Sembahyang Kubur
Bakar Replika Kapal Rp 40 Juta di Pemakaman
Warga ingin menyaksikan pembakaran replika kapal atau wangkang dan ritual rebutan sayur mayur.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Sembahyang kubur di hari terakhir, Rabu (21/8/2013), di pemakaman Yayasan Bakti Suci, di Jalan Adisucipto, Kubu Raya, dipenuhi masyarakat.
Warga ingin menyaksikan pembakaran replika kapal atau wangkang dan ritual rebutan sayur mayur. Tampak, personel kepolisian dikerahkan menjaga kelancaran ritual tahunan.
Mawal (20), warga Sungai Raya, Jalan Adisucipto, mengaku datang ke lokasi pemakaman setiap tahun supaya bisa memperoleh sayur-sayuran yang merupakan bagian dari ritual pembakaran wangkang.
"Saya sama kawan bertiga. Jadi ndak muat pegang buah-buah, sayur-sayur juga ni," kata Mawal, seraya menjinjing, empat buah nanas, satu buah labu.
A Nek (65), pembuat wangkang, menuturkan kapal layar tanpa mesin terbuat dari kertas tersebut, dengan panjang 21,4 meter, dengan tinggi 1,20 meter. Biaya yang habis untuk membuat replika kapal tersebut, sebesar Rp 40 juta.
Kapal yang terbuat dari kayu cerucuk, bambu, kertas dan kain itu dibikin oleh 4 orang pekerja itu, diisi dengan uang kertas, pakaian, replika ayam, sayur mayur mulai dari sawi, kangkung, kangkung, labu, nanas, tebu hingga umbi-umbian.
Sebelum dibakar, harum dupa menyeruak ke udara, menusuk hidung. Menurutnya, ritual agama Konghucu tersebut, bermakna mengantarkan arwah-arwah menuju alam khayangan diantar melalui kapal karena berdasarkan tradisi alat transportasi orang Tiongkok adalah kapal.