Jelajahi 60 Kota dengan Vespa Tua
"Sampai sekarang saya tidak berpindah ke lain hati, dan setia mengendarai Vespa tua ini
Trauma akan kecelakaan masa lalu, salah satu alasan dirinya memilih motor tua itu. "Sampai sekarang saya tidak berpindah ke lain hati, dan setia mengendarai Vespa tua ini. Kemana saya pergi selalu ditemaninya (motor Vespanya)," tutur Hendri kepada Tribun, Senin (11/3/2013).
Ia mengatakan, banyak pengalaman menarik yang ia alami bersama Vespa tuanya itu. Sudah 60 kota di Indonesia telah dijelajahinya. "Jika saya pakai merek motor lain, belum tentu saya bisa sampai menjelajahi hingga 60 kota. Setiap kota yang saya kunjungi, selalu saya abadikan dengan memasang stiker klub vespa di sana pada motor buntut saya ini. Sudah 1.000 lebih stiker yang dimilikinya dan beberapa di antaranya saya pasang di bagian bodi depan motor," ujar Hendri yang tergabung dalam Smack MC Pontianak.
Dengan naik Vespa, ia merasa lebih aman dan tenang. Justru ia banyak tertolong ketika mengendarainya. "Setiap kota di seluruh Indonesia memiliki club Vespa. Jadi kalau saya singgah ke daerah mereka, saya dijamu mereka dengan baik. Biasa dikasih makan, disuruh istirahat. Jadi boleh dikatakan biaya saya untuk touring tidak besar pengeluarannya," ceritanya.
Selama tujuh bulan ini, ia telah menjalajahi Kota Surabaya sampai Aceh. Melalui jalan darat, ia seorang diri menaklukkan daerah yang ada di Indonesia. "Ada kepuasan tersendiri bisa mendatangi kota-kota di Indonesia," ucapnya.
Saat ia bertandang ke Lampung, ia pernah terdampar di Hutan Bukit Barisan. Ia mengatakan ketika itu tiba-tiba saja Vespanya tidak bisa dihidupkan. Padahal saat itu hari sudah sore. "Rasa takut ada juga. Hutan itu banyak harimaunya. Orang-orang bilang sarang Macan. Sedangkan saya terjebak di sana, dari sore sampai ketemu pagi. Mana hujan lagi. Pas paginya saya cek motor, rupanya per squarenya longgar. Akhirnya setelah motor bisa diperbaiki saya cepat-cepat pergi. Untung saja saja tidak dimangsa harimau di sana," ujarnya.
Selain itu ia juga cerita pernah menyaksikan perang di Lampung. Di sana ia menyaksikan langsung kejadian sebenarnya. Saat perang berlangsung, ia tidak sengaja melewati daerah peperangan. Untung saja ia bertemu dengan polisi setempat dan berhasil diamankan serta diantar melewati jalan yang dituju.
Hampir dipalak preman juga pernah dirasakannya. Namun setelah melihat Vespa yang dikendarainya dan banyak stiker klub di motornya, malah para preman itu menjadi baik terhadapnya. Ia diajak makan bareng bersama. "Itulah beberapa keuntungan mengendarai Vespa. Kemana-mana aman," pungkasnya.
Hendri menambahkan ia tidak perlu khawatir jika harus meninggalkan lama motornya tersebut di parkiran atau tempat lainnya. "Tak ada yang berminat mencuri Vespa," tuturnya sambil tertawa.
Supaya motor tuanya itu kelihatan beda dari yang lain, beberapa aksesori sengaja dipasangnya.
Di antaranya penutup mesin motor, 6 unit box, sirene, dan komponen audio. "Jadi setiap saya nungganginya, saya selalu menghidupkan audio. Yah, hiburan menghilangkan rasa sepi ketika di jalan," imbuhnya.
Menurutnya, meskipun motor tersebut sudah tua tapi ia tidak pernah mengalami kerusakan pada mesin. "Jika kita memperhatikan dan memahami tata cara merawat dan memakainya, saya pikir tidak akan mengalami masalah pada mesin. Saya saja tidak pernah mogok sampai sekarang," ujar Hendri.
Perawatan yang dilakukan menurutnya sangat simpel. Yakni setiap hari minimal dua jam harus dihidupkan. Jika ingin menghidupkannya motor dimiringkan sebentar selama 21 detik. Justru jika langsung diengkol dan terus menerus dilakukan membuat gigi starter bisa dol.
Rencananya ia akan membangun Vespa keduanya untuk dipakai dalam keseharian. Menurutnya motornya yang sekarang ini, tidak bisa dipakai dalam kecepatan tinggi, karena bodinya yang agak besar. (mir/tribun pontianak cetak)