Jelang Pernikahan Pangeran, Sultan Gelar Makan Nasi Adab
Syarifah Nur'aini menuturkan bahwa Acara Makan Nasi Adap, merupakan adat istiadat budaya Melayu, dan khususnya di Pontianak yang telah turun temurun.
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Stefanus Akim
Sultan juga menjelaskan bahwa Makan Nasi Adab ini selain dilakukan sebelum upacara perkawinan juga dilaksanakan sebelum Khitanan. Yang telah turun temurun dilakukan tidak hanya bagi keluarga kesultanan, namun seluruh warga masyarakat rumpun Melayu.
"Makan Nasi Adab ini sebenarnya bukan hanya untuk keluarga kerajaan, karena kita ada aliran darah dari Bugis. Dulu makan-makan seperti ini ndak diluar, tetapi di dalam kelambu," jelasnya
Namun, Sultan mengingatkan bahwa dalam melaksanakan adat istiadat tersebut, haruslah mengedepankan dalam meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.
"Bukan hanya dipanjangkan umurnya, tetapi keimanannya jangan tetap saja tanpa peningkatan," pesannya
Sultan memaparkan filosofi dari empat jenis warna nasi adab, yang jika nasi berwarna putih itu diartikan sebagai suci bersih.
"Kalau yang merah agak pemarah. Kalau yang hitam dia punya hati busuk, ndak boleh mandang orang mau hantam saja. Kalau yang kuning ya seperti kerajaan, raja-raja harus toleransi,"paparnya
Sultan mengharapkan agar jika warga masih ingin melestarikan budaya tersebut, agar dapat mempertimbangkan kemampuan. Selain dapat berkumpul dengan keluarga Mbere' Makan ini juga dapat meningkatkan silaturrahmi dengan warga lainnya.
"Tergantung kepada kemampuan untuk mengambil syaratnya, karena kalau untuk Mbere' Makan begini cukup besar dananya," ujarnya
Satu di antara keluarga Sultan Pontianak yang datang dari Singapura, Syarifah Faiza Binti Salim Alkadrie mengungkapkan rasa senangnya karena masih dapat melihat dan merasakan prosesi adat istiadat Mbere' Makan.
"Kita sangat senang karena sesuatu seperti ini sudah tidak ada lagi di Singapura, jadi bagi kita itu sangat suka kalau adat istiadat itu masih dipertahankan dan diteruskan," ungkapnya
Ia menjelaskan, jika di Singapura tidak ada raja atau sultan, sehingga tidak memungkinkan akan dapat lagi melihat pelaksanaan adat istiadat seperti di Pontianak.
"Kami sangat kagum dan suka, dan insya allah kami ingin lagi lihat yang seperti ini di Kesultanan Pontianak ini," pungkasnya.