Inilah Kisah Seorang Nenek Kuli Batu Beralih Jadi Pengrajin Tikar di Kayong Utara

Dulu, menurut Nenek empat cucu tersebut semua remaja harus bisa menganyam, jika tidak bisa menganyam belum boleh menikah atau berkeluarga.

Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
IST
Pertemuaan para pengrajin bulan lalu di kantor Yayasan Palung di Desa Pampang Harapan, KKU 

Citizen Reporter 

 Petrus Kanisius- Yayasan Palung

Dulu kerja batu, kerja pasir namun kini berubah profesi menjadi pengrajin tikar pandan tanpa merusak hutan (untuk keberlanjutan hutan), itulah profesi baru Savina sehari-harinya. Jumat (3/2/2015) lalu, saya berkesempatan berkunjung ke rumahnya untuk mengobrol ringan tentang profesi barunya itu.

Panas terik, terkadang hujan itulah yang Vina (45) rasakan saat-saat kerja batu dan pasir dulu. Jarang di rumah dan terkadang mengikuti suaminya dari satu tempat ke tempat yang lainnya di Kayong Utara.

Ia bersama suaminya Hata (52) dari tahun ke tahun melakoni pekerjaan ini hingga tahun 2014. Waktu jarang di rumah, terkadang membuat Vina tidak sering bertemu cucunya karena terkadang Ia bersama suaminya berada di tempat lainnya dan jauh dari rumah. Rasa itu menjadi salah satu alasannya untuk beralih profesi menjadi pengrajin tikar pandan.

Sejatinya, Vina telah sejak kecil menganyam sejak usia remaja. Ia diajari oleh ibunya menganyam ketika itu. Dulu, menurut Nenek empat cucu tersebut semua remaja harus bisa menganyam, jika tidak bisa menganyam belum boleh menikah atau berkeluarga.

Awal mula Vina berubah kerja atau alih profesi dari kerja batu dan pasir menjadi pengrajin adalah ketika bertemu dengan Ida dan diajak untuk bergabung menjadi kelompok untuk menganyam.

Pertemuaan para pengrajin bulan lalu di kantor Yayasan Palung di Desa Pampang Harapan, KKU.

Sudah kurang lebih satu tahun Vina bersama Ida menganyam aneka anyaman tikar pandan, anting-anting pandan, gelang pandan dan tas pandan serta aksesoris lainnya seperti tempat tisu dan juga gantungan kunci.

Hata sebagai suami Vina mengaku sangat mendukung dan senang Istrinya menjadi pengrajin tikar pandan. Lebih lanjut, Hata berujar menganyam tikar pandan kegiatan yang positif dan halal sebagai mata pencarian alternatif.

Seperti diketahui, Ida merupakan salah seorang pengrajin yang memiliki keahlian menganyam (pelatih) mampu serta mau mengajarkan (belajar bersama) menganyam dan berinovasi dalam menganyam di Kayong Utara. Ida juga sering kali dipercaya untuk melatih di beberbagai tempat seperti di Papua tahun lalu.

Seperti diketahui, Ida juga sebagai salah seorang ketua kelompok pengrajin di Tanah Kayong (KKU) yang mulanya didampingi oleh Yayasan Palung dan didukung penuh oleh dekranasda bersama Pemerintah Daerah KKU. Kini kelompok Ida telah memiliki wadah atau tempat dengan nama Ida Craft.

Vina bercerita, selama bergabung dengan kelompok Ida dan kawan-kawan yang berjumlah 12 orang, Ia tidak lagi harus kerja berat menjadi tukang batu ataupun menambang pasir. Menganyam menjadi pekerjaan yang ringan dan tidak harus kerja keras.

Hasil menganyam pun kata Vina cukup untuk penghasil tambahan bulanan suaminya. Dalam sebulan, jika ada cukup banyak pesanan pembeli, Ia dan kelompoknya harus mengiyakan (memenuhi permintaan pesanan pembeli) tikar atau produk anyaman lain dari pandan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved