Sembahyang Kubur

Tradisi Bakar Wangkang Berlangsung Sejak Masa Kolonial

Wangkang memiliki arti sebagai kapal yang hendak berlayar.

Editor: Arief
TRIBUN PONTIANAK/GALIH NOFRIO NANDA
Panitia melintas saat prosesi pembakaran wangkang di komplek pemakaman Bhakti Suci, Kubu Raya, Rabu (21/8/2013). Bakar wangkang merupakan ritual mengembalikan ruh leluhur ke kayangan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Ketua Yayasan Bhakti Suci, The Lu Sia, menuturkan, tradisi bakar wangkang memang sudah berlangsung sejak masa kolonial Belanda.

Ritual itu bermakna agar kondisi ekonomi bangsa dan tempat merantaunya masyarakat Tionghoa di satu tempat lebih makmur secara ekonomi, selalu kondusif.

Sementara Sekretaris Bahasa Mandarin, Phe Tju Teng, mengatakan wangkang dimaknai sebagai mengantar arwah ke dunia alam sesungguhnya, setelah bergentayangan. Wangkang memiliki arti sebagai kapal yang hendak berlayar.

"Di dua layar terbentang bertuliskan bahasa Mandarin bermakna penting bagi kapal wangkang tersebut. Layar pertama bertuliskan makna berlayar selamat sampai tujuan, dan layar kedua artinya mencari hasil laut dalam keadaan lancar dan selamat kembali pulang," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, sembahyang kubur hari terakhir, Rabu (21/8/2013), di pemakaman Yayasan Bakti Suci, di Jalan Adisucipto, Kubu Raya, dipenuhi masyarakat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved