Melihat Dusun Wisata Sadap

Panglima Rindukan Api Negara

Sekarang rumah Betang asli sudah dijadikan lumbung padi, karena sudah tidak layak menjadi tempat hunian.

zoom-inlihat foto Panglima Rindukan Api Negara
TRIBUN PONTIANAK/PONTI ANA BANJARIA
TARI ADAT - Bupati Kapuas Hulu, Abang Muhammad Nasir, disambut tarian adat saat meresmikan Dusun Wisata Sadap di Desa Manao Sadap, Kecamatan Embaloh Hulu, Minggu (30/10).
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAPUAS HULU - Arus modernisasi sudah merasuk ke Dusun Sadap yang telah dinobatkan menjadi dusun wisata. Di depan rumah Betang, misalnya, berdiri parabola. Namun, di balik kemajuan peradaban itu, tetua adat setempat, Panglima Jimbau, merindukan kehadiran api negara.

Rumah Betang di Dusun Sadap telah mengalami pemugaran karena perubahan zaman. Menurut Panglima Jimbau, tetua adat di dusun tersebut yang ditemui Tribun, Minggu (30/10/2011), awalnya hanya ada enam kepala keluarga yang mendiami rumah Betang asli. Sekarang rumah Betang asli sudah dijadikan lumbung padi, karena sudah tidak layak menjadi tempat hunian.

Rumah Betang yang saat ini mereka tempati persis berada di depan rumah Betang asli. Bangunannya terlihat lebih modern dan permanen. Tetap berbahan dasar kayu, tapi atapnya sudah memakai seng dengan jendela dan pintu di setiap ruangnya.

Ada 20 kepala keluarga yang menempati 16 ruang di rumah Betang itu. Mereka, termasuk keluarga Panglima Jimbau, tinggal di satu atap berbatas dinding tripleks per pintu. Rumah Betang itu bercat hijau dan biru, dengan keberadaan tangga untuk akses menuju setiap pintu ruangan.

Antena parabola berdiri tegak di depan rumah Betang. Namun, itu tak berarti warga bisa sepuasnya menyaksikan tayangan TV. "Kami memang punya parabola, tapi tidak ada api negara. Kami pakai genset kalau malam hari. Kami sangat ingin punya api negara di Dusun Sadap ini," tutur Panglima Jimbau yang merupakan generasi ke-3 dari suku Dayak Iban yang bermukim  di wilayah itu. Api negara yang dimaksudkannya adalah jaringan listrik PLN.

Panglima yang cukup fasih berbahasa Indonesia ini, mengatakan, sudah turun temurun sejak leluhurnya membangun desa tersebut, setitik api negara pun tidak pernah dirasakan. Kini zaman yang telah berubah dan semakin maju, keluarga dan anak cucu keturunan mereka oun merindukan api negara.

Tak adanya jaringan listrik dari PLN menjadi ironi tersendiri. Di dusun wisata ini,  tersedia satu bangunan homestay dengan dua kamar, serta dua kamar homestay di rumah Panglima Jimbau di dalam rumah Betang. Tarif yang dikenakan masing-masing Rp 50 ribu per malam (di luar makan).

"Tapi, kami perlu api negara untuk melayani wisatawan yang dating ke sini," kata Panglima Jimbau.
Selain ketiadaan jaringan listrik negara, Panglima Jimbau juga mengeluhkan ketiadaan jaringan komunikasi, baik jaringan Telkom maupun operator telepon seluler.

"Belum ada itu menara telepon di sini. Kami jadi sulit komunikasi dengan orang luar," ujarnya. Pada sisi lain, Kepala SDN 15 Sadap yang sekaligus guru kelas, Marciana Daria, mengeluhkan minimnya sarana dan prasarana pendidikan di dusunnya. Menurut dia, di Dusun Sadap hanya ada 1 SD dengan 3 ruang kelas yang dibagi untuk kelas 1 sampai kelas 6.

"Sekolah kami hanya punya dua guru termasuk saya, tiga ruang kelas, dan fasilitas buku yang terbatas. Di dusun ini juga kami butuh rumah ibadah. Karena saat ini kalau kami beribadah masih pakai di rumah Betang," ucap Marciana yang selama 27 tahun tinggal di di Dusun Sadap. Ia kini telah pindah ke dusun lainnya.

 Ia juga menyayangkan, sampai sekarang penduduk yang sehari-harinya bekerja di ladang, mencari ikan, dan menoreh getah kurang mendorong anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Anaknya juga kurang ada kemauan untuk lanjut sekolah. Padahal, saya ingin sekali melihat anak-anak di sini punya sekolah tinggi," harapnya.

 Bupati Kapuas Hulu, Abang Muhammad Nasir, mengakui kekurangan sarana dan prasarana di dusun tersebut. Untuk itu, dia berharap perhatian pemerintah pusat, serta bantuan kerjasama pihak ketiga untuk kelengkapan fasilitas di Dusun Wisata Sadap.

"Apalagi dusun ini yang pertama di Kapuas Hulu yang menjadi dusun wisata. Makanya, untuk kelengkapan sarana dan prasarana, kita perlu juga perhatian dan bantuan dari pemerintah provinsi, pusat, maupun pihak ketiga. Karena semua ini asset kita bersama untuk menjaga dan menikmatinya," ujarnya.

Ke depan, jika memungkinkan, akan ada lagi dusun-dusun yang menjadi dusun wisata. Namun, untuk mencapai itu perlu pengkajian, penelusuran, dan potensinya. "Mudah-mudahan bukan hanya di sini. Karena Kapuas Hulu kaya objek wisata, ada Tamana Nasional Danau Sentarum (TNDS) dan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) yang sudah terkenal di dunia," tukas bupati.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun, Joko Prihatno, pun menyampaikan harapannya agar ada komitmen bersama semua pihak akan pengembangan ekowisata Dusun Sadap. "TNBK sebagai inisiator Dusun Wisata Sadap sangat berharap komitmen kita bersama untuk lebih megembangkan produk  ekowisata Kabupaten Kapuas Hulu ini. Khususnya mendorong dan membangkitkan perekonomian masyarakat. Perlu perhatian pemerintah pusat dan bantuan dari pihak ketiga ke depannya," tandasnya.

Pihaknya juga berterimakasih atas bantuan dan kerjasama berbagai pihak, hingga Dusun Wisata Sadap bisa diresmikan. "Kami mengucapkan terimakasih kepada pemerintah daerah yakni bupati yang sangat mendorog terbentuknya Dusun Wisata Sadap serta beberapa pihak seperti WWF, GIZ, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bank BRI Kapuas Hulu, Bank Kalbar Kapuas Hulu, Katayot Agent, Kelompok Ekowoisata Sadap, Tumenggung Dayak Iban, Tumenggung Tamambaloh dan media," paparnya. (bersambung.....)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved