskipun tidak ada jaminan mereka bergabung dengan Gafatar. Di Sibreh, Aceh Besar, beberapa waktu silam, seorang perempuan berinisial NZ (25) juga dilaporkan menghilang hingga kini. Dia bekerja di sebuah sekolah unggul di Aceh Besar.

Dia diterima karena tergolong pintar dan punya pengalaman di bidang pengelolaan sekolah berasrama. Gadis ini lulus setelah menyingkirkan belasan pendaftar lainnya saat sekolah itu membuka pendaftaran secara terbuka.

"Kemudian, setelah enam bulan bekerja di sini, dia mulai tidak fokus bekerja karena selalu didatangi seorang lelaki yang belakangan mengaku calon suaminya. Melihat seringnya kunjungan lelaki itu, kami sempat menegurnya," kata kepala sekolah kepada Serambi, pekan lalu, yang enggan dipublikasikan namanya.

Kata sang kepala sekolah, si lelaki tersebut mengaku calon istrinya, sehingga jadi alasan penyebab dia kerap menjenguknya. Kepala sekolah kemudian membatasi kunjungannya dan menyampaikan hal itu kepada keluarga NZ. "Ternyata orangtua NZ tak setuju jika gadis ini menikahi lelaki 'misterius' itu," kata sang kepala sekolah.

Setelah berlangsung beberapa bulan, akhirnya NZ meminta izin berhenti dari pekerjaannya dengan alasan hendak menikah. "Jadi, dia hanya sekira enam bulan bekerja di sekolah ini. Dia minta izin baik-baik dengan alasan menikah. Mengenai apakah dia kemudian menghilang atau orangtuanya tak setuju atau ada hal lain menyangkut dia, saya tak tahu lagi. Yang jelas, sejak saat itu NZ tak pernah lagi tampak di Aceh Besar," kata kepala sekolah tersebut.

Informasi yang beredar di masyarakat, perempuan tersebut hingga kini hilang tak tentu rimba bersama sang suami. Namun, hingga kini Serambi belum berhasil mengonfirmasi kepada keluarga terdekatnya.

Orang-orang misterius
Penelusuran Serambi, ada beberapa kasus penyusupan yang dilakukan pihak tertentu dan menyasar anak-anak sekolah, bahkan mengincar siswa di boarding school. Orang-orang 'misterius' ini lebih mudah masuk sekolah tersebut, ketimbang orangtuanya sendiri. Rektor Unimal Prof Dr Apridar mengaku pernah punya pengalaman buruk.

"Saya pernah menemukan anak-anak di sekolah berasrama, justru disuruh buka jilbab beramai-ramai dan diajarkan berjoget, di luar sekolah. Tentu tanpa sepengetahuan pihak sekolah," kata Apridar kepada Serambi, Rabu (3/2).

Namun, Apridar tak mau menceritakan detail siswa sekolah mana yang luput dari pantauan guru sekolah. Apridar hanya berharap pengelola sekolah, khususnya yang berasrama, menjalin sinergitas dengan orangtua, sehingga kasus-kasus serupa tidak terulang.

Dikatakan Apridar, ada banyak tantangan bagi masyarakat Aceh yang bertekad mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya, baik dari internal maupun eksternal. "Dari internal, salah satunya, ya orang-orang Islam yang mengagung-agungkan kebebasan. Ini harus diwaspadai oleh semua pihak," kata Rektor Unimal itu.

Dua pekan lalu pemerintah menghentikan kegiatan Gafatar dan memulangkan pengikutnya ke daerah masing-masing bukan hanya lantaran penistaan agama, melainkan juga dianggap berbuat makar terhadap negara.

Gubernur Jawa Tengah bahkan sudah menyurati pemerintah Aceh untuk segera menjemput eks anggota Gafatar asal Aceh yang saat ini berada di Boyolali.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved